Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia tertekan data ekonomi terbaru dari Amerika Serikat (AS0. Pada Jumat lalu, emas sempat diperdagangkan pada kisaran USD 2.510 setelah rilis data inflasi AS dalam bentuk Indeks Belanja Konsumsi Pribadi untuk Juli.
Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha menyebutkan, saat ini emas mengindikasikan bahwa tren bearish semakin menguat. Dalam analisis teknikal, proyeksi harga emas untuk hari ini kemungkinan besar akan bergerak turun menuju level USD 2.480.
Baca Juga
"Indikator Moving Average yang terbentuk menunjukkan sinyal yang jelas bahwa tren bearish masih mendominasi pasar emas saat ini. Jika tekanan jual terus berlanjut, maka harga berpotensi menyentuh USD 2.480," ungkapnya, dalam keterangan tertulis, Senin (2/8/2024).
Advertisement
Namun, Nugraha juga memperingatkan kemungkinan terjadinya rebound jika emas gagal menembus support di level tersebut.
"Jika ada pembalikan arah, kita bisa melihat harga emas kembali naik ke level USD 2.512. Ini adalah level resistance kunci yang perlu diperhatikan oleh para trader," tambahnya.
Selain analisis teknikal, sentimen pasar terhadap emas juga dipengaruhi oleh rilis data belanja konsumsi pribadi AS yang dirilis pada Jumat lalu. Data tersebut menunjukkan bahwa inflasi tahunan naik sebesar 2,6%, sedikit lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 2,7%.
Meski demikian, data ini tidak cukup kuat untuk mendorong emas menembus level tertinggi barunya di USD 2.531 yang dicapai pada Agustus.
"Data PCE ini memang sesuai dengan ekspektasi, namun tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap harga emas. Faktanya, meski data ini menunjukkan inflasi yang relatif terkendali, emas justru tidak mampu mempertahankan kenaikannya di level USD 2.531," jelas Nugraha.
Dolar AS juga Beri Tekanan ke Emas
Kenaikan tipis indeks dolar AS terhadap mata uang utama lainnya juga menjadi salah satu faktor yang membatasi pergerakan emas. Pada hari Jumat, indeks dolar naik ke level 101,79, yang terakhir terlihat pada 20 Agustus.
Ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap dolar AS masih cukup kuat, yang secara historis cenderung menekan harga emas.
Andy Nugraha juga menyoroti ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga The Fed yang menjadi faktor penting dalam pergerakan harga emas. Saat ini, peluang untuk pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan ini diperkirakan sebesar 33%, sementara pemangkasan sebesar 25 basis poin lebih mungkin terjadi dengan peluang 67%.
"Perubahan ekspektasi ini menunjukkan bahwa pasar masih belum yakin dengan arah kebijakan moneter The Fed ke depan. Meskipun ada peluang pemangkasan suku bunga, hal ini belum cukup untuk mendorong emas keluar dari tren bearish-nya," ujar Nugraha.
Advertisement
Tren Bearish Masih Mendominasi
Selain itu, libur umum di AS pada hari Senin juga diperkirakan akan memperlambat aktivitas pasar, termasuk pergerakan dolar dan emas. Namun, minggu ini, pasar akan dipengaruhi oleh berbagai data ekonomi penting, termasuk data non-farm payroll (NFP) yang akan dirilis pada hari Jumat.
Data ini diperkirakan akan menunjukkan penambahan 165.000 pekerjaan pada bulan Agustus, yang jika terjadi, bisa mempengaruhi ekspektasi pasar terhadap kebijakan The Fed dan pada akhirnya mempengaruhi harga emas.
Melihat berbagai faktor yang mempengaruhi pergerakan harga emas saat ini, Andy Nugraha dari Dupoin menegaskan bahwa tren bearish masih mendominasi. Dengan proyeksi penurunan hingga level USD 2.480, para pedagang perlu berhati-hati dan memantau perkembangan lebih lanjut, terutama dengan adanya potensi rebound yang bisa mendorong harga kembali ke level USD 2.512.
Pergerakan harga emas pada hari ini akan sangat dipengaruhi oleh sentimen pasar global dan data ekonomi yang akan dirilis pada minggu ini.