Liputan6.com, Jakarta - Hasil Sensus Pertanian (SPT) Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kemerosotan jumlah petani di Indonesia dalam satu dekade. Tercatat jumlah petani per 2023 sebanyak 29,36 juta, turun 7,42 persen dibandingkan 2013 yang sekitar 31,72 juta.
PT Pupuk Indonesia (Persero) menyadari berkurangnya jumlah ini terjadi lantaran tak adanya regenerasi petani kepada generasi muda. Terlebih populasi petani saat ini lebih didominasi usia tua.
Baca Juga
Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi mengatakan, anak muda tidak menaruh minat jadi petani lantaran dianggap tidak menjanjikan kesejahteraan. Merespons ini, Pupuk Indonesia mendorong program Mari Kita Majukan Usaha Rakyat (Makmur) guna mendongkrak produktivitas dan kesejahteraan petani.
Advertisement
"Dengan program Makmur produktivitas pertanian naik 13-18 persen, tergantung komoditasnya. Dan, kesejahteraan petaninya itu meningkat bisa sampai 30 persen lebih. Program Makmur banyak sekali merekrut petani muda," ujar Rahmad dalam konferensi pers Svarna Bhumi 2024 di Jakarta, dikutip Jumat (30/8/2024).
Upaya lain dilakukan dengan menggelar Jambore Makmur yang diselenggarakan rutin setiap tahun. Kegiatan ini mempertemukan para petani muda sekaligus menjalin network dengan pihak stakeholder.
"Dengan ini mereka bisa mendapatkan penghasilan lebih baik dengan berbincang terkait praktik pertanian yang baik, dengan sesama petani maupun stakeholder. Menurut saya pendekatan yang baik adalah meningkatkan kesejahteraan petani," ungkap Rahmad.
Pada Agustus ini, Pupuk Indonesia juga memberikan penghargaan kepada sosok petani inspiratif atau pahlawan pangan melalui Svarna Bhumi Award 2024. Program tahunan ini didedikasikan untuk mendorong inovasi hingga regenerasi petani demi mendukung ketahanan pangan nasional.
Tantangan Indonesia
Rahmad menyatakan, apresiasi ini jadi bentuk motivasi bagi para petani lain untuk terus berkarya dan mengembangkan sektor pertanian. Mengingat pangan saat ini tengah menghadapi tantangan akibat dinamika geopolitik global hingga perubahan iklim. Sehingga dibutuhkan perhatian, dukungan, dan kolaborasi dari berbagai pihak.
"Di era 80-an, Indonesia pernah berdaulat pangan dengan penduduk sekitar 170 juta jiwa. Kini, dengan populasi mencapai 280 juta dan lahan pertanian yang menyusut, kedaulatan pangan menjadi tantangan besar. Harapan saya, meskipun kontribusi ini kecil, semoga dapat menjadi fondasi bagi Indonesia untuk menatap masa depan dengan optimisme," tuturnya.
Advertisement
Pupuk Indonesia Dapat Hibah USD 25 Juta dari Jepang
Sebelumnya, PT Pupuk Indonesia (persero) tengah membangun proyek amonia hijau hybrid pertama di dunia. Proyek ini menggandeng dua korporasi besar Jepang dan mendapat dukungan dari pemerintah Jepang dengan sumbangan grant (hibah) sebesar USD 25 juta.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, dana hibah ini untuk proyek amonia Pupuk Iskandar Muda yang merupakan anak usaha Pupuk Indonesia.
"Pemerintah Jepang akan memberikan bantuan sekitar USD 25 juta dalam bentuk grant (hibah),” ujar Airlangga di acara 2nd Ministerial Meeting Asia Zero Emission Community (AZEC) dikutip dari keterangan tertulis, Senin (26/8/2024).
Investasi dari Jepang menegaskan potensi Indonesia dalam proyek-proyek energi hijau. Rosan Roeslani, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam kesempatan yang sama menjelaskan bahwa investasi dalam proyek zero emission sangat menarik bagi pasar internasional.
“Karena memang mereka diberikan insentif, dan bahkan mereka bisa memberikan yield yang sangat jauh lebih rendah apabila itu energi hijau baru terbarukan. Jadi sebetulnya memang kita harus aktif, karena kita memiliki potensi yang sangat besar,” ujarnya.
Proyek ini merupakan hasil dari perjanjian kerja sama pengembangan/Joint Development Agreement (JDA) yang bertajuk Green Ammonia Initiative from Aceh (Project GAIA), antara Pupuk Indonesia, ITOCHU Corporation, dan Toyo Engineering pada acara AZEC.
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi menjelaskan bahwa proyek ini akan mengembangkan amonia menjadi bahan bakar kapal.
“Proyek ini sangat unik karena merupakan yang pertama di dunia. Amonia yang digunakan akan diproduksi sebagai green ammonia, memanfaatkan fasilitas produksi milik Pupuk Indonesia Grup yang ada di Aceh,” ujarnya.
Dekarbonisasi Industri
Diketahui, clean ammonia atau amonia bersih menjadi sangat penting dalam usaha menuju dekarbonisasi industri karena bisa menjadi salah satu sumber energi bersih baru yang menjanjikan di masa depan.
Clean ammonia terdiri dari blue dan green ammonia (amonia biru dan amonia hijau), yang memiliki jejak karbon yang lebih rendah. Bahkan amonia hijau tidak menghasilkan emisi karbon dalam prosesnya sama sekali.
Kerja sama untuk mengembangkan proyek ammonia hijau hybrid pertama di dunia ini menjadi langkah nyata dalam mendorong kemajuan transisi energi bersih. Dalam kerja sama ini, Pupuk Indonesia akan memproduksi amonia hijau menggunakan pabrik amonia yang teknologi prosesnya dirancang dan dibangun oleh TOYO pada tahun 2000-an lalu.
Amonia hijau ini kemudian akan dipasok kepada ITOCHU sebagai bahan baku marine fuel, sehingga membentuk sebuah value chain yang komprehensif.
Advertisement
Net Zero Emission
Rahmad mengungkapkan, “Kerja sama ini menjadi salah satu bentuk diversifikasi usaha Pupuk Indonesia yang tidak hanya mendukung ketahanan pangan, tetapi juga mendukung hilirisasi industri dan memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional serta mendukung target pemerintah dalam mencapai Net Zero Emission di 2060.”
Pengembangan Project GAIA akan dimulai dengan pembangunan Front End Engineering Design (FEED), pada Agustus 2024. Untuk selanjutnya, ketiga pihak yang bekerja sama akan membentuk perusahaan patungan (Joint Venture Company) dengan target keputusan investasi final pada paruh pertama 2025 dan operasi komersial pada 2027.