Sukses

Harga Beras Naik 11,19% pada Agustus 2024, Bagaimana Telur dan Daging Ayam?

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi beras di tingkat grosir dan eceran, pada Agustus 2024 alami inflasi 0,21 persen secara MtM.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, harga beras di penggilingan mengalami kenaikan 11,19 persen secara tahunan atau year on year (YoY) pada Agustus 2024.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengungkapkan, rata-rata harga gabah di tingkat petani pada Agustus 2024 secara tahunan terpantau masih terus alami kenaikan.

Misalnya, gabah kering panen (GKP) turun sebesar 1,15 persen secara month to month (MtM), dan naik sebesar 10,10 persen secara tahunan (YoY). Sementara gabah kering giling (GKG) naik sebesar 0,14 persen secara MtM dan sebesar 6,17 persen secara YoY

"Sementara untuk rata-rata harga beras di penggilingan, pada Agustus 2024 ini turun sebesar 0,07 persen secara MtM, dan naik sebesar 11,19 persen secara YoY," terang Pudji dalam sesi konferensi pers bersama BPS, Senin (2/9/2024).

Untuk inflasi beras di tingkat grosir dan eceran, pada Agustus 2024 mengalami inflasi 0,21 persen secara MtM, dan sebesar 10,88 persen secara YoY. Sementara di tingkat eceran mengalami inflasi sebesar 0,31 persen secara MtM dan sebesar 11,56 persen secara YoY.

"Harga beras yang disampaikan di sini merupakan harga rata-rata beras yang mencakup berbagai jenis kualitas beras dan juga mencakup seluruh wilayah di Indonesia," imbuh Pudji.

Kondisi ini berkebalikan dengan komponen makanan, minuman dan tembakau lain yang alami penurunan. Sehingga berkontribusi terhadap angka deflasi 0,03 persen secara bulanan (MtM) di Agustus 2024.

"Adapun komoditas utama penyumbang deflasi Agustus 2024 adalah bawang merah, daging ayam ras, tomat, dan telur ayam ras," imbuh Pudji.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Komoditas Bawang Merah

Komoditas bawang merah, daging ayam ras, tomat, dan telur ayam ras jadi komoditas utama penyumbang utama deflasi Agustus 2024. Dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,08 persen, 0,03 persen, 0,03 persen, dan 0,02 persen.

Secara historis, ia melanjutkan, komoditas bawang merah dan daging ayam ras mengalami deflasi di setiap bulan Agustus dalam tiga periode terakhir. Komoditas bawang merah, daging ayam ras dan telur ayam ras menunjukan tren deflasi sejak Juni 2024. Sedangkan komoditas tomat menunjukan tren deflasi sejak Mei 2024.

"Untuk komoditas hortikultura, penurunan harga yang terjadi ini umumnya disebabkan oleh pasokan yang berlimpah," kata Pudji

3 dari 5 halaman

Indonesia Deflasi 0,03% pada Agustus 2024, Sudah 4 Bulan sejak Mei

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi deflasi 0,03 persen secara bulanan atau month on month (MoM) pada Agustus 2024. Ini merupakan deflasi keempat pada tahun ini dan berlangsung berturut-turut.

"Pada Agustus 2024 terjadi deflasi 0,03 persen secara bulanan atau terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 106,09 pada Juli 2024 menjadi 106,06 pada Agustus 2024," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers di Gedung BPD Pusat, Jakarta, Senin (2/9/2024).

Jika dihitung secara tahun ke tahun atau year on year (yoy) tercatat masih terjadi inflasi 2,12 persen. Sedangkan, jika dihitung secara tahun kalender atau year to date terjadi inflasi sebesar 0,87 persen.

Deflasi Agustus 2024 ini lebih rendah dibandingkan Juli 2024. Deflasi ini merupakan keempat kalinya pada 2024. Deflasi terjadi sejak Mei hingga Agustus.

Kelompok pengeluaran terbesar pada Agustus 2024 adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan deflasi sebesar 0,52 persen. Kelompok pengeluaran tersebut memberikan andil deflasi sebesar 0,15 persen.

