Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor komoditas non migas unggulan yakni batu bara, besi dan baja, CPO dan turunnya mengalami penurunan secara bulanan dan tahunan pada Juli 2024.
"Batu bara, besi dan baja, CPO dan turunannya. Nilai ekspor ketiga komoditas ini memberikan share sekitar 28,43 persen dari total ekspor non migas Indonesia pada Juli 2024. Nilai ekspor ketiga komoditas ini mengalami penurunan baik bulanan maupun tahunan," Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Kamis (15/8/2024).
Untuk rinciannya, nilai ekspor batu bara turun 0,07 persen secara bulanan dan 2,49 persen secara tahunan. Kemudian, nilai ekspor besi dan baja turun 3,28 persen secara bulanan dan 8,07 persen secara tahunan.
Baca Juga
Selanjutnya, untuk komoditas CPO dan turunannya juga turun sebesar 36,37 persen secara bulanan dan turun 39,22 persen secara tahunan.
Advertisement
Komoditas yang Naik
Disisi lain, kata Amalia, terdapat beberapa komoditas non migas yang menopang pertumbuhan ekspor pada Juli 2024. Diantaranta bijih logam, terak, dan abu nilai ekspornya mencapai USD691,18 juta jika dibandingkan Juni 2024.
Komoditas yang mengalami peningkatan terbesar adalah bijih tembaga dan konsentratnya, bijih titanium dan konsentratnya, terak butiran pasir dari industri pembuatan besi atau baja.
Negara tujuan ekspor utamanya adalah Jepang naik USD222,94 juta, Tiongkok naik USD167,05 juta, India juga naik USD139,91 juta.
Selanjutnya, logam mulia dan perhiasan atau permata nilai ekspornya naik USD266,84 juta. Komoditas penyumbangnya sisa dan skrap dari logam mulia, mutiara, alam atau budidaya, dan emas. Negara tujuan ekspor terbesarnya adalah Jepang USD290,35 juta, Hongkong USD68,93 juta, Yordania USD11,23 juta.
Lalu, mesin dan perlengkapan elektrik nilai ekspornya mencpaai USD168,64 juta. Komoditas penyumbangnya mesin dan aparatus elektrik, peralatan semi konduktor, akumulator listrik termasuk separatornya. Negara tujuan ekspornya adalah Amerika Serikat USD66,43 juta, Singapura USD17,87 juta, dan Korea Selatan USD17,70 juta.
Neraca Perdagangan RI Kembali Surplus pada Juli 2024
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Juli 2024 neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar USD470 juta. Artinya, Indonesia sudah membukukan surplus selama 51 bulan beruntun sejak Mei 2020.
"Pada Juli 2024, neraca perdagangan barang tercatat surplus sebesar USD0,47 miliar atau turun sebesar 1,92 persen secara bulanan," Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Kamis (15/8/2024).
Amalia menyebut, surplus Juli ini lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya ataupun dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya, di tengah harga komoditas yang meningkat.
"Surplus neraca non migas Juli 2024 ini lebih rendah jika dibandingkan bulan lalu dan bulan yang sama tahun lalu," ujarnya.
Lebih lanjut, Amalia menyampaikan, bahwa surplus Juli 2024 ini ditopang oleh surplus pada komoditas non migas yaitu USD2,61 miliar dengan komoditas penyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak nabati, serta besi dan baja.
Adapun pada saat yang sama, neraca perdagangan migas mengalami defisit sebesar USD2,13 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan minyak mentah.
Advertisement