Sukses

Citi Indonesia Ramal The Fed dan BI Barengan Pangkas Bunga di September 2024

suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan pada 12 Juli 2024 tercatat masing-masing pada level 7,30 persen, 7,39 persen, dan 7,43 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Citi Indonesia memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) pada bulan September mendatang.

Chief Economist Citi Indonesia Helmi Arman mengungkapkan, penurunan suku bunga ini hanya akan terjadi satu kali di sisa tahun 2024.

"Kami memperkirakan suku bunga kebijakan BI yang 7 hari atau BI Rate akan mulai turun di bulan September tahun ini sebesar 25 basis poin," kata Helmi dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (15/8/2024).

Helmi meyebut, penurunan juga akan terjadi pada suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk tenor 12 bulan. Dia memproyeksi suku suku bunga SRBI untuk tenor 12 bulan akan turun lebih tajam dibandingkan suku bunga acuan BI.

Sebagai informasi, suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan pada 12 Juli 2024 tercatat masing-masing pada level 7,30 persen, 7,39 persen, dan 7,43 persen.

"Kalau kita melihat yang terjadi ketika BI menaikkan suku bunga BI rate 7 hari baik pada bulan Oktober tahun lalu maupun pada bulan April tahun ini,  yang terjadi adalah kurva operasi moneternya dibuat lebih curam," papar Helmi.

"Perkiraan kita ketika suku bunga bergerak turun, maka yang akan terjadi adalah suku bunga SRBI nya yang akan lebih turun lebih banyak dibandingkan dengan suku bunga BI ratenya," lanjut dia.

Helmi juga mengungkapkan, penurunan suku bunga BI akan terjadi di bulan yang sama ketika The Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 50 bps.

"Perkiraan kami dengan asumsi bahwa The Fed menurunkan suku bunga ke arah 3,25 persen hingga pertengahan tahun depan, perkiraan kami BI rate akan bisa turun ke arah 5 persen dalam siklus penurunan suku bunga ini," imbuhnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Saat AS dan Jepang Guncang Bursa Saham Global

Bursa saham global alami volatilitas pada pekan ini tepatnya pada 5-9 Agustus 2024 yang didorong dari sentimen dari Jepang dan Amerika Serikat (AS). Hal ini dipicu rilis tingkat pengangguran AS yang memburuk.

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Minggu (11/8/2024), tingkat pengangguran naik 4,3 persen pada Jumat pekan lalu dibandingkan tingkat harapan 4,1 persen. Terakhir kali tingkat pengangguran di AS mencapai level itu pada pandemi COVID-19 dan September 2017.

Mengingat pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) terakhir menekankan data tenaga kerja alih-alih data inflasi yang tampaknya telah memberikan kepercayaan diri ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell. "Tingkat pengangguran yang tinggi secara tak terduga secara drastis menggeser harapan untuk pemotongan suku bungapada akhir tahun dari sekitar 75 basis poin pada Jumat menjadi 125 basis poin pada Senin,” demikian mengutip dari Ashmore Asset Management Indonesia.

Namun, ekspektasi sejak itu telah diturunkan mendekati pemangkasan suku bunga 100 basis poin pada akhir tahun.

Selain itu, pasar Jepang juga tidak luput dari volatilitas yang diperkuat kenaikan suku bunga pada pekan lalu oleh Bank Sentral Jepang. Suku bunga acuan Bank Sentral Jepang naik menjadi 0,25 persen dan dengan cepat memperkuat Yen menjadi 144,18 per dolar AS pada Senin pekan ini.

“Dampak utamanya adalah penjualan besar-besaran yang dipicu oleh penghentian investasi yang dikenal sebagai yen carry trade,” demikian seperti dikutip.

3 dari 3 halaman

Indeks Nikkei Tertekan

Adapun yang menjadi kekhawatiran utama adalah penurunan cepat dalam spread suku bunga antara Jepang (yang terlihat terus menaikkan suku bunga) dan Amerika Serikat (AS) yang memiliki harapan untuk pemangkasan suku bunga yang lebih tajam, dan merupakan inti dari strategi perdagangan yen carry trade, di samping risiko mata uang baru karena yen lebih kuat.

Sentimen itu mendorong indeks Nikkei 225 turun tajam dalam satu pada perdagangan Senin, 5 Agustus 2024, tetapi sejak itu mengalami pemulihan cepat pada hari berikutnya.

“Salah satu faktor utama yang telah meredakan sebagian besar kepanikan di pasar Jepang adalah nada dovish dari Deputi Gubernur Bank Sentral Jepang Shinichi Ueda, yang menunjukkan kehati-hatian dalam kenaikan suku bunga lebih lanjut, saat volatilitas pasar tetap tinggi,”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.