Sukses

Setop Ekspor Nikel, Jokowi: Kita Tak Bisa Didikte Siapapun

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menuturkan, rencana membangun ekosistem kendaraan listrik yang diputuskan beberapa tahun lalu mulai kelihatan nyata.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan langkah pemerintah Indonesia hentikan ekspor raw material atau bahan mentah telah ditentang hingga digugat oleh Uni Eropa. Ia menilai, kebijakan itu juga menunjukkan kepentingan nasional adalah hal terpenting.

Jokowi menuturkan, penghentian ekspor raw material itu sebagai salah satu upaya membangun ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).

Ia mengatakan, rencana yang sudah diputuskan beberapa tahun lalu untuk membangun ekosistem besar kendaraan listrik satu per satu mulai kelihatan nyata. "Dan betul-betul sudah ada di negara kita Indonesia,” ujar Jokowi dalam sambutannya saat peresmian pabrik anoda baterai litium PT Indonesia BTR New Energy Material di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, seperti dikutip dari Antara, Rabu (7/8/2024).

Jokowi menjelaskan lebih detil upaya-upaya yang telah dilakukan dalam membangun ekosistem kendaraan listrik itu. “Dimulai dengan nikel yang kita setop ekspor raw material pada 2020 dan saat itu banyak yang menentang dari dalam negeri sendiri karena kita pada saat awal kehilangan kurang lebih USD 1,5 miliar atau Rp 20 triliun,” tutur dia.

Akan tetapi, Jokowi optimistis nilai tambah ekspor akan semakin meningkat jika menghentikan ekspor raw material.

"Tetapi saat itu saya meyakini bahwa nilai tambah kalau kita setop raw material ini akan melompat naik dan tadi seperti dikatakan oleh Pak Menko Luhut Binsar Pandjaitan sekarang sudah 34 miliar dolar AS nilai dari ekspor nikel kita," ujar dia.

 

 

2 dari 4 halaman

Pro dan Kontra

Jokowi mengakui banyak pro dan kontra akibat kebijakan tersebut, bahkan sampai digugat oleh Uni Eropa. Jokowi mengatakan, Indonesia adalah negara berdaulat yang tidak bisa didikte oleh siapapun.

"Banyak yang tidak setuju, pro dan kontra dan juga yang kedua kita juga digugat oleh Uni Eropa dan kita kalah, tetapi saya sampaikan negara ini adalah negara yang berdaulat, kepentingan nasional adalah segala-segalanya buat kita tidak bisa kita didikte oleh siapapun. Saya sampaikan kepada menteri, maju terus digugat kalah, banding," ujar Jokowi.

Selanjutnya, Jokowi menuturkan, smelter nikel dan turunannya di Morowali (Sulawesi Tengah), Weda Bay (Halmahera Tengah, Maluku Utara), dan lokasi-lokasi lainnya sudah mulai berjalan.

"Yang kedua di bulan Agustus ini dan September nanti smelter dari PT Freeport dan juga PT Amman di Sumbawa dan di Gresik juga sudah akan berproduksi. Yang ketiga, smelter bauksit yang ada di Mempawah, Kalimantan Barat saya kira bulan ini atau bulan depan maksimal juga sudah akan mulai percobaan produksinya," ujar Jokowi.

 

 

3 dari 4 halaman

Potensi Masuk Global Supply Chain

Dengan demikian, menurut Jokowi, jika semuanya berjalan, impian Indonesia dalam membangun ekosistem besar kendaraan listrik yang kuat dan terintegrasi satu per satu mulai terlihat.

"Sehingga kalau semuanya jadi sekali lagi ekosistemnya akan terbangun kita bisa akan masuk ke global supply chain yang itu akan memberikan nilai tambah yang besar, baik masalah rekrutmen tenaga kerja maupun terhadap pertumbuhan ekonomi kita," kata Jokowi.

Peresmian pabrik anoda baterai litium PT Indonesia BTR New Energy Material di Kabupaten Kendal itu juga diharapkan dalam memperkuat ekosistem EV di tanah air. BTR telah merampungkan pabrik tahap pertama di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal dalam waktu 10 bulan dan saat ini menjadi pabrik anoda terbesar di dunia.

Nilai investasi tahap 1 itu sudah terealisasi sebesar 478 juta dolar AS dengan kapasitas produksi bahan anoda baterai 80 ribu ton per tahun. Setelah tahap I dan II selesai, Indonesia diperkirakan juga akan menjadi produsen bahan anoda baterai litium-ion terbesar kedua di dunia dengan total produksi 160 ribu ton per tahun.

4 dari 4 halaman

Jokowi Resmikan Pabrik Baterai Lithium di Kendal, Yakin Indonesia Jadi Pemasok Terbesar Dunia

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pabrik bahan anoda baterai lithium milik PT Indonesia BTR New Energy Material di Kendal, Jawa Timur, Rabu (7/8/2024). Jokowi meyakini ini merupakan langkah awal menjadikan Indonesia sebagai pemasok baterai kendaraan listrik (EV) terbesar dunia.

Pada kesempatan tersebut, Jokowi memuji kecepatan pembangunan pabrik baterai yang tergolong singkat, usai dilakukan penandatanganan kontrak di China beberapa waktu lalu.

Adapun nilai investasi untuk pembangunan pabrik tahap I senilai USD 478 juta, atau setara Rp 7,719 triliun (kurs Rp 16.150 per dolar AS).

"Baru 10 bulan yang lalu kita tanda tangan di Beijing tahu-tahu pabriknya sudah jadi. ini yang namanya kecepatan, dan negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat, dan kita sekarang sudah jadi negara yang cepat," tegasnya, Rabu (7/8/2024).

Jokowi mengatakan, sejauh ini Indonesia masih negara importir untuk bahan baku pembuatan bahan anoda baterai, semisal untuk natural grafit yang didatangkan dari Afrika. Sementara untuk artificial grafit diambil dari Kilang Pertamina di Riau.

"Untuk industri baterai lithium kita memang enggak punya lithiumnya, ambil dari Australia, tapi nikelnya ada di Indonesia. Kalau terintegrasi semuanya dan jadi barang setengah jadi kita akan jadi pemasok ke global supply chain," ungkapnya.

Kapasitas Produksi

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengaku senang PT Indonesia BTR New Energy Material bisa memastikan operasional pabrik anoda baterai lithium. Dengan kapasitas produksi mencapai 80.000 ton material anoda per tahun, Jokowi memproyeksikan itu bisa dijadikan pasokan bagi jutaan mobil listrik.

"Sangat besar sekali. Apalagi ditambah 80 ribu ton produksi di industri ini, akan jadi 3 juta mobil listrik per tahunnya. Sebuah jumlah yang besar. Sehingga kita akan jadi pemasok terbesar baik baterai kendaraan listrik," tuturnya.