Liputan6.com, Jakarta - Dana Moneter Internasional (IMF) mengungkapkan bahwa pihaknya menyambut baik sinyal pemangkasan suku bunga yang dikeluarkan oleh Federal Reserve.
Penasihat ekonomi IMF, Pierre-Olivier Gourinchas menilai, rencana The Fed sejalan dengan saran badan keuangan internasional itu yang mengutamakan pengendalian inflasi.
Baca Juga
"Apa yang disampaikan oleh (ketua The Fed Jerome) Powell hari ini sangat sejalan dengan apa yang telah kami anjurkan," kata Gourinchas di sela-sela konferensi ekonomi The Fed di Kansas City, dikutip dari US News, Minggu (24/8/2024).
Advertisement
"Inflasi telah membaik dan pasar tenaga kerja telah menunjukkan tanda-tanda mereda. Jika pasar tenaga kerja tidak lagi berkontribusi terhadap tekanan inflasi, maka Anda mungkin dapat sedikit mengurangi permintaan agregat yang mereda dan membawa (suku bunga kebijakan) kembali mendekati netral," jelas dia.
Namun Gourinchas juga mengingatkan, AS tidak boleh berpuas diri bahwa inflasi telah teratasi, mengingat biaya di sektor jasa masih meningkat dan The Fed harus mengkalibrasi kecepatan.
"Masih ada beberapa risiko kenaikan inflasi," imbuhnya.
Namun, jelas juga bahwa pasar kerja AS sedang mendingin, kata Gourinchas, meskipun dari posisi yang kuat dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
"Saya tidak berpikir kita berada dalam situasi di mana resesi sudah di depan mata di AS," kata Gourinchas, seraya menambahkan bahwa kemungkinan soft landing telah meningkat.
The Fed telah mempertahankan suku bunga acuannya dalam kisaran 5,25% hingga 5,5% selama lebih dari setahun, tingkat yang menurut para pembuat kebijakan dapat mengekang aktivitas ekonomi.
Dalam pidato utama hari Jumat (23/8), Powell mengatakan bahwa dengan inflasi hanya setengah poin di atas target The Fed sebesar 2% dan tingkat pengangguran meningkat, sudah tiba saatnya bagi kebijakan untuk disesuaikan.
Pernyataan tersebut memperkuat ekspektasi untuk penurunan suku bunga awal pada pertemuan The Fed 17-18 September mendatang.
The Fed Buka Peluang Pangkas Suku Bunga pada September 2024
Risalah terbaru mengungkapkan para pejabat Federal Reserve (The Fed) mengindikasikan penurunan suku bunga pada pada September mendatang semakin mungkin terjadi.
"Sebagian besar peserta pertemuan 30-31 Juli mengamati bahwa, jika data terus keluar seperti yang diharapkan, maka akan lebih tepat jika kebijakan dilonggarkan pada pertemuan berikutnya," demikian isi risalah tersebut, dikutip dari CNBC International, Kamis (22/8/2024).
Pasar sepenuhnya memperkirakan pemotongan suku bunga the Fed akan terjadi pada September, yang akan menjadi yang pertama sejak pelonggaran darurat pada awal krisis Covid-19.
Meskipun seluruh pemilih di Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menentukan suku bunga memilih untuk mempertahankan suku bunga acuan tetap stabil, ada kecenderungan di antara sejumlah pejabat untuk mulai melakukan pelonggaran pada pertemuan bulan Juli daripada menunggu sampai bulan September.
"Beberapa (peserta pertemuan) mengamati bahwa kemajuan terkini dalam inflasi dan peningkatan tingkat pengangguran telah memberikan alasan yang masuk akal untuk mengurangi kisaran target sebesar 25 basis poin pada pertemuan ini atau bahwa mereka dapat mendukung keputusan tersebut," ungkap risalah itu.
Dalam istilah yang digunakan The Fed dalam risalah rapatnya, yang tidak menyebutkan nama atau menentukan berapa banyak pembuat kebijakan yang mempunyai pendapat tertentu, beberapa adalah angka yang relatif kecil.
Namun, ringkasan tersebut memperjelas bahwa para pejabat The Fed yakin terhadap arah inflasi dan siap untuk memulai pelonggaran kebijakan jika data terus mendukung.
Advertisement
Pergerakan Inflasi hingga Pasar Tenaga Kerja
Terdapat dua sentimen dalam risalah baru The Fed, yaitu penanda inflasi telah menunjukkan bahwa tekanan harga telah berkurang secara signifikan, sementara beberapa anggota mencatat kekhawatiran terhadap pasar tenaga kerja serta kesulitan yang dialami rumah tangga, terutama mereka yang berada pada spektrum pendapatan kelas bawah, dalam kondisi saat ini.
"Sehubungan dengan prospek inflasi, para peserta menilai bahwa data terbaru telah meningkatkan keyakinan mereka bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2 persen," demikian isi risalah tersebut.
"Hampir semua peserta mengamati bahwa faktor-faktor yang berkontribusi terhadap disinflasi baru-baru ini kemungkinan akan terus memberikan tekanan pada inflasi dalam beberapa bulan mendatang," kata risalah itu.
"Mayoritas peserta menyatakan bahwa risiko terhadap tujuan ketenagakerjaan telah meningkat, dan banyak peserta menyatakan bahwa risiko terhadap tujuan inflasi telah menurun," tulisnya, seraya menambahkan, beberapa peserta mengingatkan risiko pelonggaran bertahap dalam kondisi pasar tenaga kerja dapat berubah menjadi kemunduran yang lebih serius.