Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan dalam kunjungan kerjanya di Lampung, Jumat (9/8/2024) turut mengunjungi Pasar Jatimulyo di Lampung Selatan. Ia menyatakan harga barang kebutuhan pokok (bapok) di sana secara umum stabil, dan pasokan terjaga.
"Saya cek, di sini harga barang kebutuhan pokok stabil dan pasokan terjaga," ungkap Mendag dalam siaran pers resmi Kementerian Perdagangan, Sabtu (10/8/2024).
Baca Juga
Namun, ia mendapati beberapa komoditas mengalami kenaikan harga dibanding pekan sebelumnya, salah satunya cabai.
Advertisement
"Cabai naik sedikit di atas harga eceran tertinggi (HET) menjadi Rp 40-45 ribu per kg, masih taraf sedang. Kalau Rp 70.000 per kg terlalu mahal, dan jika harga cabai turun hingga Rp 15.000 per kg, petaninya bisa bangkrut," imbuhnya.
Selain cabai, Mendag mengklaim harga bahan pokok lain di pasar tersebut secara umum relatif stabil dibanding pekan sebelumnya. Berdasarkan pantauan, harga beras tercatat Rp 13.000 per kg, beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Bulog Rp 12.000 per kg.
Kemudian, harga gula pasir Rp 17.500 per kg, minyak goreng kemasan premium Rp 18.000 per kg, tepung terigu kemasan premium Rp 13.000 per kg, daging ayam ras Rp 35.000 per kg.
Lalu, telur ayam ras Rp 28.000 per kg, cabai merah keriting Rp 45.000 per kg, cabai rawit merah Rp 80.000 per kg, bawang merah Rp 25.000 per kg, dan bawang putih Rp 35.000 per kg.
"Harga ayam yang sudah bersih Rp 38.000 per kg. Harga beras sudah standar Bulog," kata Mendag Zulkifli Hasan.
Harga Cabai Tembus Lagi Rp 100 Ribu per Kg, Usul Bapanas Ini Bisa Jadi Jalan Keluar?
Sebelumnya, Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengakui mahalnya harga cabai rawit merah yang tembus dikisaran Rp90.000 hingga Rp100.000 per kilogram disebabkan produksinya berkurang.
Sekretaris Utama Bapanas Sarwo Edhy pun, memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang untuk menangani harga cabai rawit merah yang mahal tersebut. Untuk jangka pendek, salah satunya dengan membagikan benih kepada masyarakat agar mereka menanam sendiri di pekarangan rumah masing-masing.
"Ya salah satu penyebabnya adalah karena produksinya kurang. Solusinya ya harus nanam. Jadi makanya saya menyarankan kepada teman-teman pemerintahan untuk menanam, untuk membagikan benih-benih cabe ke masyarakat agar dia menanam di pot-pot, di pekarangan, di teras-teras," kata Sarwo saat ditemui usai Rapat Koordinasi Perencanaan Program Pembangunan Ketahanan Pangan Tahun 2025, Senin (29/7/2025).
Kata Sarwo, penyebab produksi cabai rawit berkurang karena disebabkan faktor cuaca yang tidak menentu, sehingga berpengaruh terhadap waktu panen. Hal itulah menyebabkan harga cabai rawit menjadi mahal.
"Karena produksinya kurang. Salah satunya faktor cuaca," ujarnya.
Advertisement
Solusi Jangka Panjang
Untuk solusi jangka panjang, Bapanas menyebut bisa dilakukan penanaman off season maupun on season dengan menggunakan screen house, artinya tidak mengenal musim penanaman. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan produksi cabai rawit merah.
Sebagai informasi, Screen house merupakan bangunan yang terbuat dari plastik atau kaca yang digunakan untuk melindungi serangan hama.konsep screenhouse mudah dan murah dalam pengaplikasiannya diharapkan dapat mendukung petani dalam peningkatan efektivitas produksi
"Solusi jangka panjang itu sebetulnya sebetulnya cabe itu bisa panen di off-season maupun on-season. Jadi tidak mengenal waktu, sepanjang itu ada screen house. Jadi jangka pandangnya kan membangun screen house-screen house dalam kapasitas yang agak besar," pungkasnya.