Di sisi lain,  terdapat komoditas yang memberikan andil inflasi pada Agustus 2024. Di antaranya adalah bensin dan cabai rawit dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,03 persen.

"Kemudian kopi bubuk dan emas perhiasan dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,02 persen, kemudian juga beras dan sigaret kretek mesin atau SKM dan ketimun memberikan andil inflasi masing-masing 0,01 persen," imbuh Pudji.

BPS mencatat,  kelompok pendidikan juga memberikan andil inflasi sebesar 0,04 persen atau mengalami inflasi sebesar 0,65 persen. Secara spesifik, biaya sekolah dasar (SD) kemudian biaya kuliah atau perguruan tinggi, biaya Sekolah Menengah Pertama (SMP) memberikan andil inflasi masing-masing sebesar 0,01 persen.

4 dari 5 halaman

BPS: Indonesia Deflasi 0,18 Persen pada Juli 2024

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya deflasi secara bulanan dari Juni 2024 ke Juli 2024. Besaran deflasi tercatat sebesar 0,18 persen di Juli 2024.

Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan deflasi ini diakibatkan oleh penurunan indeks harga konsumen dari bulan sebelumnya.

 "Pada Juli 2024 terjadi deflasi sebesar 0,18 persen secara bulanan atau terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 106,28 pada Juni 2024 menjadi 106,09 pada Juli 2024," kata Amalia dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (1/8/2024).

Dia juga mencatat, angka deflasi ini lebih dalam ketimbang deflasi pada Mei dan Juni 2024 lalu. Ini menjadikan deflasi ketiga selama 2024 ini.

"Deflasi bulan Juli 2024 ini lebih dalam dibandingkan Juni 2024 dan merupakan deflasi ketiga pada 2024," ungkapnya.

Sementara itu, jika dilihat secara tahunan, Juli 2024 ini mengalami inflasi 2,13 persen dari Juli 2023 lalu.

"Sementara itu secaya year on year terjadi inflasi 2,13 persen dan secara tahun kalender year to date terjadi inflasi sebesar 0,89 persen," paparnya.

 

5 dari 5 halaman

Waspada Harga Beras Melonjak, Distribusi Wajib jadi Perhatian di Tengah Isu Demurrage

Sebelumnya, Pengamat Ekonomi Esther Sri Astuti meminta adanya kepastian soal kelancaran distribusi beras kepada masyarakat serta menjaga stabilitas harga di pasaran.

"Jangan sampai distribusi tidak lancar, sehingga menyebabkan harga beras tinggi," kata Esther dikutip dari Antara, Sabtu (27/7/2024).

Ia menambahkan saat ini diperlukan kalkulasi yang tepat terkait kebutuhan beras agar pasokan mencukupi dan tidak terjadi kenaikan harga beras yang memberatkan masyarakat.

"Kalau itu sudah dipenuhi, baru kita bicara distribusi," kata Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) ini.

Saat ini, harga beras mulai terpantau naik selama periode Juli seiring dengan produksi yang rendah dan stok yang terbatas pada musim kemarau. Kondisi ini juga berpotensi menaikkan laju inflasi di bulan-bulan mendatang.

Berdasarkan data panel harga (Bapanas) pada Sabtu (27/7), harga beras premium tercatat mencapai Rp15.860 atau naik hingga 1,99 persen (Rp310). Sedangkan untuk beras medium sebesar Rp13.620 atau naik 0,29 persen (Rp40).

Sementara itu, Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan, menunjukkan bahwa kenaikan harga beras terjadi di 32,22 persen wilayah di Indonesia pada pekan ketiga Juli 2024.

Kepala Divisi Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Epi Sulandari mengatakan salah satu langkah awal dalam stabilisasi harga beras adalah dengan memperkuat stok.

Saat ini, Perum Bulog telah menyiagakan pasokan melalui pengadaan beras dalam negeri sebanyak 759.419 ton hingga pertengahan Juli 2024 serta impor sebanyak 2,2 juta ton.

Total stok tersebut sebagian besar merupakan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dapat dimanfaatkan pemerintah daerah untuk kebutuhan bantuan pangan, stabilisasi harga dan pasokan untuk operasi pasar.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini