Sukses

Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Januari-Juli 2024 Turun, BPS Kasih Penjelasan

Jika dilihat lebih rinci secara kumulatif, neraca perdagangan nonmigas mengalami surplus sebesar USD28,16 miliar atau lebih rendah sekitar USD3,75 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, surplus neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari hingga Juli 2024 mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Secara kumulatif hingga Juli 2024 surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai USD 15,92 miliar atau mengalami penurunan sebesar USD 5,28 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu," kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Kamis (15/8/2024).

Jika dilihat lebih rinci secara kumulatif, neraca perdagangan nonmigas mengalami surplus sebesar USD28,16 miliar atau lebih rendah sekitar USD3,75 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas mencapai USD12,24 miliar atau lebih ebar USD1,54 miliar dibandingkan Januari hingga Juli 2023.

Kemudian, jika dilihat berdasarkan negara, maka defisit neraca perdagangan nonmigas kumulatif terbesar hingga Juli 2024 ini adalah dengan Tiongkok sebesar USD7,12 miliar.

Lebih lanjut, Amalia menyampaikan, nilai ekspor pada Juli 2024 mencapai USD22,21 miliar, mengalami peningkatan sebesar 6,55 persen dibanding bulan sebelumnya.

Sama halnya dengan ekspor, nilai impor Indonesia pada Juli 2024 juga mengalami peningkatan, yakni mencapai USD21,74 miliar, naik 17,82 persen dibandingkan Juni 2024 atau naik 11,07 persen dibandingkan Juli 2023.

"Impor bulan Juli 2024 nilai impor senilai USD21,74 miliar atau naik 17,82 persen," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 51 Bulan Beruntun, Juli 2024 Capai USD 470 Juta

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Juli 2024 neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar USD 470 juta. Artinya, Indonesia sudah membukukan surplus neraca perdagangan selama 51 bulan beruntun sejak Mei 2020.

"Pada Juli 2024, neraca perdagangan barang tercatat surplus sebesar USD0,47 miliar atau turun sebesar 1,92 persen secara bulanan," Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Kamis (15/8/2024).

Amalia menyebut, surplus Juli ini lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya ataupun dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya, di tengah harga komoditas yang meningkat.

"Surplus neraca non migas Juli 2024 ini lebih rendah jika dibandingkan bulan lalu dan bulan yang sama tahun lalu," ujarnya.

Lebih lanjut, Amalia menyampaikan, bahwa surplus Juli 2024 ini ditopang oleh surplus pada komoditas non migas yaitu USD 2,61 miliar dengan komoditas penyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak nabati, serta besi dan baja.

Adapun pada saat yang sama, neraca perdagangan migas mengalami defisit sebesar USD 2,13 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan minyak mentah.

"Defisit neraca perdagangan migas bulan Juli 2024 lebih dalam dibadingkan bulan sebelumnya ataupun bulan yang sama tahun lalu," ujarnya.

Berikut tiga negara penyumbang surplus terbesar Juli 2024, diantaranya Amerika Serikat USD 1.273 miliar, India USD 1.234 miliar, dan Filipina USD 742,9 miliar.

3 dari 3 halaman

Ekspor Indonesia Sentuh USD 22,21 Miliar di Juli 2024

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor pada Juli 2024 mencapai USD 22,21 miliar, mengalami peningkatan sebesar 6,55 persen dibanding bulan sebelumnya.

"Pada Juli 2024 nilai ekspor mencapai USD 22,21 miliar atau naik 6,55 persen dibandingkan Juni 2024," kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Kamis (15/8/2024).

Untuk rinciannya, nilai ekspor migas tercatat USD 1,42 milair atau naik 15,57 persen. Nilai ekpsor non migas juga naik sebesar 5,98 persen dengan nilai USD 20,79 miliar.

Peningkatan ekspor Juli 2024 secara bulanan terutama didorong oleh peningkatan ekspor non-migas yaitu pada komoditas biji logam, terak dan abu (HS26) yang naik sebesar 3.973,44 persen dengan andil 3,32 persen.

Selanjutnya, logam mulia dan perhiasan ataupun permata (HS 71) naik 51,11 persen dengan andil 1,28 persen, mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) naik sebesar 14,89 persen dengan andil 0,81 persen.

"Sementara itu, peningkatan ekspor migas terutama didorong oleh peningkatan nilai ekspor hasil minyak dnegan andil sebesar 0,82 persen," ujarnya.

Secara tahunan nilai ekpor Juli 2024 mengalami peningkatan sebesar 6,46 persen. Kenaikan ini didorong oleh penignkatan ekspor non igas terutama pada logam mulia dan permata (HS 71); bijih logal, terak dan abu (HS 26), dan kakao serta olahannya (HS 18).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini