Sukses

Transisi Energi Butuh Puluhan Ribu Tenaga Kerja, Solusi Tekan Pengangguran?

Dibutuhkan puluhan ribu teknisi terampil untuk memasang PLTS dengan standar yang tinggi dalam beberapa tahun mendatang.

 

Liputan6.com, Jakarta Dekarbonisasi sistem energi menuju net zero emission (NZE) yang selaras dengan Persetujuan Paris demi membatasi suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celcius akan menciptakan peluang kerja dan lapangan pekerjaan yang luas, khususnya bagi generasi muda.

Berdasarkan kajian Institute for Essential Services Reform (IESR) berjudul Deep decarbonization of Indonesia’s energy system, diperkirakan jumlah lapangan kerja yang tercipta di sektor kelistrikan saja dapat mencapai hingga 3,2 juta lapangan pekerjaan di 2050. Jumlah lapangan pekerjaan ini akan bertambah jika strategi dekarbonisasi sistem energi secara komprehensif diterapkan.

IESR menilai potensi terciptanya lapangan pekerjaan baru ini memerlukan kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki keahlian dan keterampilan khusus yang dibutuhkan. Untuk itu diperlukan dukungan kebijakan yang strategis untuk mendorong pelatihan vokasi dan perguruan tinggi sehingga transisi energi mampu menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan bagi seluruh masyarakat.

Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, pada Webinar Road to Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD): Menakar Kesiapan Sumber Daya Manusia Indonesia dalam Proses Transisi Energi, menyoroti fenomena tingginya tingkat pengangguran terbuka yang didominasi oleh Gen Z (kelompok umur 15-24 tahun).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran di kelompok umur Gen Z mencapai 3,5 juta jiwa dari total 7,2 juta pengangguran terbuka per Februari 2024. Ia menekankan, lapangan pekerjaan tercipta dari proses transisi energi akan membutuhkan sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi, mempunyai keahlian dan sertifikasi khusus.

“Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di era transisi energi, peran lembaga pendidikan, seperti sekolah vokasi, sekolah tinggi, dan universitas, menjadi penting. Sebagai contoh, SMK dengan jurusan otomotif kendaraan ringan dapat mulai beralih untuk mempelajari industri kendaraan listrik, dan sekolah vokasi dengan jurusan teknik bangunan dapat mempelajari konsep bangunan hijau (green building)," ungkap dia.

"Dibutuhkan puluhan ribu teknisi terampil untuk memasang PLTS dengan standar yang tinggi dalam beberapa tahun mendatang. Pemerintah juga diharapkan dapat mendorong dan memfasilitasi program studi baru yang berbasis pada kebutuhan-kebutuhan keahlian untuk mendukung transisi energi, yang saat ini masih sangat terbatas di Indonesia,” imbuh Fabby.

IESR mendorong pemerintah untuk mempersiapkan SDM di Indonesia melalui pelatihan dan peningkatan kapasitas tenaga kerja, serta mempererat koordinasi antar kementerian terkait. IESR menawarkan lima strategi untuk memastikan SDM Indonesia memiliki daya saing tinggi di era transisi energi.

 

2 dari 3 halaman

Keahlian dan Keterampilan

Pertama, mengidentifikasi keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan untuk transisi energi serta merumuskan strategi yang terarah untuk mengembangkan keahlian, keterampilan dan kapasitas tenaga kerja terampil yang dibutuhkan dalam sektor energi bersih.

Kedua, meningkatkan anggaran untuk membangun fasilitas pelatihan, pendidikan dan sertifikasi teknologi energi bersih Ketiga, meningkatkan koordinasi antara pembuat kebijakan terkait transisi energi dan instansi yang bertanggung jawab pada penyiapan tenaga kerja dan ahli-ahli profesional, yaitu Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, sehingga secara aktif terlibat dalam pembahasan transisi energi untuk memastikan kesiapan sektor tenaga kerja menghadapi perubahan lanskap kesempatan kerja dan lapangan pekerjaan.

Keempat, menyiapkan program pelatihan dan peningkatan kapasitas untuk pekerja dari sektor energi fosil agar dapat menguasai pekerjaan di sektor energi bersih dan dapat beralih di saat transisi energi mulai terjadi. Kelima, memfasilitasi peralihan pekerjaan untuk mengurangi potensi pengangguran akibat transisi energi dengan menggunakan kapasitas fiskal yang dimiliki pemerintah.

 

3 dari 3 halaman

Strategi Peningkatan Kualitas SDM

Widyaiswara Ahli Madya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ahmad Khulaemi mengatakan pihaknya melakukan dua strategi peningkatan kualitas SDM yaitu pelatihan dan sertifikasi.

Misalnya saja pelatihan audit energi, yang mencakup bidang ketenagalistrikan, mekanik beserta bangunan. Pada tahun 2023, sekitar 189 orang auditor energi telah tersertifikasi. Selain itu, adanya program Patriot dan Gerilya, yang mengenalkan generasi muda terutama mahasiswa tingkat akhir, pada berbagai jenis energi terbarukan seperti energi surya, angin, dan air.

“Saat ini terdapat empat program prioritas nasional Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (PPSDM KEBTKE) untuk tahun 2024 meliputi program diklat masyarakat untuk PLTS, PLTMH, Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik (IPTL) dan konversi sepeda motor BBM menjadi motor listrik. Tidak hanya itu, kami tengah menyusun rencana program pelatihan masyarakat pada tahun anggaran 2025 serta mengembangkan program diklat bagi industri serta sertifikasi kompetensi bagi tenaga kerja di sektor energi terbarukan,” kata Ahmad. 

Adi Nuryanto, Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menuturkan, proses transisi energi membawa peluang besar sekaligus tantangan karena kesenjangan antara kebutuhan industri dan kurikulum pendidikan. Untuk itu, kolaborasi dengan industri menjadi sangat penting, mencakup program magang, penyusunan kurikulum bersama, pengajaran oleh praktisi industri, pembelajaran berbasis proyek, sertifikasi kompetensi, riset terapan, serta komitmen penyerapan tenaga kerja.

“Pendidikan vokasi juga harus mendapat pembaruan dari dunia industri agar tetap relevan. Saat ini, pendidikan vokasi telah menunjukkan kemajuan yang signifikan dengan melibatkan 508 mahasiswa dan 3.031 SMK dalam program terkait energi terbarukan. Namun, pendidikan vokasi masih memerlukan pendampingan dari Kementerian ESDM dan industri agar mahasiswa memiliki pengalaman praktik di industri dan pemahaman mendalam tentang proses bisnis di industri energi terbarukan,” tegas Adi.