Sukses

Kenaikan Pajak Energi Bikin Khawatir Perusahaan di Inggris

Offshore Energies UK (OEUK), sebuah organisasi industri energi, mengatakan kenaikan pajak ini akan menyebabkan perusahaan-perusahaan mengurangi investasi di sektor energi.

Liputan6.com, Jakarta - Ada rasa khawatir kenaikan pajak windfall (pajak keuntungan besar yang tiba-tiba) pada perusahaan minyak dan gas di Inggris dapat merusak tujuan utama pemerintah, yaitu menumbuhkan ekonomi.

Offshore Energies UK (OEUK), sebuah organisasi industri energi, mengatakan kenaikan pajak ini akan menyebabkan perusahaan-perusahaan mengurangi investasi di sektor energi, yang pada akhirnya bisa menyebabkan kerugian ekonomi sebesar £13 miliar dan mengancam 35.000 pekerjaan antara 2025 dan 2029.

Terdapat juga kelompok bisnis yang menyatakan pembicaraan tentang kenaikan pajak dan hak-hak ketenagakerjaan membuat para pelaku bisnis merasa kurang percaya diri untuk berinvestasi di Inggris. Kepercayaan ini semakin berkurang menjelang pemilihan umum dan rencana anggaran pemerintah pada Oktober, di mana kemungkinan akan ada keputusan yang sulit terkait pajak dan pengeluaran.

Pemerintah berencana menaikkan pajak windfall dari 35% menjadi 38% pada bulan November dan memperpanjang masa berlaku pajak ini hingga 2030. Selain itu, pemerintah juga akan mengurangi tunjangan investasi, yang sebelumnya membantu perusahaan mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar jika mereka berinvestasi dalam proyek energi hijau di Laut Utara.

OEUK khawatir perubahan kebijakan ini akan mengurangi kemampuan industri energi untuk berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Menurut mereka meskipun pemerintah mungkin mendapatkan lebih banyak uang dalam jangka pendek, dalam jangka panjang, perubahan ini bisa merugikan negara.

 

2 dari 4 halaman

Pemerintah Tetapkan Pemenang Lelang 3 WK Migas, Berapa Nilai Investasinya?

Pemerintah, melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), telah mengumumkan pemenang lelang penawaran langsung tiga Wilayah Kerja (WK) Migas Tahap I 2024. Wilayah Kerja yang dimaksud adalah WK Central Andaman, WK Amanah, dan WK Melati. 

Total nilai investasi yang terdiri dari komitmen pasti mencapai USD 19.882.293 atau sekitar Rp 309,5 miliar (asumsi kurs Rp 15.567 per dolar AS), dengan bonus tanda tangan sebesar USD 800.000 atau sekitar Rp 12,45 miliar. 

"Yang menarik dari pengumuman ini adalah partisipasi perusahaan migas asal China dalam lelang Wilayah Kerja Migas ini. Kami juga mengucapkan terima kasih atas dukungan Pemerintah China," ujar Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, saat mengumumkan pemenang di sela-sela acara Indonesia-China Energy Forum ke-7 (ICEF) di Kuta Selatan, Bali, Selasa (3/9/2024).

Pengumuman pemenang lelang WK tersebut ditandai dengan Penyampaian Surat Penetapan Pemenang Lelang oleh Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, kepada badan usaha atau bentuk usaha tetap peserta lelang.

Berikut adalah daftar pemenang lelang penawaran langsung 3 WK Migas Tahap I 2024:

1. WK Central Andaman (Offshore Bagian Utara Sumatera), pemenang: Konsorsium Premier Oil South Andaman Limited dan Mubadala Energy Holdings Limited, dengan bonus tanda tangan sebesar USD 300.000 dan total komitmen pasti USD 4.032.293.

2. WK Amanah (Onshore Sumatera Selatan), pemenang: Konsorsium PT Medco Energi Linggau, PT Sele Raya, dan KUFPEC Regional Ventures (Indonesia) Limited, dengan bonus tanda tangan sebesar USD 300.000 dan total komitmen pasti USD 3.150.000.

3. WK Melati (Onshore-Offshore Sulawesi Tenggara-Sulawesi Tengah), pemenang: Konsorsium PT Pertamina Hulu Energi, Sinopec International Energy Investment Holdings Limited, dan KUFPEC Regional Ventures (Indonesia) Limited, dengan bonus tanda tangan sebesar USD 200.000 dan total komitmen pasti USD 12.700.000.

Dalam penawaran WK Migas Tahap I 2024, terdapat 5 wilayah kerja yang ditawarkan, yaitu WK Amanah, WK Central Andaman, WK Melati, Wilayah Kerja Panai, dan WK Pesut Mahakam.

 

3 dari 4 halaman

Proses Lelang Masih Berlangsung

Khusus untuk lelang WK Panai dan WK Pesut Mahakam, proses lelang masih berlangsung dengan mekanisme lelang reguler yang akan berakhir pada 11 September 2024.

Selain itu, dalam rencana penawaran WK Migas Tahap II 2024, terdapat 5 wilayah kerja potensial yang menjadi kandidat penawaran, yaitu WK Air Komering, WK Binaiya, WK Gaea, WK Kojo, dan WK Serpang.

"Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Migas akan terus berupaya menarik investor untuk melakukan kegiatan eksplorasi migas, guna mengoptimalkan potensi migas melalui penawaran WK Migas," pungkas Dadan.

4 dari 4 halaman

Exxon Mobil: Minyak dan Gas Bumi Masih Kuasai Pasar Energi 25 Tahun ke Depan

Sebelumnya, raksasa minyak asal Amerika Serikat, Exxon Mobil memperkirakan bahwa minyak dan gas alam masih akan menyumbang lebih dari setengah bauran energi dunia hingga tahun 2050, meskipun ada upaya untuk beralih dari bahan bakar fosil.

Saat ini, bahan bakar fosil mewakili sekitar 80% dari bauran energi dunia, menurut Badan Energi Internasional (IEA) yang berpusat di Paris. 

Mengutip CNBC International, Rabu (28/8/2024) perkiraan Exxon Mobil menunjukkan bahwa permintaan minyak akan mencapai titik jenuh setelah 2030. 

Perusahaan minyak besar tersebut memproyeksikan permintaan minyak akan tetap berada pada 85 juta barel per hari pada 2050 bahkan jika setiap mobil baru yang dijual pada 2035 adalah kendaraan listrik.

Sementara itu, permintaan minyak untuk BBM diperkirakan menurun 25 tahun ke depan, tetapi bahan bakar untuk mobil hanya sebagian dari total konsumsi minyak mentah.

Sebagai informasi, sebagian besar minyak mentah di dunia digunakan untuk manufaktur, produksi kimia, dan transportasi berat seperti penerbangan, menurut temuan Exxon Mobil.

Angka itu kira-kira tingkat permintaan yang sama seperti pada 2010.

Perlu Investasi Lebih Besar ke EBT

Exxon Mobil mengatakan, investasi dalam proyek-proyek baru diperlukan untuk mengimbangi permintaan global.

Pergeseran ke ekstraksi minyak mentah dari formasi serpih, yang menurun lebih cepat, berarti produksi secara alami akan turun pada tingkat 15% per tahun.

Perusahaan itu juga mengingatkan pasokan minyak global akan turun drastis jika investasi dalam produksi baru terhenti. Hal ini akan menyebabkan guncangan pasokan, melonjaknya harga energi, dan krisis ekonomi.

Tanpa investasi baru, pasokan minyak dunia akan turun lebih dari 15 juta barel per hari pada tahun pertama, demikian menurut Exxon Mobil.

Â