Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) meminta bantuan pemerintah untuk meningkatkan pasar bahan bakar hidrogen. Langkah yang bisa dijalankan adalah dengan meningkatkan produksi kendaraan berbahan bakar bebas emisi hidrogen.
VP Sustainability Program, Rating & Engage Pertamina Indira Pratyaksa mengatakan, dorongan ini karena jumlah konsumen atau pengguna stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) hidrogen masih sedikit. Salah satu SPBU Hidrogren yang sudah dibangun Pertamina berlokasi di kawasan Daan Mogot, Jakarta.
Baca Juga
“Namun konsumen yang ke sana masih 0,0 sekian persen dari seluruh penduduk Jakarta,” ungkap Indira dalam kegiatan Katadata SAFE 2024 di Jakarta, dikutip Kamis (8/8/2024).
Advertisement
Selain itu, Indira juga membeberkan bahwa Indonesia masih memiliki kendala dalam hal keberlanjutan energi.
“Energi baru ini tantangannya pada akses dan harganya yang terjangkau sebelum akhirnya bisa mencapai energy affordability,” jelas dia.
Untuk memperluas keterjangkauan, Indira mengungkapkan, perseroan akan memperbanyak ketersediaan SPBU Hidrogen di lokasi lainnya.
“Kami juga akam memastikan bagaimana konversi dari SPBU eksisting ini juga bisa dilakukan sehingga tidak harus benar-benar baru dibangun di awal tapi yang sudah ada bisa dioptimalkan fasilitasnya,” jelas dia.
20% Bus Bakal Berbahan Bakar Hidrogen Mulai 2040
Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengungkap rencana peralihan penggunaan bahan bakar untuk sejumlah jenis kendaraan. Mulai dari bus, angkutan berat atau truk, hingga lokomotif kereta api.
Asisten Deputi Bidang Pengembangan Industri Kemenko Perekonomian, Eko Harjanto, mengatakan pemetaan penggunaan hidrogen sudah dilakukan oleh Kementerian Perhubungan. Misalnya, konversi 20 persen bus untuk menggunakan hidrogen mulai 2040.
"Kementerian Perhubungan telah melakukan pemetaan potensi kebutuhan hidrogen rendah karbon untuk sektor transportasi. Sebagian bus akan beralih ke hidrogen pada tahun 2040 dengan permintaan awal sebesar 6 GWh atau sekitar 0,21 juta ton hidrogen," kata Eko dalam Investrotrust Future Forum, di Jakarta, Kamis (16/5/2024).
"Kemudian penggunaan ini akan berlanjut dan meningkat hingga 20 persen bus menggunakan hidrogen," sambungnya.
Eko mengatakan, selain bus, ada pula rencana untuk adanya konversi bahan bakar di sektor angkutan berat atau truk. Permintaan hidrogen di sektor ini diperkirakan akan mencapai 161 GWh atau 4,88 kilo ton hidrogen di tahun 2040.
Sementara itu, sektor perkeretaapian juga turut terlibat dalam pemanfaatan hidrogen kedepannya. Eko bilang, PT Kereta Api Indonesia (Persero) sudah menyusun rencana peralihan bahan bakar lokomotif kereta.
"PT KAI memiliki rencana pengembangan kereta api untuk mengganti lokomotif dengan kereta rel listrik yang dikombinasikan dengan bahan bakar hidrogen atau baterai," tuturnya.
Advertisement
Peluang Pengembangan Kendaraan Hidrogen
Melihat rencana sektor transportasi tadi, Eko mengungkap adanya peluang untuk pengembangan kendaraan berbasis hidrogen di Indonesia.
"Jadi, berdasarkan pemetaan kemenhub sebenarnya peluang untuk pengembangan kendaraan hidrogen cukup besar," katanya.
Menurutnya, Indonesia memiliki peluang untuk mengembangkan hidrogen dalam mendukung upaya transisi energi dan dekarbonisasi energi global.
"Indonesia memiliki modal kuat pengembangan hidrogen, yaitu potensi sumber daya EBT yang melimpah, komitmen Indonesia dalam mitigasi iklim global dan posisi indonesia sebagai negara kepualuan yang berada di jalur perdagangan internasional," pungkasnya.