Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina Hulu Energi (PHE) memiliki prospek dan inventori berupa temuan volume gas bumi sekitar 15 triliun kaki kubik (TCF), dengan potensi cadangan besar atau big fish tersebar di kawasan Indonesia Timur.
Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis PHE Rachmat Hidajat mengatakan, sumber harta karun gas sebesar 15 TCF ini tersebar dari Sumatera hingga Papua. Pihaknya juga telah memiliki sejumlah program kerja, terutama dalam hal mengejar kepastian pasar.
Baca Juga
"Pertama, bagi kami yang paling penting adalah market itu sendiri. Karena tanpa market, kita tentunya tidak bisa melanjutkan komersialisasi maupun monetisasi. Jadi hal yang kami lakukan dengan inventori yang ada, kita semaksimal mungkin melakukan securing the market," ujarnya dalam sesi webinar, Kamis (8/8/2024).
Prioritas Pasar Dalam Negeri
Menyangkut kepastian market ini, Rachmat meneruskan, PHE memiliki panduan bahwa pasar domestik tetap jadi prioritas utama.
Advertisement
Prioritas kedua, ia melanjutkan, Subholding Upstream Pertamina berupaya mempertahankan existing market yang ada saat ini di lingkungan ekosistem PHE, baik dalam maupun luar negeri.
"Kemudian salah satu juga yang untuk mempercepat komersialisasi, roadshow agar market juga bersedia untuk membangun ataupun meng-establish pasarnya di gas resources seperti yang PHE lakukan bersama partner-nya, yaitu di desk LNG," ungkapnya.
"Jadi market yang datang ke arah resources. Kampanye itu yang dilakukan untuk meng-unlock 15 TCF. Harapan kita dari big resources bisa ter-develop dan itu bisa meng-attract kembali ke market itu sendiri," kata Rachmat.
Â
Pengembangan Terintegrasi
Lantaran lokasi dari sumber gas yang tersebar dan keterbatasan infrastruktur, Pertamina Hulu Energi coba mulai melakukan pengembangan terintegrasi yang kerap diistilahkan dengan connect the dots.
"Jadi ini harapannya dengan bersinergi dan jadi satu kesatuan, pengembangannya bisa meng-attract market untuk misalnya memenuhi treshold tertentu, dan juga meng-improve dari harga jual ataupun biaya dan cost yang kita lakukan," bebernya.
"Selain itu kita juga coba meng-utilize teknologi-teknologi yang memang fit dengan treshold volume tersebut. Apakah kita namakan mini LNG atau gas to liquid, CNG, dan lain-lain," pungkas Rachmat.
Advertisement