Sukses

Eramet Target Kurangi Emisi Karbon 40% di 2035

Studi menjelaskan bahwa kebutuhan tembaga dan nikel diperkirakan akan meningkat hingga 50-70 persen pada tahun 2030. Sementara itu, laporan Badan Energi Internasional (IEA) mencatat bahwa untuk mencapai karbon netral pada tahun 2050 dibutuhkan 35 juta ton mineral hijau setiap tahunnya.

Liputan6.com, Jakarta Studi menjelaskan bahwa kebutuhan tembaga dan nikel diperkirakan akan meningkat hingga 50-70 persen pada tahun 2030. Sementara itu, laporan Badan Energi Internasional (IEA) mencatat bahwa untuk mencapai karbon netral pada tahun 2050 dibutuhkan 35 juta ton mineral hijau setiap tahunnya. 

Dalam upaya memenuhi kebutuhan ini sembari mengurangi jejak karbon, Indonesia menghadapi tantangan signifikan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendukung pencapaian target penurunan emisi dengan mendorong komitmen perusahaan tambang untuk menerapkan kegiatan dekarbonisasi dalam operasional mereka. Ini termasuk pengembangan dan penerapan teknologi ramah lingkungan yang dapat mengurangi dampak lingkungan dari kegiatan pertambangan.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga berperan penting dengan fokus pada pengawasan emisi dan penerapan standar keberlanjutan yang lebih ketat. Semakin ketatnya regulasi lingkungan dan meningkatnya kesadaran global akan perubahan mendorong perusahaan tambang untuk bertransformasi, sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam hal transisi energi.

Dalam konteks ini, Eramet, perusahaan pertambangan dan metalurgi global asal Prancis, menyatakan komitmennya untuk mengurangi emisi karbon sebesar 40 persen pada tahun 2035 dan mencapai karbon netral pada tahun 2050. Dekarbonisasi merupakan salah satu prioritas utama Eramet di seluruh operasionalnya secara global. 

Sustainable and Permitting Expert Eramet Indonesia Novi Gusman mengungkapkan bahwa Eramet berfokus pada penerapan smart mining sebagai bagian dari inisiatif "Act for Positive Mining".

"Bagi Eramet, smart mining dan keberlanjutan adalah dua aspek yang saling melengkapi. Melalui roadmap CSR kami, kami berkomitmen untuk mengintegrasikan kinerja operasional dengan kontribusi positif terhadap masyarakat dan lingkungan," kata Novi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Roadmap CSR Eramet

Roadmap CSR Eramet yang dikenal sebagai "Act for Positive Mining" memfokuskan perhatian pada keberlanjutan di tiga area utama: People (Manusia), Nature (Lingkungan), dan Value Chain (Rantai Nilai).

Selain itu, Eramet telah mengimplementasikan teknologi inovatif melalui tim Research and Development (R&D), termasuk penggunaan Integrated Remote Operation Centers (IROCs) dan drone dalam eksplorasi. Inovasi ini bertujuan untuk meminimalisir emisi karbon dan mengurangi konsumsi energi.

Eramet juga menunjukkan komitmennya terhadap pertambangan yang bertanggung jawab sesuai standar keberlanjutan bertaraf internasional, yakni International Responsible Mining Assurance (IRMA).

 

3 dari 3 halaman

Transisi Energi

"IRMA mengedepankan transparansi dan akuntabilitas melalui pendekatan multi-stakeholder yang melibatkan lebih dari 100 entitas, dari perusahaan tambang hingga komunitas lokal. Proses audit yang ketat dilakukan secara self-assessment dan oleh pihak ketiga," jelas Novi.

Dekarbonisasi menjadi hal yang penting dalam industri pertambangan guna mendukung transisi energi, khususnya untuk industri kendaraan baterai listrik (EV). Dengan standar IRMA dan penerapan smart mining, Eramet terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan mineral global, sekaligus memastikan bahwa kegiatan operasional Perusahaan mendukung keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan.  

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini