Liputan6.com, Jakarta - Harga pangan fluktuatif jelang akhir pekan, tepatnya Jumat (30/8/2024). Harga bawang merah naik, sedangkan harga beras turun.
Demikian berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang dikutip dari Antara, Jumat, 30 Agustus 2024. Bapanas mencatat harga bawang merah naik menjadi Rp25.950 per kilogram (kg). Di sisi lain, minyak goreng curah merosot menjadi Rp15.940 per kg, pada Jumat pagi, 30 Agustus 2024.
Baca Juga
Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas pukul 07.40 WIB, harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional fluktuatif, seperti beras premium terpantau merosot 0,06 persen atau Rp10 menjadi Rp15.530 per kg.
Advertisement
Kemudian, harga beras medium menguat terbatas 0,88 persen atau Rp120 menjadi Rp13.360 per kg; begitu pun beras stabilitas pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog naik tipis 0,71 persen atau Rp90 menjadi Rp12.680 per kg. Demikian juga harga komoditas bawang merah naik hingga hingga 3,80 persen atau Rp950 menjadi Rp25.950 per kg.
Selanjutnya bawang putih bonggol ikut naik hingga 2,65 persen atau Rp1.050 menjadi Rp40.660 per kg. Begitu pun harga komoditas cabai merah keriting juga menguat terbatas 0,58 persen atau Rp240 menjadi Rp41.440 per kg; lalu cabai rawit merah juga naik 2,29 persen atau Rp1.120 menjadi Rp49.960 per kg.
Sementara itu, harga daging sapi murni merosot 1,72 persen atau Rp2.320 menjadi Rp132.610 per kg. Sedangkan daging ayam ras naik 1,69 persen atau Rp590 menjadi Rp35.470 per kg; begitu pun telur ayam ras juga naik 3,94 persen atau Rp1.120 menjadi Rp29.570 per kg.
Selanjutnya, harga kedelai biji kering (impor) juga terpantau naik 2,85 persen atau Rp340 menjadi Rp12.260 per kg; lalu gula konsumsi juga naik 2,07 persen atau Rp370 menjadi Rp18.270 per kg.
Harga Minyak Goreng
Selanjutnya, minyak goreng kemasan sederhana terpantau naik 0,44 persen atau Rp80 menjadi Rp18.150 per kg; sedangkan minyak goreng curah terpantau turun 1,18 persen atau Rp190 menjadi Rp15.940 per kg. Sedangkan harga tepung terigu curah juga naik 1,08 persen atau Rp110 menjadi Rp10.340 per kg.
Sementara itu tepung terigu non curah turun 0,53 persen atau Rp70 menjadi Rp13.170 per kg. Sementara itu, harga jagung di tingkat peternak naik 4,37 persen atau Rp260 menjadi Rp6.210 per kg; sedangkan harga garam halus beryodium turun 1,57 atau Rp180 menjadi Rp11.320 per kg.
Berikutnya, harga ikan kembung turun 1,24 persen atau Rp460 menjadi Rp36.570 per kg; sedangkan ikan tongkol naik 4,71 persen atau Rp1.500 menjadi Rp33.360 per kg; lalu ikan bandeng terpantau turun 1,45 persen atau Rp480 menjadi Rp32.510 per kg.
Advertisement
Bos Bapanas Minta BUMN Pangan Punya Anggaran Khusus Serap Produksi Lokal
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menegaskan pentingnya penyerapan hasil produksi lokal oleh BUMN. Namun, perlu adanya alokasi anggaran khusus agar BUMN jadi konsisten jadi offtaker petani.
Penyerapan produk lokal oleh BUMN ini sejalan dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2022 tentang Cadangan Pangan Pemerintah (CPP).
“Kita sudah ada Perpres 125 Tahun 2022 mengenai CPP, jadi yang diperlukan hari ini adalah anggaran, karena apabila Bapak Menteri Pertanian dan jajaran sudah melakukan produksi, kita harus sudah siap dengan ada yang menjadi standby buyer-nya. Itu peran BUMN pangan. Kita tugaskan untuk serap, tetapi juga harus perkuat dengan diberikan anggaran untuk offtake," ucap Arief dalam keterangannya, Selasa (27/8/2024).
Dia mengatakan, anggaran yang digunakan oleh BUMN Pangan itu tidak untuk konsumtif. Dana yang didapat tersebut akan dikonversi menjadi barang hasil serapan petani.
"Tapi ini tentu bukan habis pakai. Misalnya Rp 30 triliun, katakanlah itu untuk 3 juta ton beras. Jadi itu dikonversi ke beras dan ada jual beli, jadi bukan uang hilang, tapi anggaran untuk CPP,” jelasnya.
Dia melihat peran strategis BUMN pangan menyusul peningkatan produksi pertanian dalam negeri. Ketika BUMN menjadi offtaker yang menguntungkan petani, maka produksi pun disinyalir bisa meningkat.
“Jadi kalau kita petani tanam, sudah ada standby buyer-nya. Kalau belum ada, kita harus create sesuai dengan kebutuhan. Petani ini sekarang menikmati gabah yang bisa di atas Rp 6.000 per kilo dan Nilai Tukar Petani (NTP) di atas 100,” jelasnya.
“Pokoknya jangan nanti sudah memproduksinya susah-susah, dengan effort kita semua, lalu misal kalau produksi berlimpah berhasil capai target, terus nanti yang beli siapa? Jadi tidak boleh parsial, end to end saling terhubung," Arief menambahkan.
Permintaan Pedagang
Sebelumnya, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPI) menyoroti terkait pernyataan Sekretaris Utama Bapanas Sarwo Edhy, yang menyatakan agar masyarakat Indonesia melakukan gerakan stop boros pangan.
Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI, Reynaldi Sarijowan, mengatakan Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia menyayangkan statement dari Sekretaris Utama Badan Pangan Nasional tersebut.
Pasalnya, Badan Pangan Nasional dibentuk untuk memastikan bahwa terciptanya kedaulatan pangan, ketahanan pangan, kemandirian pangan berdasarkan perpres nomor 66 tahun 2021. Bukan membuat gerakan-gerakan tambahan semacam ini.
"Seharusnya Bapanas mengkoordinasi kan pangan kita untuk dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan," kata Reynaldi dikutip, Rabu (31/7/2024).
Menurutnya, Bapanas itu tugasnya mengkoordinasikan, merumuskan, menetapkan kebijakan ketersediaan pangan, stabilisasi pasokan harga pangan.
"Inilah yang direkomendasikan ke Kementerian teknis bukan malah membuat gerakan-gerakan yang mengendorkan petani, ini menyakiti hati rakyat indonesia," ujarnya.
Selain itu, IKAPI menilai, pernyataan tersebut kontrakdiktif dengan penambahan kuota impor beras sampai akhir tahun 2024. Sebagai informasi, pada tahun 2024 Pemerintah menetapkan penambahan beras impor sebanyak 1,6 juta ton, dari yang semula hanya 2 juta ton. Maka total impor yang ditetapkan Pemerintah tahun 2024 adalah 3,6 juta ton.
Advertisement
Bisa Kurangi Impor Beras
Sebelumnya, Sarwo Edhy menyampaikan bahwa sebenarnya Indonesia bisa mengurangi ketergantungan impor beras. Salah satunya dengan menggencarkan program stop boros pangan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat sekitar 30 persen total pangan yang terbuang, hal ini setara dengan pemenuhan pangan kepada 60-125 juta rakyat Indonesia.
Sarwo mengatakan, untuk komoditas beras saja, kebutuhan masyarakat Indonesia mencapai 2,6 juta ton per bulan. Apabila masyarakat berhasil menghemat sedikitnya 20 persen saja dari total yang terbuang, maka Indonesia mampu menghemat hingga 6 juta ton beras.