Sukses

Rupiah Perkasa Imbas Demo Revisi UU Pilkada? Ini Penjelasan BI

Bank Indonesia memahami bahwa banyak pihak yang menilai menguatnya rupiah disebabkan oleh demo yang terjadi beberapa waktu lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyebut, penguatan rupiah yang terjadi saat ini bukan dipengaruhi oleh faktor politik apalagi dengan adanya demo yang terjadi beberapa waktu lalu terkait revisi UU Pilkada, melainkan lebih didorong oleh fundamental ekonomi Indonesia.

"Fakta bahwa kemarin tidak terlalu berpengaruh, mungkin ya itu menunjukkan kedewasaan kita terhadap politik gitu. Saya tidak mengatakan bahwa faktor politik domestik itu tidak penting," kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, dalam diskusi bersama media, di Bali, Sabtu (24/8/2024).

Adapun faktor fundamental ekonomi yang mempengaruhi penguatan rupiah di antaranya pertumbuhan ekonomi masih mampu tumbuh 5 persen di tengah ketidakpastian pasar keuangan global, dan inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus 1 persen dalam waktu yang cukup lama.

"Dua hal tadi itu, yang pertama bahwa inrelatif faktor-faktor fundamental ekonominya menjadi lebih kuat dan yang kedua kita belajar banyak di dalam 2 dekade ini bagaimana peran politik itu pada akhirnya lebih sedikit pengaruhnya ketimbang faktor-faktor ekonomi gitu dan itu yang pada akhirnya mempengaruhi market," jelasnya.

Diketahui pada akhir perdagangan Jumat (23/8), rupiah ditutup naik 108 poin atau 0,69 persen menjadi Rp15.492 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.600 per dolar AS.

Lebih lanjut, Bank Indonesia memahami bahwa banyak pihak yang menilai menguatnya rupiah disebabkan oleh demo yang terjadi beberapa waktu lalu. Namun jika dibandingkan dengan demo besar-besaran zaman dulu, rupiah saat ini tidak seanjlok dulu.

"Saya juga paham karena dulu-dulu kan waktu ada demo sedikit rupiah anjlok, kalau kemarin sih rasanya sih turunnya ya turun masih dalam hari kemarin gitu ya. Dan waktu ada demo itu masih juga turunnya tidak besar dan Alhamdulillah," pungkasnya.

2 dari 3 halaman

Rupiah Perkasa Usai DPR Batalkan Revisi UU Pilkada

Sebelumnya, rupiah ditutup menguat 108 poin terhadap dolar Amerika Serikat (USD) meski sempat melemah 25 poin di level Rp 15.492 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.600. 

"Sedangkan untuk  perdagangan Senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp 15.400 - Rp 15.520,” ungkap Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, dikutip Jumat (23/8/2024).

Penguatan Rupiah terjadi menyusul keputusan banggar DPR  membatalkan revisi Rumusan Undang-Undang (RUU) Pilkada 2024 dan tidak ada rapat paripurna jelang akhir pendaftaran Pilkada pada 27 Agustus 2024.

Menyusul pernyataan DPR, Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI menegaskan pendaftaran pasangan calon kepala daerah akan berpedoman pada putusan Mahkamah Konstitusi. KPU juga memastikan putusan MK akan ditindaklanjuti dalam PKPU Pilkada.

"Dengan pengumuman tersebut membuat masyarakat maupun investor kembali tenang dan percaya,demokrasi di Indonesia akan berjalan sesuai dengan rel yang ada. Sehingga bisa menanmbah kepercayaan tersendiri bagi para investor untuk kembali masuk ke pasar keuangan dalam negeri, karena situsi dan kondisi politik sudah kembali tenang dan stabil,” beber Ibrahim.

 

3 dari 3 halaman

Pengaruh AS

Sementara itu, di Amerika Serikat, kekhawatiran kembali datang tentang melemahnya ekonomi dan ekspektasi Federal Reserve memangkas suku bunga. 

Namun, sejauh mana pelemahan tersebut, dan apakah hal itu akan menyebabkan bank sentral AS memangkas suku bunga sebesar 25 atau 50 basis poin pada pertemuannya di bulan September, masih dipertanyakan, ungkap Ibrahim.

Fokus para pedagang kini berada pada pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell di simposium Kansas City Fed di Jackson Hole, Wyoming, untuk mendapatkan petunjuk baru tentang suku bunga yang akan diputuskan bulan September mendatang.

Powell mungkin enggan memberikan terlalu banyak detail, karena data pekerjaan dan inflasi bulan Agustus akan dirilis setelah pidatonya, tetapi sebelum pertemuan 17-18 September. 

Adapun risalah dari pertemuan Fed pada tanggal 30-31 Juli yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan bahwa "sebagian besar" pejabat mengatakan penurunan suku bunga pada bulan September mungkin terjadi.