Sukses

Swiss: Tingginya Utang AS dan Eropa Bahaya bagi Stabilitas Keuangan Global

Swiss menyalankan alarm terkait tingginya utang Amerika Serikat dan Eropa terhadap stabilitas keuangan internasional.

Liputan6.com, Jakarta - Negara zona euro, Swiss mengingatkan risiko yang dapat ditimbulkan dari tingginya utang di Amerika Serikat (AS) dan Eropa terhadap stabilitas keuangan internasional.

Adapun utang AS telah menembus kisaran USD 35 triliun, lebih besar dari ukuran perekonomian AS. "(Negara-negara di dunia) begitu terlilit utang sehingga mereka hampir tidak dapat bertindak lagi", kata Menteri Keuangan Swiss, Karin Keller-Sutter dalam sebuah wawancara, dikutip dari US News, Rabu (28/8/2024).

"Atau lihat Amerika. Itu adalah bom waktu. Kejatuhan kecil di pasar saham pada awal Agustus adalah tembakan peringatan," ujar dia.

"Itu adalah ekspresi ketakutan investor terhadap resesi. Tingkat utang di AS dan Eropa merupakan risiko bagi stabilitas keuangan internasional dan risiko bagi Swiss," ia menambahkan.

Dalam sebuah wawancara dengan harian Swiss Blick, Keller-Sutter memuji kinerja sektor keuangan Swiss yang "disiplin", yang menurut dia telah memungkinkan negara tersebut untuk menghadapi tantangan ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19 dan dampak dari konflik Rusia-Ukraina.

Keller-Sutter juga membahas usulan pemerintah untuk membuat bank Swiss UBS menahan lebih banyak modal setelah mengakuisisi mantan pesaingnya Credit Suisse menyusul kebangkrutan tahun lalu.

Dia menuturkan, persyaratan modal tambahan merupakan hal yang diperlukan untuk melindungi Swiss dari kebangkrutan perbankan lainnya.

Di sisi lain, CEO UBS Sergio Ermotti tidak sependapat dengan usulan tersebut.

"Dewan Federal (kabinet) percaya bahwa memiliki bank Swiss yang besar itu baik bagi perekonomian. Namun, bank harus memutuskan sendiri bagaimana ia ingin memposisikan dirinya," ujar dia.

2 dari 5 halaman

IMF Ingatkan Lonjakan Utang AS: Berisiko bagi Ekonomi Domestik dan Global

Diwartakan sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) meminta Amerika Serikat (AS) untuk menaikkan pajak guna mengekang kenaikan tingkat utang negara itu.

Namun, IMF juga memuji pertumbuhan ekonomi AS yang kuat dan dinamis, serta kemajuan yang dibuatnya dalam mengendalikan inflasi. IMF mengatakan dalam pernyataan penutup untuk tinjauan "Pasal IV" mengenai kebijakan ekonomi AS bahwa defisit dan utang yang tinggi menimbulkan risiko yang semakin besar terhadap perekonomian negara itu dan global.

"Perekonomian AS telah membuktikan dirinya kuat, dinamis, dan mampu beradaptasi terhadap perubahan kondisi global,” kata IMF.

"Aktivitas dan lapangan kerja tetap sesuai harapan, dan proses disinflasi jauh lebih lancar dibandingkan yang dikhawatirkan banyak orang," ujar Georgiva.

Namun, IMF mengingatkan Washington karena meningkatnya defisit yang jika terus berlanjut, akan membawa rasio utang Amerika Serikat terhadap PDB ke tingkat 140% pada akhir dekade ini.

Peringatan IMF mencakup layanan pensiun, Jaminan Sosial dan perawatan kesehatan.

"Defisit dan utang yang tinggi menciptakan risiko yang semakin besar terhadap perekonomian AS dan global, yang berpotensi menambah biaya pembiayaan fiskal yang lebih tinggi dan risiko yang semakin besar terhadap kelancaran perpanjangan kewajiban yang jatuh tempo,” jelasnya.

