Liputan6.com, Jakarta - Penggabungan (merger) PT Bank Commonwealth menjadi bagian dari PT Bank OCBC NISP Tbk (OCBC) telah mendapatkan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan telah memenuhi semua persyaratan hukum yang berlaku di Indonesia.
Dengan persetujuan tersebut, per 1 September 2024, merger antara kedua entitas telah efektif, dan kedua bank sudah menjadi satu di bawah entitas PT Bank OCBC NISP Tbk.
Baca Juga
"Efektifnya penggabungan ini menandai awal baru bagi kedua entitas yang kini bersatu sebagai kesatuan yang lebih solid dan semakin tangguh. Dengan menyatukan kekuatan yang dimiliki, OCBC siap melayani basis nasabah yang lebih luas dengan solusi perbankan yang semakin komprehensif di Indonesia, digabungkan dengan kapabilitas OCBC di kawasan ASEAN, Greater China, dan wilayah lainnya," tutur Presiden Direktur OCBC., Parwati Surjaudaja, seperti dikutip dari keterangan resmi, Senin (2/9/2024).
Advertisement
Dengan demikian, nasabah PT Bank Commonwealth secara otomatis beralih menjadi nasabah OCBC. Ke depan, nasabah dapat bertransaksi di cabang OCBC seluruh Indonesia, dan melalui kanal digital OCBC baik untuk kebutuhan individual maupun bisnis.
"Kami mengucapkan selamat bergabung kepada nasabah OCBC yang baru, dan terima kasih atas kepercayaannya kepada OCBC,” kata Parwati.
Ia menambahkan, pihaknya berkomitmen penuh untuk memastikan transisi berjalan dengan lancar dan memberikan pengalaman perbankan yang komprehensif untuk semua.
"Penggabungan ini akan memperkuat komitmen kami dalam memberikan solusi keuangan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah dan sejalan dengan visi kami untuk menjadi mitra tepercaya dalam meningkatkan kualitas hidup,” ujar Parwati.
Bank Commonwealth Resmi Gabung ke OCBC NISP
Sebelumnya, PT Bank OCBC NISP Tbk (OCBC) mengumumkan penggabungan usaha (merger) dengan PT Bank Commonwealth (PTBC). Hal ini telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang berlangsung di OCBC Tower, Jakarta, Jumat, 2 Agustus 2024.
Presiden Direktur OCBC, Parwati Surjaudaja mengatakan, merger ini merupakan langkah strategis yang dilakukan oleh OCBC untuk terus tumbuh menjadi Bank swasta terkemuka di Indonesia. Merger ini juga mencerminkan komitmen dalam peningkatan layanan Nasabah dan pemanfaatan peluang yang ada di pasar perbankan nasional.
”Kami percaya penggabungan ini akan membawa sinergi. Dengan menyatukan kekuatan yang dimiliki, OCBC siap melayani basis nasabah yang lebih luas dengan solusi perbankan yang lebih komprehensif,” kata Parwati dalam keterangan resmi, Jumat (2/8/2024).
Parwati menambahkan, merger ini juga diharapkan dapat memperluas akses bagi nasabah PTBC terhadap jaringan luas dan kapabilitas OCBC di kawasan ASEAN, Greater China, dan wilayah lainnya, terutama dalam layanan corporate banking.
Adapun integrasi nasabah ritel dan UKM PTBC akan menguatkan posisi pasar OCBC, memperbesar portfolio, dan mengukuhkan OCBC menjadi salah satu bank swasta terdepan di Indonesia.
Dalam RUPSLB membahas Persetujuan Penggabungan PTBC dengan OCBC, di mana OCBC akan menjadi bank penerima Penggabungan, termasuk menyetujui Rancangan Penggabungan dan Konsep Akta Penggabungan.
Kemudian, persetujuan Pengkinian Rencana Resolusi sehubungan dengan telah dilaksanakan pengambilalihan PTBC oleh OCBC. Selanjutnya juga membahas Perubahan Anggaran Dasar OCBC dalam rangka menyesuaikan dengan peraturan OJK tentang Penerapan Tata Kelola Syariah.
Advertisement
OCBC Cetak Laba Bersih Rp 2,4 Triliun pada Semester I 2024
Sebelumnya, PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 2,4 triliun pada semester I 2024. Laba ini tumbuh 16 persen secara tahunan atau YoY dari sebelumnya sebesar Rp 2,1 triliun.
Presiden Direktur OCBC, Parwati Surjaudaja, mengatakan, di tengah tantangan kondisi ekonomi hingga saat ini, kinerja Bank tetap tumbuh baik. Hal ini terlihat dari laba bersih bank yang naik sebesar 16% menjadi 2,4 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 2,1 triliun.
"Selain itu, Return on Equity (ROE) meningkat menjadi 13,3%. Kondisi likuiditas Bank juga tercatat sehat dengan Liquidity Coverage Ratio (LCR) sebesar 225,7%, di atas ketentuan regulator,” kata Parwati dalam keterangan resmi, dikutip Senin (5/8/2024).
Secara umum, pertumbuhan laba bersih terutama didorong oleh naiknya pendapatan bunga bersih sebesar 7% YoY, seiring dengan pertumbuhan penyaluran kredit dan penurunan beban cadangan kerugian penurunan nilai atas aset keuangan sebesar 116% yang terutama didorong oleh membaiknya kualitas kredit.
Kredit OCBC juga tumbuh 14% YoY. Kredit ritel tumbuh sebesar Rp 13,3 triliun atau 27% YoY, termasuk kredit PT Bank Commonwealth, yang menjadi anak Perusahaan OCBC sejak bulan Mei tahun ini. Kredit perbankan bisnis tumbuh sebesar Rp 6,9 triliun atau 7% YoY.
Selain itu, per 30 Juni 2024, Bank telah menyalurkan pembiayaan berkelanjutan (sustainability financing) sebesar Rp 34,99 Triliun, di mana 43% di antaranya merupakan penyaluran dalam bentuk green financing.
"Dengan kinerja yang baik di semester pertama tahun ini, OCBC terus optimis namun tetap penuh kehati-hatian untuk bertumbuh secara kesinambungan, dengan terus berinovasi untuk melayani nasabah individu dan korporasi," ujar Parwati.
Rasio NPL
Prinsip kehati-hatian terlihat dari rasio NPL bruto yang berada pada level 2% pada semester pertama tahun ini. Rasio loan at risk (LAR) berada di angka 5,8% pada semester pertama 2024, turun dibandingkan angka periode yang sama tahun lalu sebesar 6,2%.
Di sisi pendanaan, total dana pihak ketiga (DPK) OCBC di paruh pertama 2024 tumbuh sebesar 11% YoY dengan komposisi CASA sebesar 56% dibandingkan total DPK.
Jumlah transaksi OCBC melalui e-channel berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 46% YoY, dengan pengguna aktif individu internet banking dan OCBC Mobile meningkat sebesar 26% YoY.
Sedangkan untuk nasabah korporasi, jumlah pengguna meningkat sebesar 20% YoY dan jumlah transaksi di OCBC Business meningkat sebesar 60% YoY.
Advertisement