Sukses

Rupiah Loyo Hari Ini 21 Agustus 2024 Usai BI Tahan Suku Bunga 6,25%

Rupiah ditutup melemah 64 point terhadap dolar Amerika Serikat pada Rabu, 21 Agustus 2024.

Liputan6.com, Jakarta - Rupiah mengalami penurunan setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate di level 6,25% pada Rabu, 21 Agustus 2024.

Rupiah ditutup melemah 64 point terhadap dolar Amerika Serikat (USD) walaupun sebelumnya sempat menguat 8 point dilevel Rp.15.499,5 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.435,5.

"Sedangkan untuk  perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp.15.440 - Rp.15.550," ungkap Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, dikutip Rabu (21/8/2024).

Seperti diketahui, BI mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate di level 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan Agustus 2024.

Keputusan mempertahankan BI rate 6,25% ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro stabilitas. Selain itu, bank sentral juga mematok inflasi tahun 2024 berada di kisaran 2,5% plus minus 1%.

BI kembali mengingatkan ketidakpastian global terkait ketegangan geopolitik dan prospek pertumbuhan ekonomi global masih mengkhawatirkan, sehingga menimbulkan risiko bagi pergerakan rupiah meskipun kondisi ekonomi domestik Indonesia cukup kuat. 

Perlambatan ekonomi global ini dapat memberikan tekanan pada sektor eksternal Indonesia, sehingga meningkatkan risiko pelebaran defisit neraca transaksi berjalan di tengah tren ekspansi defisit fiskal, beber BI.

Sementara itu, laporan penggajian bulanan yang lemah di awal bulan ini menjadi katalis bagi lonjakan volatilitas di seluruh kelas aset, membuat para pelaku pasar bersiap menghadapi potensi guncangan lain dengan data yang direvisi yang akan dirilis pada hari Rabu, Ibrahim menyoroti.

Alat FedWatch Tool dari CME Group menunjukkan, laporan penggajian tanggal 2 Agustus membuat para pedagang berlomba-lomba memperkirakan prospek The Fed perlu memangkas suku bunga setengah persen poin pada pertemuan kebijakan pertengahan September, mendorong kemungkinan tersirat dari langkah tersebut menjadi sekitar 71%.

 

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan pribadi seorang pengamat. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor transaksi terkait. 

Sesuai dengan UU PBK No.32 Tahun 1997 yang diperbaharui dengan UU No.10 Tahun 2011 bahwa transaksi di Valas beresiko tinggi dan keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pasar Terus Pantau Pernyataan Bos The Fed

Di Asia, para pedagang akan mencermati sesi khusus parlemen Jepang pada hari Jumat. Gubernur BOJ Kazuo Ueda akan bersaksi dan fokus akan tertuju pada nadanya setelah wakilnya yang berpengaruh Shinichi Uchida  mengambil sikap yang lebih dovish awal bulan ini, membantu menenangkan pasar.

Adapun pidato utama Ketua The Fed Jerome Powell pada hari Jumat di simposium ekonomi Jackson Hole di Kansas City Fed akan diurai dengan hati-hati untuk mencari petunjuk tentang kemungkinan besarnya pemotongan suku bunga bulan depan, dan apakah biaya pinjaman kemungkinan akan diturunkan pada setiap pertemuan Fed berikutnya.

 

 

3 dari 4 halaman

Rupiah Dibuka Melemah, Pasar Menanti Hasil Rapat Dewan Gubernur BI

Sebelumnya, nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan pada awal perdagangan hari Rabu (tanggal belum tercantum), dengan pasar masih menantikan keputusan penting dari Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang berlangsung hari ini.

Dikutip dari Antara, Rabu (21/8/2024), nilai tukar rupiah dibuka melemah 15 poin atau sekitar 0,10 persen, dari sebelumnya 15.436 per dolar AS menjadi 15.451 per dolar AS.

Pelemahan ini mencerminkan ketidakpastian pasar terhadap kebijakan moneter yang akan diambil oleh Bank Indonesia, terutama di tengah spekulasi terkait langkah yang akan diambil dalam beberapa bulan ke depan.

Menurut analis Finex, Brahmantya Himawan, fokus utama pasar saat ini adalah pernyataan Bank Indonesia terkait arah kebijakan suku bunga.

"Bank sentral AS, The Fed, telah mengindikasikan potensi penurunan suku bunga pada September, dan ekspektasi pasar adalah BI akan mengikuti tren global ini," ujar Brahmantya.

4 dari 4 halaman

Suku Bunga Acuan

Sejak Agustus 2022, Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 275 basis poin, dari 3,5 persen menjadi 6,25 persen.

Kebijakan pengetatan moneter ini diambil untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas Rupiah. Namun, dengan adanya ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter di Amerika Serikat, pasar kini berharap BI akan mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga guna mendorong pinjaman dan pertumbuhan ekonomi.

Penurunan suku bunga oleh BI dipandang sebagai langkah potensial untuk memperkuat Rupiah terhadap dolar AS. Jika suku bunga diturunkan, hal ini dapat memicu peningkatan pinjaman dan aktivitas ekonomi di dalam negeri, yang pada gilirannya dapat mendukung stabilitas Rupiah

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini