Liputan6.com, Jakarta - Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) mulai menghemat BBM dalam kegiatan melaut. Ini jadi satu cara untuk melakukan efisiensi penggunaan anggaran untuk melaut.
Ketua Umum KNTI Dani Setiawan mengungkapkan, BBM mencakup 70 persen dari biaya operasional nelayan kecil. Jika angka ini bisa ditekan, maka pendapatan nelayan jadi bertambah.
Baca Juga
"Ada metode yang kami tempuh juga bagaimana nelayan kecil beradaptasi dengan belajar untuk efisiensi penggunaan BBM," kata Dani dalam Dikusi KNTI, di Jakarta, Kamis (29/8/2024).
Advertisement
Salah satu yang sudah dicoba adalah melakukan pemetaan lokasi penangkapan ikan. Pemetaan tersebut telah dilakukan di beberapa daerah, salah satunya di wilayah perairan di Gresik, Jawa Timur.
"Salah satu model yang diterapkan adalah mendorong anggota KNTI memiliki peta dalam wilayah penangkapan ikan mereka secara berkala bisa tau spot penangkapan ikan yang biasa ditangkap itu dimana saja," jelas dia.
KNTI sendiri mencatat, skema itu berhasil menghemat penggunaan BBM di nelayan kecil. Nelayan yang pergi melaut akan langsung menuju ke titik yang sudah dipetakan tadi.
Tak main-main, kesuksesan pemetaan ini berhasil menghemat penggunaan BBM hingga 3 kali lipat bagi nelayan di Gresik.
"Dengan cara ini itu bisa mengurangi penggunaan BBM susbidi, sehingga mengurangi pembelian BBM dan meningkatkan pendapatan dari tangkapan ikan," ucap Dani.
"Semalam kami dapat laporan dari Kabupaten Gresik, setelah pemetaan partisipatif dengan banyak anggota kami di Kabupaten Gresik, teman-teman melaporkan peta yang dibuat bermanfaat bagi nelayan-nelayan kecil disana. Tentu saja ini satu berita baik gmn nelayan kecil bisa adaptasi ditengah ketidakpastian kebijakan energi," bebernya.
Â
Berharap Ditiru Lokasi Lain
Lebih lanjut, Dani berharap pemetaan fishing ground ini bisa diterapkan di wilayah lain. Mengingat ada dampak positif terhadap penggunaan BBM tadi.
Meski begitu, dia menyadari kalau penerapan skema ini masih menjadi pekerjaan rumah (PR) untuk bisa diperluas.
"Ini satu PR besar bagaimana metode yang kami exercise bisa diterapkan di daerah di Indonesia agar bisa menjadi satu cara agar kerentanan nelayan kecil bisa mulai diinjeksi bagi nelayan kecil," paparnya.
Â
Advertisement
Belum Mengerti Penerapan EBT
Sebelumnya, Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) menyadari kadar emisi yang dikeluarkan dari bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan nelayan tradisional. Namun, implementasi energi baru terbarukan masih belum familiar di kalangan nelayan kecil.
Ketua Umum KNTI Dani Setiawan mengatakan penggunaan BBM fosil turut menyumbang masalah terhadap lingkungan. Maka, opsi untuk nelayan kecil menggunakan energi bersih bisa jadi salah satu solusinya.
"Bahwa penggunaan energi fosil menyebabkan masalah lingkungan yang cukup besar. Kami sebagai organisasi nelayan kecil perlu melihat opsi yang perlu diambil nelayan kecil dan pemerintah," kata Dani dalam diskusi KNTI, di Jakarta, Kamis (29/8/2024).
"Bagaimana nelayan kecil mulai memahami untuk adaptasi di tengah situasi ketidakpastian ini akibat kebijakan BBM dan perubahan iklim yang semakin besar untuk melihat energi baru terbarukan ini penting," sambungnya.
Â
Persepsi Nelayan
Sayangnya, kata Dani, masih banyak nelayan kecil yang belum paham terhadap konsep penggunaan energi bersih tadi di kapal tradisionalnya. Hal tersebut didapat KNTI usai menelusuri persepsi nelayan terkait imolementasi EBT pada 2023 lalu.
"Tahun lalu kami mulai pembalajaran ini, studi lapangan yang kami coba rekam, kami tangkap untuk melihat sejauh mana nelayan kecil, persepsi nelayan kecil terhadap energi baru terbarukan," katanya.
Data yang didapatnya menyimpulkan mayoritas nelayan tidak mengetahui soal konsep EBT tadi. Belum lagi menyoal pemanfaatannya dalam menangkap ikan di laut.
"Memang mayoritas nelayan kecil belum tau mengenai energi baru terbarukan apalagi implementasinya. Apalagi menerapkannya sebagai opsi alternatif bagi operasi penangkapan ikan di laut," jelasnya.
Advertisement