Sukses

Singapura dan Malaysia Bersekutu Mau Lawan Indonesia, Menko Luhut Tak Takut

Singapura dan Malaysia tengah bekerja sama mengelola kawasan ekonomi khusus (KEK) di daerah Johor. Namun Indonesia tidak takut karena sudah memiliki modal kuat.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mewanti-wanti Indonesia untuk siap bersaing dengan Singapura dan Malaysia dalam mengelola kawasan ekonomi khusus (KEK). 

Pasalnya, dalam waktu dekat kedua negara tetangga akan segera merampungkan pembangunan Special Economic Zone (SEZ) di kawasan Johor, Malaysia Selatan.

"Kita akan punya pesaing KEK dari Johor dan Singapur, yang akan ditandatangani koridor Special Economic Zone. Dimana Johor akan sediakan sumber lahan dan sumber daya energi yang kompetitif, dimana Singapur medukung dengan kualitas SDM yang tinggi," kata Luhut dalam acara peresmian pabrik anoda baterai lithium di Kendal, Jawa Tengah, Rabu (7/8/2024).

Namun, Luhut mengaku tak gentar bersaing dengan Singapura dan Malaysia. Ia percaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mempersiapkan itu.  

"Saya senang bapak presiden kita harus kompetitif. Kami tidak takut bersaing dengan mereka, karena kita punya modal kekuatan baik dan kredibilitas, kepercayaan yang sudah kita bangun," tegas dia.

Sebagai contoh, Luhut menyebut Jokowi sudah berhasil membangun program hilirisasi semisal untuk pengembangan ekosistem baterai dan mobil listrik. Meskipun upaya tersebut sempat mendapat tentangan di awal saat pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan mengekspor nikel. 

Hasilnya, angka ekspor nikel Indonesia bisa melonjak pesat setelah adanya kebijakan tersebut. Luhut menilai langkah itu jadi modal besar Indonesia dalam membangun kepercayaan investor asing, agar mau menanamkan modalnya sekaligus membangun industri di Tanah Air. 

"Kredibilitas ini penting karena ini akan jadi daftar kepercayaan dari investor. Kita tidak dapat bersaing dengan negara tetangga hanya mengandalkan insentif, tapi kredibilitas dan kepercayaan jadi faktor kunci yang harus kita pertahankan," tuturnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pemerintah Terima Usulan 7 KEK Baru, Ada yang di IKN

Sebelumnya, pemerintah melalui Sekretariat Jenderal Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) mengaku telah menerima tujuh usulan calon KEK baru.

Plt. Sekretaris Jenderal Dewan Nasional KEK Rizal Edwin, mengatakan untuk tujuh usulan itu masih dalam tahap peninjauan sekaligus pemeriksaan, agar bisa dilanjutkan ke tahap lainnya.

"Kemudian yang untuk usulan, kami sudah menerima 7 usulan yang baru sedang lagi diperiksa dan di-review usulan-usulan itu," kata Rizal Edwin dalam Media session Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), di Gedung Sekretariat Dewan Nasional KEK, dikutip Selasa (23/7/2024).

Namun Rizal belum bisa memberikan informasi lebih lanjut nama KEK tersebut. Tapi katanya, ketujuh KEK itu tersebar, diantaranya di pulau Jawa hingga luar Jawa, termasuk salah satunya di IKN.

"Ada yang di sekitar IKN, ada yang di Sulawesi ada yang di Jawa juga, tapi itu masih belum bisa kami sampaikan, tapi yang jelas ada di luar Jawa dan Jawa," ujarnya.

 Menurutnya, meskipun masih dalam tahap peninjauan, salah satu KEK yang ada di IKN diakui sudah ada peminatnya.

"Ada, sudah ada," imbuhnya.

3 dari 3 halaman

Kawasan yang Disiapkan 2024

Di sisi lain, kata Rizal, Pemerintah sedang menyiapkan empat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang baru untuk tahun 2024. Nilai investasinya ditaksir mencapai Rp161 triliun untuk keempat KEK tersebut.

Keempat KEK tersebut diantaranya KEK Nipa yang berlokasi di Kota Batam, KEK Edutek Medika Internasional Banten, KEK Pariwisata kesehatan internasional Batam, dan KEK industri hijau Bungku di Morowali Sulawesi Tengah.

Meskipun keempat KEK tersebut sudah disetujui oleh Pemerintah melalui Dewan Nasional KEK, pihaknya masih mempersiapkan Peraturan Pemerintah (PP)-nya. Rencananya PP tersebut akan ditandatangani langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini