Sukses

Motor Listrik vs Bensin, Mana Lebih Hemat?

Berdasarkan penelitian internal ESDM, penggunaan motor konvensional dengan jarak sekitar 35 kilometer menghabiskan 1 liter bensin jenis Pertamax. Adapun, harga Pertamax atau BBM sejenisnya berkisar Rp 13.700 per liter.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong program konversi motor bensin ke motor listrik. Program ini merupakan upaya pemerintah untuk mengurangi emisi.

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mengungkapkan manfaat ekonomis penggunaan motor listrik dibandingkan motor bensin dengan bahan bakar BBM. Dia menyebut, penggunaan motor listrik dapat menekan biaya bensin.

Berdasarkan penelitian internal ESDM, penggunaan motor konvensional dengan jarak sekitar 35 kilometer menghabiskan 1 liter bensin jenis Pertamax. Adapun, harga Pertamax atau BBM sejenisnya berkisar Rp 13.700 per liter.

 

"Kalau pakai Pertamax harganya Rp13.700 kira-kira seperti itu angka keekonomian," kata Dadan dalam acara EV Conversion Forum 2024 di Kementerian ESDM, Jakarta, dikutip Jumat (23/8/2024).

Sementara konsumsi energi motor listrik untuk jarak tempuh yang sampah memerlukan daya 1 kWh. Adapun, biaya untuk 1 kWh daya membutuhkan biaya sekitar Rp2.000-an di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).

"Di sini ada bayar tarif mana, tarif mana, tapi saya misalkan 1 kWh itu berapa kalau di SPKLU angkanya di sekitar Rp2000 an itu biaya versus dengan Rp 13.700 (Pertamax)," beber dia.

Setali tiga uang, dari sisi lingkungan motor listrik juga memiliki keunggulan dibandingkan motor konvensional. Dadan mencatat, untuk setiap konsumsi 1 liter bensin menghasilkan 2,5 kilogram emisi CO2.

"Sekarang 1 kWh dari sisi emisinya, kira-kira 1 KWH itu emisi untuk jawa ini 1 kilo, jadi 1 kilogram CO2, kalau kita pakai motor listrik," imbuh dia.

Konversi Motor Bensin ke Listrik

Untuk itu, Dadan mendorong pemanfaatan program konversi motor bensin ke listrik oleh pelaku usaha. Mengingat adanya sederet keunggulan bagi masyarakat dari sisi ekonomi maupun lingkungan.

"Kami terus memperluas program ini dengan melibatkan ibu bapak dari badan usaha sebagai program CSR, dan juga menurut saya tidak selalu program CSR, tapi program yang ada di perusahaan tersebut. Misalkan di pertambangan misalkan motor-motor yang ada di situ isi dikonversi secara internal," tandasnya.

2 dari 3 halaman

Deretan Mobil Listrik Terlaris di Indonesia, Merek China Mendominasi

Sebelumnya, penjualan mobil listrik di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang positif. Namun, berdasarkan kondisi pasar saat ini, pabrikan China mendominasi berkat banyaknya pilihan model baru yang ditawarkan.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), BYD Seal berhasil menjadi yang paling laris, dengan penjualan sebanyak 1.290 unit pada Juli 2024.

Masih dari jenama asal Tiongkok, Wuling Cloud EV berhasil merebut posisi kedua, dengan penjualan sebanyak 550 unit, dan disusul oleh Chery Omoda E5 yang berhasil terkirim sebanyak 394 unit.

BYD kembali mengirimkan wakilnya, untuk bisa menempati posisi lima besar, tepatnya di peringkat keempat penjualan mobil listrik yaitu Atto 3 yang terjual sebanyak 388 unit, dan diposisi lima, ada MG 4 EV yang berhasil terjual sebanyak 332 unit.

Beralih ke pabrikan Korea Selatan, Hyundai Kona Electric berhasil menduduki posisi keenam, dengan penjualan sebanyak 248 unit.

BYD Dolphin berhasil menjadi terlaris kedelapan dengan penjualan 207 unit, diikuti dengan Wuling Air EV di posisi kedelapan dengan penjualan sebanyak 205 unit.

Dua posisi terbawah dari deretan 10 mobil terlaris di Indonesia pada Juli 2024, adalah Wuling BinguoEV di posisi kesembilan dengan penjualan 128 unit, dan Hyundai Ioniq 5 hanya mampu menduduki peringkat kesepuluh dengan penjualan sebanyak 123 unit.

 

 

3 dari 3 halaman

Harga Baterai saat Ini Lebih Murah 90 Persen Dibanding 15 Tahun Lalu

Mobil listrik bukanlah hal baru seperti beberapa tahun lalu. Bahkan, biaya pembuatan kendaraan ramah lingkungan ini tentu saja lebih murah dibanding 15 tahun lalu.

Sebuah studi baru, dari kantor Teknologi Kendaraan Departemen Energi (DOE), disitat dari Carscoops menunjukan bahwa harga baterai kendaraan listrik telah turun hingga 90 persen, antara 2008 hingga 2023.

Dengan begitu, banyak pabrikan yang bahkan lebih mudah untuk menutup kesenjangan harga antara kendaraan bermesin konvensional atau ICE dengan kendaraan listrik.

Salah satu faktor terpenting dalam produksi kendaraan listrik, adalah ukuran, berat, dan biaya paket baterai. Beruntungnya, biaya paket baterai terus menurun selama beberapa dekade terakhir, berkat peningkatan teknologi dan kimia baterai, proses manufaktur baru, dan peningaktan volume produksi yang cukup besar.

Menurut DOE, biaya paket baterai lithium-ion telah turun dari US$ 1.415 / kWh pada 2008, menjadi US$ 139 / kWh pada 2023.