Sukses

Indonesia Bisa jadi Hub Manufaktur EBT di ASEAN, Ekspor Listrik ke Singapura Buktinya

Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi hub manufaktur energi terbarukan di kawasan

 

Liputan6.com, Jakarta PT Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) bekerja sama dengan Suntech menyelenggarakan diskusi panel bertajuk Road To IISF 2024: The Future of Energy Value Chains in The Regional Low-Carbon Economy Development.

Acara ini bertujuan untuk mengupas masa depan rantai nilai energi dalam pengembangan ekonomi rendah karbon di kawasan regional, sekaligus memperkuat peran KITB sebagai pusat manufaktur energi terbarukan di ASEAN.

Diskusi ini dihadiri oleh para pemangku kepentingan utama dari sektor energi terbarukan dan industri ekonomi rendah karbon di Indonesia. Mereka berbagi pandangan dan strategi untuk mendorong pengembangan rantai nilai yang berkelanjutan, sejalan dengan target ambisius Indonesia untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2060.

Dengan memanfaatkan peta jalan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri), Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi hub manufaktur energi terbarukan di kawasan ini, termasuk proyek listrik lintas batas ke Singapura.

Dalam acara ini, juga dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara PT KITB dengan Suntech Velue Chain Partners.

"Kerja sama ini merupakan langkah strategis bagi KITB untuk mendukung pengembangan industri energi terbarukan yang berkelanjutan di Indonesia, serta memperkuat posisi kita sebagai pusat manufaktur regional di Asia Tenggara," kata Direktur Utama PT KITB Ngurah Wirawan dikutip Kamis (22/8/2024).

Deputy Director Wuxi Suntech Power Co Dongmei Miao menambahkan, KITB menawarkan infrastruktur yang ideal dan fasilitas yang lengkap untuk mendukung perkembangan industri energi terbarukan

"Kami percaya kerja sama ini akan mempercepat transisi menuju ekonomi rendah karbon di kawasan ini," tutur dia.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Indonesia Bakal Ekspor 2 Gigawatt Listrik Bersih ke Singapura

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membahas soal rencana Indonesia untuk melakukan ekspor listrik ke Singapura.

Rencana ini turut dibahas dalam pertemuan Menko Airlangga Hartarto dengan sejumlah menteri dari negara lain, pada The 2nd Asia Zero Emission Community (AZEC) Ministrial Meeting di St Regis Hotel, Jakarta, Rabu (21/8/2024).

Airlangga mengatakan, transmisi atau jaringan interkoneksi untuk menghubungkan sistem kelistrikan Jawa dan Sumatera jadi salah satu prioritas dalam membentuk sistem jaringan terintegrasi di antara negara-negara Asia Tenggara, atau ASEAN Power Grid.

"Tadi juga saya sampaikan bahwa grid listrik ini tidak hanya di Jawa-Sumatera, tapi konektif nyambung dengan Kepulauan Riau. Lalu Batam-Bintan-Karimun, ini menjadi salah satu juga proyek yang nanti solar panelnya sudah akan di-offtake oleh Singapura," ujarnya.

"Nah, ini kita juga akan mempersiapkan multiple channel transmission ke Singapura karena kita mengurangi masalah risiko maintenance dan outage. Karena itu wilayah yang transportasinya sangat kuat, sangat ramai," dia menambahkan.

 

3 dari 3 halaman

Ekspor Listrik

Adapun pada 2023, beberapa perusahaan Indonesia dan Singapura telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait ekspor listrik. Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) Rachmat Kaimuddin mengatakan, Indonesia siap mengekspor listrik bersih rendah karbon sebesar 2 gigawatt ke Singapura.

"Kami berharap kerja sama ini akan menciptakan peluang bagi Indonesia untuk menjadi pemain utama sebagai hub global industri solar PV dan memberikan lebih banyak alternatif bagi rantai pasok solar PV di dunia," ujar Rachmat beberapa waktu lalu, dikutip dari Antara.

Impor 4 Gigawatt Listrik

Singapura akan melakukan impor 4 gigawatt listrik rendah karbon pada 2035, di mana 50 persen dari total yang dibutuhkan berasal dari Indonesia.

Kerja sama antara Indonesia dan Singapura, merupakan sebuah kerangka kerja untuk memfasilitasi proyek-proyek komersial guna mengembangkan energi karbon dan perdagangan listrik lintas batas serta interkoneksi kedua negara.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini