Sukses

Kurs Rupiah Hari Ini Perkasa ke Level 15.494 per USD

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa diperkirakan meningkat karena data aktivitas ekonomi Amerika Serikat (AS) ke depan yang lemah. Pada awal perdagangan Selasa pagi, kurs rupiah naik 56 poin atau 0,36 persen menjadi 15.494 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.550 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa diperkirakan meningkat karena data aktivitas ekonomi Amerika Serikat (AS) ke depan yang lemah. Pada awal perdagangan Selasa pagi, kurs rupiah naik 56 poin atau 0,36 persen menjadi 15.494 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.550 per dolar AS.

"Rupiah diperkirakan akan kembali menguat terhadap dolar AS yang melanjutkan perlemahan setelah data aktivitas ekonomi ke depan leading index yang sangat lemah," kata analis mata uang Lukman Leong dikutip dari Antara, Selasa (20/8/3024).

CB Leading Index AS secara month on month (mom) pada Juli 2024 tercatat sebesar -0,6 persen, lebih lemah dibandingkan perkiraan -0,3 persen dan lebih rendah dibandingkan Juni 2024 sebesar -0,2 persen.

Dolar AS juga masih dalam tekanan oleh antisipasi investor pada pidato Ketua bank sentral AS Jerome Powell pekan ini yang diharapkan akan memberikan pernyataan dovish terkait arah kebijakan suku bunga acuannya.

Saat ini peluang penurunan suku bunga AS pada September 2024 masih sebesar 25 basis poin (bps), investor akan kembali menghitung kemungkinan setelah pidato Powell. Lukman memprediksi nilai tukar rupiah berada di rentang 15.500 per dolar AS sampai dengan 15.600 per dolar AS.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bank Indonesia Masih Tahan Suku Bunga Acuan, Ada Potensi Turun?

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) terpaksa masih menahan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25 persen. Kebijakan moneter ini diambil lantaran bank sentral masih fokus memitigasi dampak risiko global, khususnya terkait penurunan suku bunga acuan The Fed.

"Untuk moneter, terpaksa nih karena di global orang masih nunggu-nunggu diturunkannya Fed Fund Rate, kemudian volatilitas dari pasar keuangan global masih tinggi, terpaksa kita menempuh kebijakan moneter yang belum akomodatif," ujar Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono di sela acara FEKDI-KKI di JCC Senayan, Jakarta, Sabtu (3/8/2024).

Erwin menyatakan, penahanan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) ini juga bermaksud untuk menjaga nilai tukar rupiah yang tengah dalam tekanan hebat.

"Rupiah terdepresiasi. Walaupun lebih rendah daripada peer group kita, tapi kan untuk mempertahankan itu kita terpaksa membuat kebijakan moneter yang belum akomodatif," ungkap dia.

Mengutip pernyataan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Erwin menambahkan, pihak bank sentral pastinya bakal buka peluang untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan apabila gejolak keuangan di pasar global sudah mereda.

"Moneter terpaksa belum akomodatif. Kalau moneter akomodatif, kami masih hati-hati karena memang nanti jangan-jangan nilai tukarnya semakin berat," tegas dia.

Ia menekankan, faktor penentu kebijakan moneter bukan hanya berasal dari dan negeri saja. Terlebih situasi dunia saat ini masih terus memanas, memaksa pihak regulator harus tetap berhati-hati dalam mengambil tiap keputusan.

"Tergantung keuangan mereda atau tidak. Nilai tukar dan sebagainya bukan ditentukan dalam negeri, tapi juga faktor di luar negeri," pungkas Erwin.

 

3 dari 3 halaman

Rilis Buku tentang Perjuangan Kantor Perwakilan Bantu UMKM, Bos BI: Ini The Real Story

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menghadiri peluncuran buku berjudul Listen and Design: on Micro, Small and Medium Enterprises di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Sabtu (3/8/2024).

Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa dan Visiting Scholar Standford University, Gita Wirjawan.

Adapun buku karya Research Scholar Bank Indonesia Institute yang ditulis Iwan Jaya Aziz ini memuat perjuangan kantor perwakilan BI di seluruh Indonesia dalam mengangkat UMKM di pelosok daerah.

"Ini dokumentasi, the real story yang ditulis dengan kaidah akademik," ujar Perry dalam acara peluncuran dan bedah buku bertajuk Listen and Design: on Micro, Small and Medium Enterprises di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Sabtu (3/8/2024).

Menurut dia, buku tersebut juga selaras dengan Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) x Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2024 yang sudah memasuki hari ketiga. Perry mengatakan, FEKDI x KKI 2024 dilandasi pada tiga aspek penting, yakni love (cinta), devotion (pengorbanan), dan life (kehidupan).

"Bagi saya dan BI, ini tidak hanya event m yang biasa, semuanya yang kita lakukan kami persembahan dengan rasa cinta, penuh pengabdian, dan memajukan kehidupan kita," ucap Perry.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini