Liputan6.com, Jakarta - Harga emas menunjukkan tren positif. Pada Senin kemarin, harga emas dunia diperdagangkan di sekitar USD 2.520. Lonjakan harga emas ini didorong oleh kombinasi permintaan safe haven akibat meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah serta meningkatnya keyakinan bahwa suku bunga AS.
Ketidakpastian global dan potensi penurunan suku bunga membuat emas, sebagai aset yang tidak membayar bunga, semakin menarik bagi para investor.
Baca Juga
Menurut analisis teknikal Andy Nugraha dari Dupoin Indonesia, emas saat ini menunjukkan potensi untuk melanjutkan tren bullish. Indikator Moving Average yang terbentuk saat ini mengindikasikan bahwa tren naik masih kuat dan diperkirakan akan terus berlanjut.
Advertisement
Nugraha memproyeksikan bahwa harga emas berpotensi naik hingga USD 2.430 pada hari ini. Namun, jika terjadi pembalikan arah (reversal), harga emas mungkin mengalami penurunan hingga ke level USD 2.480.
Meskipun demikian, pada hari Selasa ini, harga emas diperdagangkan di wilayah negatif seiring dengan pemulihan moderat Dolar AS (USD). Penguatan dolar seringkali menekan harga emas karena logam mulia ini menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya," kata dia dalam keterangan tertulis, Selasa (27/8/2024).
"Namun, sinyal yang diberikan oleh Ketua Federal Reserve AS, Jerome Powell, di Jackson Hole mengenai kemungkinan penurunan suku bunga memberikan dorongan positif bagi emas. Suku bunga yang lebih rendah cenderung mengurangi biaya peluang untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil bunga seperti emas," tambah dia.Â
Selain faktor-faktor di atas, ketegangan geopolitik yang semakin meningkat di Timur Tengah juga berperan sebagai pendorong harga emas. Sebagai aset safe haven tradisional, emas sering kali menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan di tengah ketidakpastian global.
Â
Cadangan Emas China
Di sisi lain, kebijakan People's Bank of China (PBOC) yang menghentikan pembelian emas pada bulan Juli menambah ketidakpastian di pasar. Ini menandai bulan ketiga berturut-turut tanpa adanya pembelian emas untuk cadangan mereka, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai permintaan emas dari Tiongkok, negara yang merupakan produsen dan konsumen emas terbesar di dunia. Jika permintaan emas dari Tiongkok terus melemah, ini dapat menekan harga emas lebih lanjut.
Dalam konteks ini, investor akan sangat memperhatikan data ekonomi terbaru dari Tiongkok dan Amerika Serikat. Presiden Federal Reserve Bank of San Francisco, Mary Daly, menyatakan bahwa sudah saatnya The Fed mulai mempertimbangkan untuk memangkas suku bunga, mengingat inflasi yang mulai menurun.
Selain itu, kepercayaan konsumen AS yang diukur oleh Conference Board untuk bulan Agustus dan Indeks Harga Perumahan untuk bulan Juni akan dirilis pada hari Selasa. Data ekonomi ini akan menjadi indikator penting untuk arah pergerakan harga emas di hari-hari mendatang.
Sebagai kesimpulan, meskipun ada beberapa faktor yang dapat menekan harga emas dalam jangka pendek, prospek jangka menengah hingga panjang tetap positif. Ketegangan geopolitik dan ekspektasi penurunan suku bunga AS kemungkinan besar akan terus mendukung harga emas.
Advertisement