Liputan6.com, Jakarta Kementerian Keuangan optimistis ekonomi Indonesia dapat tetap tumbuh di atas 5% di kuartal selanjutnya.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan diharapkan bisa mencapai 5,1-5,2% di sisa tahun ini.
Baca Juga
"Outlook kita sekitar 5,1% sampai 5,2% jadi ini memang masih ada peluang," ungkap Febrio kepada media di Gadung Djuanda Kementerian Keuangan di Jakarta, Selasa (6/8/2024).
Tetapi Febrio juga mengakui, untuk mencapai target tersebut tidak tanpa tantangan, mengingat gejolak perekonomian global belum mereda.
Advertisement
"Banyak negara yang kesulitan. Pertumbuhan kita di 5,1 sampai 5,2 itu prestasi yang luar biasa," ujar Febrio.
Konsumsi Rumah Tangga
Seperti diketahui, konsumsi rumah tangga menjadi pendorong terbesar perekonomian nasional. Pada kuartal II-2024 kelompok ini berhasil tumbuh 4,93%. Adapun pendorong besar lainnya yaitu investasi, ekspor dan belanja pemerintah.
"Kalau kita bisa pertahankan dengan baik ini tentu akan menjadi modal bagi kita untuk terus bertambah," imbuhnya.
Penopang Pertumbuhan Ekonomi
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga tumbuh 4,93 persen secara tahunan. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memandang angka ini masih dalam posisi yang cukup tinggi.
Diketahui, angka pertumbuhan konsumsi rumah tangga itu tak berbeda jauh dengan pertumbuhan di kuartal I-2024 sebesar 4,91 persen. Meski, angka itu terpantau melambat dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal II 2023 sebesar 5,22 persen, dan kuartal II-2022 sebesar 5,52 persen.
"Jadi pertama untuk konsumsi ini sebetulnya yang kemarin dari Q1 lebih rendah daripada Q2, jadi itu sebetulnya ada kenaikan dan Pertumbuhan konsumsi itu 4,9 persen itu angka yang tinggi," kata Menko Airlangga dalam Konferensi Pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (5/8/2024).
Dia mengamini angka itu masih di bawah besara pertumbuhan ekonomi nasional 5,05 persen. Menurutnya, tidak semua sektor bertumbuh sebesar angka tersebut.
"Memang di bawah angka pertumbuhan nasional. Tidak semua sektor di atas pertumbuhan nasional. Pertumbuhan di sektor pengolahan ataupun manufaktur pun di bawah daripada sektor pertumbuhan ekonomi nasional," paparnya.
Dia mencatat, ada beberapa sektor yang tumbuh di atas pertumbuhan ekononomi nasional. Misalnya, konstruksi, hingga makanan dan minuman. Dia menegaskan hal ini menjadi sesuatu yang normal.
"Hanya beberapa sektor yang meloncat di atas itu termasuk konstruksi, mamin dan yang lain. Jadi itu sebuah hal yang normal, namun kita lihat seluruhnya itu positif," tegasnya.
Â
Advertisement
Masih Tinggi dari Negara Lain
Lebih lanjut, Airlangga menegaskan angka tumbuhnya konsumsi rumah tangga 4,93 persen itu masih lebih tinggi dari negara lain. Pada saat yang sama, kontribusinya pun masih menjadi paling besar terhadap produk domestik bruto (PDB).
"Tentu kalau kita bandingkan, negara kita dibandingkan negara lain. Secara relatif angka itu pun tinggi, dan kontribusinya pun masih dominan, konsumsi masih 54,53 persen dari total PDB," ucapnya.
"Nah konsumsi ini tentu kemarin kita didorong oleh bulan Ramadan, Idul Fitri, dan kegiatan mobilitas dari masyarakat. termasuk juga kegiatan-kegiatan di hotel, restoran, dan cafe," sambung Menko Airlangga.