Sukses

Harga Minyak Mentah Turun Dampak AS Paksa Gencatan Senjata di Gaza

Penurunan harga minyak mentah ini dikarenakan Pemerintah AS mendorong adanya kesepakatan gencatan senjata guna mengakhiri pertempuran di Gaza.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) turun hampir 3% pada penutupan perdagangan Senin. Harga minyak mentah AS ditutup di bawah level USD 75 per barel.

Penurunan harga minyak mentah AS ini dikarenakan AS mendorong adanya kesepakatan gencatan senjata guna mengakhiri pertempuran di Gaza. Selain itu, kekhawatiran tentang melemahnya permintaan juga membebani pasar minyak mentah.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berada di Israel, di mana ia memperingatkan bahwa ini mungkin merupakan kesempatan terakhir untuk mengamankan kesepakatan yang mengakhiri pertempuran dan membebaskan sandera yang ditahan oleh Hamas.

Pembicaraan gencatan senjata dijadwalkan akan berlanjut minggu ini di Kairo, Mesir.

Mengutip CNBC, Selasa (20/8/2024), berikut ni adalah harga energi penutupan hari Senin:

  • Harga minyak West Texas Intermediate untuk kontrak September ditutup USD 74,37 per barel, turun USD 2,28 atau 2,97%. Sepanjang hahun ini harga minyak AS telah naik 3,8%.
  • Harga minyak Brent untuk kontrak Oktober ditutup USD 77,66 per barel, turun USD 2,02 atau 2,54%. Dari awal tahun sampai hari ini harga patokan global ini naik 0,8%.
  • Harga Bensin untuk lontrak September ditutup USD 2,26 per galon, turun lebih dari 4 sen atau 2%. Tahun ini harga bensin naik 7,7%.
  • Harga gas alam lontrak September ditutup USD 2,23 per seribu kaki kubik, naik 11 sen atau 5,3%. Tahun ini harga gas turun 11,1%.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Premi Risiko Geopolitik

Minyak mentah AS telah diperdagangkan dalam kisaran antara USD 75 dan USD 80 per barel dalam sepekan terakhir, dengan pasar terjebak di antara ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang dapat mengganggu pasokan dan mendorong harga lebih tinggi, dan fundamental penawaran dan permintaan yang mengarah ke arah sebaliknya.

Pendiri Energy Aspects Amrita Sen mengatakan kepada CNBC bahwa permintaan sedang mendorong pasar saat ini, dengan harga merespons data yang sangat lemah dari China.

Para pedagang sebagian besar telah memudarkan premi risiko geopolitik karena tidak ada gangguan pasokan, kata Sen.

"Pandangan bearish itu sederhana, dan dalam jangka menengah, aktivitas ekonomi yang melambat, pelemahan di Asia, dan margin kilang yang lebih rendah semuanya bukan pertanda baik bagi harga minyak mentah menjelang akhir tahun," Brian Leisen, analis minyak global di RBC Capital Markets, mengatakan kepada klien dalam sebuah catatan pada hari Minggu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.