Pernyataan IMF sekaligus merevisi perkiraan pertumbuhan PDB AS 2024 menjadi 2,6% dari perkiraan 2,7% dalam World Economic Outlook lembaga pemberi pinjaman global tersebut pada April 2024. Sementara pertumbuhan AS pada 2025 diproyeksi turun menjadi 1,9%, tidak berubah dari perkiraan April, dan tetap di atas 2% hingga akhir dekade ini.

 

3 dari 5 halaman

Catatan dari IMF Untuk AS

IMF juga memperkirakan inflasi AS akan kembali ke target Federal Reserve sebesar 2% pada pertengahan tahun 2025, jauh lebih cepat dibandingkan perkiraan The Fed yang akan kembali ke targetnya pada 2026.

Georgieva menjelaskan, perkiraan IMF lebih optimistis karena lintasan inflasi saat ini menunjukkan pengembalian yang lebih cepat ke target, sebagian karena kuatnya belanja konsumen AS yang didorong oleh kekayaan yang diperoleh setelah pandemi COVID-19 mereda dan pasar tenaga kerja mendingin.

Untuk tahun kedua berturut-turut, dana tersebut menetapkan AS menaikkan tarif pajak penghasilan secara progresif, tidak hanya bagi orang Amerika terkaya tetapi juga bagi rumah tangga yang berpenghasilan kurang dari USD 400.000 per tahun – ambang batas yang Presiden AS Joe Biden telah berjanji untuk tidak melewatinya.

IMF mengatakan AS juga harus mereformasi program pemberian hak, pemotongan yang Biden dan saingannya dari Partai Republik Donald Trump telah berjanji untuk tidak melakukannya, dan menaikkan ambang batas kelayakan Kredit Pajak Penghasilan bagi pekerja yang belum punya anak.

4 dari 5 halaman

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tokcer, AS dan Singapura Kalah Telak

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia positif di kuartal I-2024 ini. Ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,11 persen pada Januari-Maret 2024 ini.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan pertumbuhan ekonomi kuartal I 2024 ini naik jika dibandingkan dengan kuartal I 2023 lalu.

"Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku sebesar Rp 5.288,3 triliun, PDB atas dasar harga konstan sebesar Rp 3.112,9 triliun, sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2024 bila dibandingkan dengan triwulan I 2023 atau secara year-on-year tumbuh sebesar 5,11 persen," kata Amalia dalam Rilis Berita Resmi Statistik, di Jakarta, Senin.

Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang positif ini ditopang oleh kinerja perekonomian domestik yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi 5,11 persen kali ini juga memperpanjang tren pertumbuhan stabil di kisaran 5 persen dalam beberapa waktu terakhir.

Amalia mengatakan, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024 ini merupakan yang tertinggi sejak 2019 lalu untuk kategori pertumbuhan ekonomi kuartal pertama.

Rupanya pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I 2024 mampu mengalahkan sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Singapura.

 

 

5 dari 5 halaman

Pertumbuhan Ekonomi AS

Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh di bawah perkiraan pada kuartal I 2024 ini. Realisasi pertumbuhan ekonomi AS ini lebih kecil dibanding perkiraan pada awal tahun.

Melansir CNBC International, Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan AS mengungkapkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi negara itu tumbuh sebesar 1,6% di kuartal I 2024.

BACA JUGA:BI Sebut Ketidakpastian Pasar Keuangan Global Memburuk, Begini Efeknya ke Indonesia Angka tersebut lebih kecil dari proyeksi oleh ekonom yang disurvei Dow Jones dengan pertumbuhan sebesar 2,4%, menyusul kenaikan 3,4% pada kuartal IV 2023 dan 4,9% pada periode sebelumnya.

Belanja konsumen AS juga mencatat penurunan, tumbuh hanya 2,5% di kuartal pertama 2024, turun dari kenaikan 3,3% pada kuartal keempat dan di bawah perkiraan Wall Street sebesar 3%.

Pertumbuhan Ekonomi Singapura

Sementara itu, ekonomi Singapura juga hanya tumbuh 2,7% secara tahunan pada kuartal I 2024. Dikutip dari Channel News Asia, angka pertumbuhan ekonomi Singapura ini lebih rendah dari perkiraan para ekonom dalam survei Bloomberg sebesar 3%. Sektor jasa merupakan salah satu pendorong pertumbuhan utama, berkat lebih banyak kunjungan wisatawan.