Sukses

Genjot Produksi Minyak, Ditjen Migas dan Pertamina Bakal Sambangi China

Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM Ariana Soemanto menuturkan, pihaknya telah menyiapkan jadwal berangkat ke China dalam waktu dekat ini.

Liputan6.com, Jakarta - Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama PT Pertamina (Persero) dalam waktu dekat ini berencana menyambangi China.

Tujuannya mempelajari proses peningkatan produksi minyak dengan menggunakan enhanced oil recovery (EOR) milik raksasa migas asal Negeri Tiongkok, China Petroleum & Chemical Corporation alias Sinopec. 

Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM Ariana Soemanto menyampaikan, pihaknya telah menyiapkan jadwal untuk berangkat ke China dalam waktu dekat ini. 

Setelahnya, tim dari Sinopec akan gantian mengunjungi Indonesia guna melihat potensi harta karun minyak di 5 lapangan milik PT Pertamina EP, yakni Lapangan Rantai, Tanjung, Pamusian, Jirak, dan Zulu.

"Tim dari Pertamina sama Ditjen Migas akan ke China, untuk melihat teknologi EOR di sana. Nanti setelah itu baru tim dari China akan ke Indonesia untuk melihat kandidat dari 5 lapangan tersebut. Termasuk untuk mengevaluasi potensi jika teknologi dari China itu diterapkan," jelas Ariana di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (20/8/2024).

Nantinya, kata Ariana, Pertamina akan menjalin kerja sama melalui skema Kerja Sama Operasi (KSO) dengan Sinopec, dimana Pertamina akan bertindak sebagai operator. 

"Bentuk kerja samanya itu KSO, kerja sama operasi. Jadi Pertamina sebagai operator wilayah itu melakukan KSO dengan Sinopec," ujar dia. 

Sebelumnya, eks Menteri ESDM Arifin Tasrif sempat mengutarakan, China telah menyampaikan minat untuk menjalin kerjasama dengan PT Pertamina EP guna mendongkrak produksi minyak di 5 lapangan. 

"Kemudian untuk kerjasama penerapan teknologi, kita kerjasama dengan China. Ini sudah ada respons dari Sinopec untuk 5 lapangan Pertamina EP," ujar Arifin di Kantor Ditjen Migas Kementerian ESDM, Jakarta beberapa waktu lalu. 

Pemerintah dan Sinopec tengah berproses dengan mekanisme perjanjian kerja sama operasi (KSO) model baru yang lebih menarik dan fleksibel dengan menjaga keekonomian dan risiko bagi partner. 

 

2 dari 4 halaman

Upaya Peningkatan Produksi

Arifin menyampaikan, salah satu lapangan tersebut berlokasi di lepas pantai dekat Bekasi, yakni Zulu yang terletak di Blok Offshore North West Java (ONWJ). 

"Zulu ini di ONWJ, depannya Bekasi. Ya china Sinopec punya kemampuan. Kita sudah ke sana, sekarang tinggal menunggu follow up," imbuh dia.

Sinopec sedang proses bekerja sama dengan Pertamina untuk penerapan teknologi dan upaya peningkatan produksi pada 5 kandidat lapangan migas. 

Opsi mekanismenya melalui Kerja Sama Operasi (KSO) model baru/modifikasi antara Pertamina dan Sinopec, yang berdasarkan evaluasi merupakan skema yang lebih cepat, fleksibel, dan tetap menarik.

Saat ini statusnya proses izin pembukaan data migas, kemudian confidentiality agreement (CA) antara Pertamina-Sinopec. Selanjutnya pengiriman Tim Teknis Sinopec untuk studi ke 5 lapangan Pertamina dalam rangka menentukan pilihan lapangan dan teknologi yang akan diterapkan per lapangan.

"Hal tersebut sesuai arahan Bapak Menteri ESDM, bahwa Direktorat Jenderal Migas, SKK Migas dan Pertamina agar kolaborasi mendorong kerja sama dengan perusahaan China ini berjalan lebih cepat," ungkap Ariana pada kesempatan terpisah.

3 dari 4 halaman

7 Sumur Lapangan Banyu Urip Target Produksi 42,9 Juta Barel Minyak

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif telah meresmikan produksi minyak perdana Banyu Urip Infill Clastic (BUIC) Blok Cepu di Bojonegoro, Jawa Timur pada Jumat (9/8/2024). Minyak perdana tersebut keluar dari salah satu sumur, dari rencana pemboran sebanyak 5 sumur infill dan 2 sumur clastic oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL).

Proyek Banyu Urip Infill Clastic (BUIC) memiliki sasaran untuk memproduksikan perkiraan tambahan minyak sebesar 42,92 juta barel minyak atau millions barrel oil (MMBO). Melalui pengeboran 7 sumur di Lapangan Banyu Urip yakni 5 sumur infill dan 2 sumur clastic, dimana 6 sumur akan tajak di 2024 dan 1 Sumur akan tajak pada 2025. 

"Minyak perdana yang peresmiannya kita saksikan hari ini merupakan minyak yang diproduksikan dari sumur B13 sebesar 13.300 barel, yang merupakan sumur pertama dari proyek ini," ujar Arifin dalam keterangan tertulis, Sabtu, 10 Agustus 2024.

Arifin menambahkan, untuk menghasilkan tambahan produksi tersebut diperlukan upaya-upaya khusus. Dari infill ini diperkirakan akan ada tambahan produksi sebesar 40-60 juta barel dan dapat digunakan untuk menekan penurunan laju produksi minyak (decline).

Kegiatan ini diproyeksikan dapat menambah produksi lapangan Banyu Urip sebesar 42 juta barel. Sehingga dapat meningkatkan produksi minyak di lapangan Banyu Urip yang saat ini berkontribusi sekitar 25 persen dari produksi minyak secara nasional. Kegiatan pemboran sumur infill dan clastic ini dapat menambah 20.000-30.000 barel per hari (BOPD), sehingga bisa menahan laju penurunan produksi.

"Dilapisan infill ini diperkirakan akan tambahan kurang lebih 40-60 juta barel, kita ambil dulu untuk menahan penurunan atau decline dan yang kita ambil hari ini dari sumur B-13 sebesar 13.300 barel dan keliahatannya masih bisa lebih," lanjut Arifin.

4 dari 4 halaman

Target Onstream

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengutarakan, setelah sumur pertama B13 berproduksi diharapkan kuartal 4 2024, sumur kedua yakni sumur B12 menyusul onstream sesuai target Work Program & Budget (WP&B). 

"Diharapkan dari dua sumur ini dapat memberikan kontribusi produksi rata-rata tahunan sebesar kurang lebih 9285 BOPD di tahun 2024. Meskipun onstream sumur pertama sempat bergeser, SKK Migas berharap BUIC tetap dapat memberikan kontribusi yang sama sesuai yang sudah di targetkan dalam WP&B 2024," tutur Dwi.

Pasca sumur pertama dan kedua onstream, tiga sumur lainnya dari proyek ini yakni Sumur C13, C14, dan C19 ditargetkan untuk onstream pada kuartal I 2026. 

Sumur Lain

Begitu juga untuk 2 sumur clastic yakni C15 dan C21, diharapkan nantinya informasi dari sumur ini dapat memberikan data yang lebih akurat tentang potensi kandungan Minyak lapisan clastic Lapangan Banyu Urip dengan perkiraan cadangan 3P kurang lebih 670 juta barel oil.

"Proyek BUIC ini diharapkan akan mencapai produksi puncak pada tahun 2027 dengan level produksi 19.000 BOPD. Mohon dukungan dari segenap pemangku kepentingan terhadap pengerjaan sumur-sumur tersebut sehingga target onstream ini bisa kita penuhi," pungkas Dwi.

 

Video Terkini