Liputan6.com, Jakarta Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 telah menargetkan lifting minyak bumi sebesar 635 ribu barel per hari (BOPD) dan lifting gas bumi sebesar 1.033 ribu barrel oil equivalent per hari (BOEPD). Untuk mendorong peningkatan produksi, diperlukan dukungan infrastruktur yang memadai untuk mempercepat operasi blok migas skala besar yang selama ini telah ditemukan.
Founder & Advisor ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menjelaskan optimalisasi, blok-blok besar seperti Blok Cepu dan Blok Rokan bisa menjadi andalan untuk mempertahankan produksi migas nasional.
Baca Juga
Â
Advertisement
"Di samping itu, tentu perlu percepatan operasi blok-blok baru yang besar seperti Blok Andaman dan Blok Masela. Termasuk dukungan terhadap proyek Indonesia Deepwater Development (IDD)," kata Pri Agung dalam keterangan tertulis, Selasa (13/8/2024).
Menurut dia, selama ini kinerja Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) serta Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dalam mengawal operasional sektor hulu migas sudah maksimal. Hanya saja, tantangan terbesar adalah menemukan lapangan baru sekaligus mempercepat operasinya.
Tambahan Produksi
Tambahan produksi dari pengembangan baru akan sangat membantu peningkatan produksi. Salah satu contohnya adalah produksi perdana Banyu Urip Infill Clastic (BUIC) Blok Cepu di Bojonegoro, Jawa Timur pada 9 Agustus 2024 yang mampu memberikan tambahan produksi hingga 13.300 barel minyak.
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berharap produksi perdana BUIC akan turut mendongkrak kembali produktivitas minyak di Indonesia yang tengah berada dalam tren penurunan. Setelah melakukan pengeboran sejak April 2024 di BUIC, ditemukan kolom minyak yang diperkirakan bisa memproduksi hingga 42,92 juta barel minyak.
Â
Produksi BUIC
Produksi BUIC ini semakin menambah jumlah proyek hulu migas yang onstream tahun ini menjadi sembilan proyek dari 15 proyek yang ditargetkan. Sebelum BUIC, sudah ada delapan proyek hulu migas lain yang onstream dengan total belanja modal (capital expenditure) yang digelontorkan mencapai USD 87,56 juta.
Data SKK Migas mencatat, kedelapan proyek yang sebelumnya telah onstream yakni Proyek Gas SWPG Debottlenecking (21 April 2024), Proyek Gas Bekapai Artificial Lift (24 Mei 2024), Proyek Minyak OPL Main (29 Mei 2024), Proyek Gas AFCP (11 Juni 2024), Proyek minyak Flowline ASDJ-116X (16 Juni 2024), Proyek Gas Peciko 8B (18 Juni 2024), Fasilitas Kompresor South Sembakung (19 Juni 2024), dan Proyek Gas Dayung Facility Optimization (30 Juni 2024).
Untuk mendorong percepatan produksi blok-blok migas besar, Pri Agung menambahkan, pemerintah juga perlu memberikan dukungan infrastruktur yang memadai. Hal ini untuk memastikan distribusi hasil produksi, khususnya gas mampu terserap dengan baik.
"Contohnya pemerintah perlu menggenjot infrastruktur agar gas yang ada di Jawa Timur bisa mengalir ke Jawa Tengah hingga Jawa Barat agar bisa diserap secara optimal oleh industri," pungkas dia.
Advertisement
ESDM Target Produksi Minyak Blok Cepu Tembus 1 Miliar Barel
ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dan SKK Migas mengumumkan pengapalan (lifting) ke-1.000 minyak mentah dari Lapangan Banyu Urip dan Kedung Keris, Blok Cepu yang berlokasi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pengapalan ini sekaligus menandai total produksi kumulatif lebih dari 660 juta barel minyak.
Jumlah produksi kumulatif telah melampaui target komitmen rencana pengembangan (POD) awal, dengan perkiraan volume cadangan minyak sebesar 450 juta barel.
Dalam acara seremoni yang diselenggarakan ExxonMobil Indonesia di Fairmont Hotel, Jakarta, Selasa (13/8/2024), Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, mengapresiasi capaian EMCL atas pengapalan ke-1.000 dari Blok Cepu tersebut.
Dadan menceritakan proses panjang ExxonMobil yang telah lama berkiprah di Blok Cepu. Dimulai dari Lapangan Banyu Urip yang telah berproduksi sejak 2008, dan Lapangan Kedung Keris mulai 2019.
"Kedua lapangan menghasilan 660 juta barel dan berpotensi hingga 1 milion barel. Wilayah Kerja (WK) Cepu memproduksi 144 ribu barel oil per day (BOPD), yaitu terbesar kedua setelah Wilayah Kerja Rokan," kata Dadan.
Mengacu pada target lifting minyak dan gas bumi (migas) di 2024, pemerintah memasang angka 1,7 BOPD ekuivalen. Terdiri dari 633 ribu barel lifting minyak dan 1,33 juta kaki kubik gas bumi.
Hingga akhir Juli 2024, Dadan melaporkan, realisasi lifting telah mencapai 1,528 juta BOPD ekuivalen. Dengan rincian lifting minyak 568 ribu barel minyak dan 960 ribu kaki kubik.
"Tidak tercapai, artinya belum tercapai secara target tapi angka yang sangat baik. Tadi SKK (Migas) menyampaikan khusus Exxon targetnya di atas yang disepakati APBN," ucap dia.
Â
Momen Pengapalan ke-1.000
Adapun pada momen pengapalan ke-1.000, EMCL mengapalkan 600 ribu barel minyak mentah dari kapal Alir Muat Terapung (FSO) Gagak Rimang ke kapal tanker MT Nectar milik Pertamina, lalu dikirim ke kilang-kilang Pemerintah yang ada di Indonesia.
Menurut catatan ExxonMobil Indonesia, sejak 2008 hingga 2023, dengan total investasi sekitar USD 4 miliar atau setara Rp 57 triliun, Blok Cepu telah menghasilkan lebih dari 660 juta barel minyak mentah. Dengan nilai kontribusi setara USD 29,5 miliar, atau lebih dari Rp 442 triliun terhadap pendapatan negara dalam bentuk penerimaan pemerintah dan pajak.
Berdasarkan proyeksi Rencana Kerja dan Anggaran (WP&B), karena perkiraan cadangan Banyu Urip berpotensi meningkat dua kali lipat menjadi 1 miliar barel minyak, Indonesia dapat memperoleh tambahan pendapatan sebesar Rp 421 triliun (sekitar USD 28,1 miliar) dalam bentuk pendapatan pemerintah dan pajak.
Menjadikan total pendapatan keseluruhan proyek Blok Cepu bagi Indonesia mencapai angka yang fantastis sebesar USD 57,6 miliar, atau setara Rp 864 triliun.
"Semua ini bisa dicapai berkat komitmen kami terhadap keselamatan yang mengantarkan kami. Disiplin dan dedikasi tim kami telah membawa kami ke operasi yang aman dan efisien," ujar Presiden ExxonMobil Indonesia, Carole Gall.
Â
Advertisement