Sukses

BI Beberkan Pekerjaan Rumah Utama di Sektor Keuangan Indonesia

Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Ryan Rizaldy menuturkan, PR inklusi keuangan di Indonesia mandek bertahun-tahun.

Liputan6.com, Bali - Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI), Ryan Rizaldy menyebut Pekerjaan Rumah (PR) yang utama di sektor keuangan di Indonesia adalah meningkatkan inklusi keuangan.

"Yang mungkin yang paling menonjol di sini yang ingin saya bahas dan garis bawahi adalah PR inklusi keuangan kita yang mandek bertahun-tahun,” kata Ryan dalam diskusi media di Bali, Jumat (23/8/2024).

Hal itu ditunjukkan dengan laporan Bank dunia (World Bank) yang mencatat angka inklusi keuangan Indonesia pada 2018 di kisaran 49 persen.

"2018 saya mengacu kepada laporannya Bank Dunia. Itu angka inklusi keuangan kita berhenti di 49 persen, setiap kali keluar laporan yang baru angkanya tetap saja mandep di 49 persen, tidak ada penambahan secara signifikan,” ujarnya.

Namun, kata Ryan, berdasarkan laporan terakhir World Bank 2021 yang dirilis 2022, angka inklusi keuangan Indonesia naik menjadi 53 persen. "Angka inklusi keuangan naik menjadi 53 persen. Kurang lebih Memang masih jauh dari 100 persen,” ujar dia.

Kendati begitu, meskipun kenaikannya sangat lambat, namun hal itu merupakan suatu pencapaian yang patut diacungi jempol, dibanding stagnan alias mandek.

"Tetapi bahwa kita berangkat dari sesuatu yang tidak pernah bergerak kemana-mana menjadi naik dari 49 persen ke 53 persen, ini pencapaian yang luar biasa, dan satu lagi jumlah penduduk kita yang luar biasa besar 280 juta penduduk populasi 53 persen bukan angka yang kecil,” kata dia.

Menurut dia, meningkatnya angka inklusi keuangan tersebut didorong oleh penggunaan sistem pembayaran digital. Lantaran, kini sudah banyak yang menggunakan pembayaran secara digital, bahkan penjual dan pedagang di Indonesia sudah menggunakan QRIS.

"Yang bertambah ya tadi pedagang-pedagang bakso, pedagang informal yang tadinya mereka hanya mau dibayar tunai, sekarang mereka terkoneksi dengan transaksi digital yang otomatis terhubung dengan rekening perbankan atau minimal rekening uang elektronik,” ujarnya.

Dengan demikian hal itu merupakan bukti nyata dari  upaya Bank Indonesia dalam melakukan transformasi digital melalui Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia atau BSPI 2025.

 

2 dari 4 halaman

Bank Indonesia Buka Peluang Suku Bunga Turun pada Kuartal IV 2024

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membuka kemungkinan terjadi penurunan suku bunga pada kuartal IV 2024. Mengusul prediksi keadaan ekonomi global dan suku bunga Amerika Serikat (AS).

Saat ini BI masih mempertahankan suku bunga di 6,25 persen. Besaran BI Rate ini masih sama dengan sebelumnya dan disebut baru akan turun pada penghujung 2024.

"Seperti kami jelaskan dalam Rapat Dewan Gubernur Bulanan, tadi kami sampaikan memang kami masih tetap akan melihat ruang terbuka bagi penurunan BI Rate pada triwulan IV," kata Perry dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Gubernur BI Agustus 2024, di Jakarta, Rabu (21/8/2024).

Dia mengatakan, pernyataan ini serupa dengan yang sudah disampaikan sebelum-sebelumnya. Hingga saat ini, dia masih ingin mempertahankan tingkat suku bunga BI.

"Saya ulangi lagi, masih konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya, ruang terbuka untuk penurunan BI rate pada triwulan IV 2024," tegasnya.

Perry menegaskan kembali, bank sentral Tanah Air itu masih akan fokus pada stabilisasi nilai tukar dan ekonomi domestik di kuartal III-2024 ini. Sehingga, belum diputuskan untuk menurunkan BI Rate.

"Sementara untuk triwulan III ini fokus kami kata-katanya, untuk penguatan lebih lanjut stabilisasi nilai tukar rupiah. Jadi preferensi kami dan memang secara fundsmental rupiah masih akan cenderung menguat itu ya, masih akan cenderung menguat," paparnya.

Suku Bunga Acuan Masih Ditahan 6,25 Persen

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan besarna suku bunga acuan di posisi 6,25 persen. Tujuannya untuk tetap mendukung stabilitas ekonomi nasional.

Hal itu diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur BI Agustus 2024. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, suku bunga acuan atau atau BI Rate masih tetap sama dengan bulan lalu.

 

 

 

3 dari 4 halaman

Keputusan Lainnya

"Berdasarkan hasil asesmen Rapat Dewan Gubernur pada tanggal 20 dan 21 Agustus 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,25 persen," kata Perry dalam Konferensi Pers Hasil RDG Bulanan Agustus 2024, di Jakarta, Rabu (21/8/2024).

Dia mengatakan, suku bunga deposit facility tidak mengalami perubahan. Sama halnya dengan bunga lending facility yang tetap.

"Demikian juga suku bunga deposit fascility sebesar 5,5 p dan suku bunga lending fasility tetap sekitar 7 persen," ucapnya.

Perry menegaskan, langkah ini sebagai dukungan kebijakan moneter terhadap stabilitas. 

"Keputusan ini tetap konsisten dengan fosku kebijakan moneter yang pro stability. Yaitu untuk penguatan lebih lanjut stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah preemtif dan forward looking untuk memastikan tetap kterkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen pada tahun 2024 dan 2025," ujar dia.

 

4 dari 4 halaman

Tok, BI Masih Tahan Suku Bunga Acuan 6,25%

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan besarna suku bunga acuan di posisi 6,25 persen. Tujuannya untuk tetap mendukung stabilitas ekonomi nasional.

Hal itu diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur BI Agustus 2024. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, suku bunga acuan atau atau BI Rate masih tetap sama dengan bulan lalu.

"Berdasarkan hasil asesmen Rapat Dewan Gubernur pada tanggal 20 dan 21 Agustus 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,25 persen," kata Perry dalam Konferensi Pers Hasil RDG Bulanan Agustus 2024, di Jakarta, Rabu (21/8/2024).

Dia mengatakan, suku bunga deposit fascility tidak mengalami perubahan. Sama halnya dengan bunga lending fascility yang tetap.

"Demikian juga suku bunga deposit fascility sebesar 5,5 p dan suku bunga lending fasility tetap sekitar 7 persen," ucapnya.

Perry menegaskan, langkah ini sebagai dukungan kebijakan moneter terhadap stabilitas.

"Keputusan ini tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro stability. Yaitu untuk penguatan lebih lanjut stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah preemtif dan forward looking untuk memastikan tetap kterkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen pada tahun 2024 dan 2025," jelasnya.

 

Video Terkini