Sukses

Rupiah Ditutup Perkasa Naik 114 Poin Jadi 15.436 per Dolar AS, Ini Penyebabnya

Rupiah ditutup menguat 114 poin menjadi 15.436 per dolar AS dari sebelumnya 15.550 per dolar pada Selasa, 20 Agustus 2024.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melesat 114 poin pada perdagangan Selasa, (20/8/2024). Penguatan rupiah tersebut didorong harapan penurunan suku bunga bank sentral AS dan target defisit sebesar 2,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Rupiah naik 114 poin atau 0,91 persen menjadi 15.436 per dolar AS dari sebelumnya 15.550 per dolar AS pada Selasa, 20 Agustus 2024. Demikian mengutip Antara, Selasa pekan ini.

Ekonom Bank Central Asia (BCA),David Sumual menuturkan, rupiah cenderung menguat pada Selasa pekan ini didorong sentimen harapan penurunan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) pada September 2024. “Pasar juga menyambut positif pidato APBN yang menargetkan defisit terukur sebesar 2,5 persen PDB," ujar David saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, rupiah cenderung menguat selama harapan the Fed akan turunkan suku bunga kecuali ada gejolak geopolitik dunia dan AS alami resesi yang dalam. "Selama soft landing atau pelemahan ekonomi AS moderat dan the Fed turunkan bunga bertahap,rupiah akan oke,” kata David.

Ia menambahkan, hingga akhir 2024, rupiah akan bergerak di kisaran 15.400-15.800 terhadap dolar AS.

Hal senada dikatakan Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi. Dalam paparannya, ia menyebutkan, investor juga menanti indikasi rencana the Fed untuk keputusan suku bunga berikutnya.

The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada masing-masing dari tiga pertemuan yang tersisa pada 2024. Selain itu, satu pengurangan lebih banyak dari yang diperkirakan bulan lalu, menurut mayoritas ekonom yang disurvei oleh Reuters yang mengatakan resesi tidak mungkin terjadi.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Prediksi Rupiah

Ia menambahkan, Anggota Fed Mary Daly dan Austan Goolsbee selama akhir pekan mengisyaratkan kemungkinan pelonggaran pada September, sementara risalah pertemuan kebijakan terakhir yang akan dirilis minggu ini seharusnya menggarisbawahi prospek yang dovish.

"Ketua Fed Jerome Powell berpidato di Jackson Hole pada hari Jumat dan investor berasumsi ia akan mengakui alasan pemangkasan suku bunga,” tutur Ibrahim.

Di sisi lain, ia mengatakan, Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Selasa dan Rabu pekan ini. Salah satu yang paling ditunggu pasar adalah pernyataan BI mengenai kebijakan ke depan. Bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) sudah mengisyaratkan pemangkasan pada September dan BI diperkirakan akan mengikutinya.

"BI sendiri sudah mengerek suku bunga sebesar 275 bps dari 3,5% pada Agustus 2022 menjadi 6,25% saat ini. Pemangkasan suku bunga diharapkan bisa mendongrak kredit dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. BI juga akan memutuskan suku bunga acuan atau BI Rate periode Agustus 2024,” kata dia.

Ibrahim prediksi, rupiah fluktuatif tetapi ditutup menguat direntang  15.350-15.450 pada perdagangan Rabu, 21 Agustus 2024. Hingga akhir 2024,Ibrahim perkirakan rupiah akan sentuh 14.700 terhadap dolar AS.

 

3 dari 4 halaman

Pembukaan Rupiah pada 20 Agustus 2024

Sebelumnya, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa diperkirakan meningkat karena data aktivitas ekonomi Amerika Serikat (AS) ke depan yang lemah. Pada awal perdagangan Selasa pagi, kurs rupiah naik 56 poin atau 0,36 persen menjadi 15.494 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.550 per dolar AS.

"Rupiah diperkirakan akan kembali menguat terhadap dolar AS yang melanjutkan perlemahan setelah data aktivitas ekonomi ke depan leading index yang sangat lemah," kata analis mata uang Lukman Leong dikutip dari Antara, Selasa (20/8/3024).

CB Leading Index AS secara month on month (mom) pada Juli 2024 tercatat sebesar -0,6 persen, lebih lemah dibandingkan perkiraan -0,3 persen dan lebih rendah dibandingkan Juni 2024 sebesar -0,2 persen.

Dolar AS juga masih dalam tekanan oleh antisipasi investor pada pidato Ketua bank sentral AS Jerome Powell pekan ini yang diharapkan akan memberikan pernyataan dovish terkait arah kebijakan suku bunga acuannya.

Saat ini peluang penurunan suku bunga AS pada September 2024 masih sebesar 25 basis poin (bps), investor akan kembali menghitung kemungkinan setelah pidato Powell. Lukman memprediksi nilai tukar rupiah berada di rentang 15.500 per dolar AS sampai dengan 15.600 per dolar AS.

 

 

4 dari 4 halaman

Bank Indonesia Masih Tahan Suku Bunga Acuan, Ada Potensi Turun?

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) terpaksa masih menahan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25 persen. Kebijakan moneter ini diambil lantaran bank sentral masih fokus memitigasi dampak risiko global, khususnya terkait penurunan suku bunga acuan The Fed.

"Untuk moneter, terpaksa nih karena di global orang masih nunggu-nunggu diturunkannya Fed Fund Rate, kemudian volatilitas dari pasar keuangan global masih tinggi, terpaksa kita menempuh kebijakan moneter yang belum akomodatif," ujar Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono di sela acara FEKDI-KKI di JCC Senayan, Jakarta, Sabtu (3/8/2024).

Erwin menyatakan, penahanan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) ini juga bermaksud untuk menjaga nilai tukar rupiah yang tengah dalam tekanan hebat.

"Rupiah terdepresiasi. Walaupun lebih rendah daripada peer group kita, tapi kan untuk mempertahankan itu kita terpaksa membuat kebijakan moneter yang belum akomodatif," ungkap dia.

Mengutip pernyataan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Erwin menambahkan, pihak bank sentral pastinya bakal buka peluang untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan apabila gejolak keuangan di pasar global sudah mereda.

"Moneter terpaksa belum akomodatif. Kalau moneter akomodatif, kami masih hati-hati karena memang nanti jangan-jangan nilai tukarnya semakin berat," tegas dia.

Ia menekankan, faktor penentu kebijakan moneter bukan hanya berasal dari dan negeri saja. Terlebih situasi dunia saat ini masih terus memanas, memaksa pihak regulator harus tetap berhati-hati dalam mengambil tiap keputusan.

"Tergantung keuangan mereda atau tidak. Nilai tukar dan sebagainya bukan ditentukan dalam negeri, tapi juga faktor di luar negeri," pungkas Erwin.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini