Sukses

Harga Minyak Mentah Melonjak 4%, Ketegangan Timur Tengah Membayangi

Harga minyak Brent kontrak Oktober dipatok USD 79,66 per barel, naik 50 sen, atau 0,63%. Sejak awal tahun hingga saat ini harga minyak yang menjadi patokan global ini telah naik lebih dari 3%.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) naik lebih dari 4% pada perdagangan minggu ini meskipun kekhawatiran resesi mereda. Pendorong kenaikan harga minyak mentah adalah adanya risiko perang yang lebih luas di Timur Tengah yang dapat mengganggu produksi.

Harga minyak kembali menguat didorong oleh kenaikan indeks saham acuan S&P 500 pada hari Jumat. Kenaikan indeks ini menghapus sebagian besar kerugiannya akibat aksi jual tajam di awal minggu.

Seperti diketahui, Wall Street mengalami tekanan yang sangat dalam di awal pekan karena aksi jual besar-besaran yang kemudian berpengaruh juga ke seluruh pasar saham di dunia. 

Mengutip CNBC, Sabtu (10/8/2024), berikut ini harga energi pada perdagangan  Jumat:

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak  September ditutup USD 76,84 per barel, naik 65 sen, atau 0,85%. Sepanjang tahun ini, harga minyak patokan AS ini telah naik lebih dari 7%.

Harga minyak Brent kontrak Oktober dipatok USD 79,66 per barel, naik 50 sen, atau 0,63%. Sejak awal tahun hingga saat ini harga minyak yang menjadi patokan global ini telah naik lebih dari 3%.

Harga Bensin kontrak September ditutup USD 2,38 per galon, turun sekitar 1 sen, atau 0,52%. Tahun ini harga bensin telah naik 13,5%.

Sedangkan harga gas alam kontrak September dipatok USD 2,15 per seribu kaki kubik, naik lebih dari 2 sen, atau 1,18%. Tahun ini harga gas turun 14,4%.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kondisi Timur Tengah

Timur Tengah masih gelisah setelah pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran minggu lalu. Israel telah bersiap untuk serangan balasan oleh Iran dan milisi Hizbullah di Lebanon, meskipun AS telah bekerja melalui jalur diplomatik untuk mencegah eskalasi permusuhan

“Pengeboman berkelanjutan di Jalur Gaza dan penargetan Hizbullah di Lebanon pada malam hari bukanlah pernyataan perdamaian,” Tamas Varga, analis di pialang minyak PVM.

“Hal ini kemudian memicu gagasan bahwa pada tahap tertentu tindakan balasan dari Iran atau proksinya tidak akan lama lagi.”

AS, Mesir, dan Qatar telah menuntut dalam pernyataan bersama agar Hamas dan Israel kembali ke meja perundingan untuk menutup kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

3 dari 3 halaman

Perundingan Tak Buahkan Hasil

Analis pasar senior di Price Futures Group Phil Flynn mengatakan, dorongan baru oleh pemerintahan Biden untuk memulai kembali perundingan antara Israel dan Hamas mungkin tidak akan membuahkan hasil.

“Dana lindung nilai tentu saja telah memanfaatkan setiap tenggat waktu perundingan gencatan senjata untuk menekan harga minyak lebih rendah,” kata Flynn. “Pada titik tertentu mereka mungkin menyadari bahwa perundingan gencatan senjata bukanlah alasan untuk menjual lebih banyak minyak.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.