Sukses

Harga Emas Dunia Diprediksi Sentuh USD 3.000 pada Akhir 2024

Direktur Pemasaran dan Pengembangan Produk PT Pegadaian, Elvi Rofiqotul Hidayah menuturkan, potensi kenaikan harga emas itu didorong tensi ketegangan geopolitik.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia terus mencetak rekor. Penguatan harga emas ini pun diprediksi berlanjut hingga akhir 2024.

Hal itu disampaikan Direktur Pemasaran dan Pengembangan Produk PT Pegadaian, Elvi Rofiqotul Hidayah. "Iya kemungkinan itu (pecah rekor masih ada)," ujar Elvi saat ditemui awak media di The Gade Tower, Jakarta, Selasa (3/9/2024).

Bahkan, harga emas dunia diperkirakan mampu melambung ke level USD 3.000 per troy ounce pada akhir tahun ini. Dalam catatannya, saat ini harga emas masih ditawarkan direntang USD 2.500 per troy ounce.

"Beberapa dari analis kurang lebih menyampaikan (kenaikan) sekitar 3.000 per troy ounce USD, kalau hari 2.500 (per troy ounce)," ujar dia.

Elvi menuturkan potensi kenaikan harga emas ke level tertinggi sepanjang masa dipicu oleh tensi ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah yang tak kunjung mereda. Bahkan, tensi geopolitik di wilayah tersebut berpotensi kian memanas akibat ketegangan antara Iran dan Israel.

Di sisi lain, pasar juga tengah menantikan proses pemilihan presiden Amerika Serikat pada  awal November 2024.  Hasil pemilu calon pemimpin AS tersebut akan berdampak pada intervensi nilai tukar dolar AS terhadap mata uang negara lainnya.

Dengan sejumlah sentimen tersebut, harga emas berpeluang menguat menjadi USD 3.000 per troy ounce. Penguatan ini disebabkan oleh sikap investor yang cenderung memilih emas sebagai instrumen investasi yang aman di tengah ketegangan geopolitik dan potensi gejolak politik di AS.

"Sampai akhir tahun kalau geopolitik makin memanas, kemudian pemilu nanti Amerika seperti apa? Ini akan berdampak. Lalu, juga Iran sama Israel seperti apa ini? kalau semakin memanas, mungkin akan bisa sampai 3.000 USD," ujar dia.

 

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

2 dari 5 halaman

Prediksi Analis Citi

Sebelumnya, Analis di Citi memperkirakan harga emas dunia bisa melonjak hingga USD 3.000 per ounce, dalam 12 hingga 18 bulan ke depan tergantung pada salah satu dari tiga kemungkinan katalis.

Kepala komoditas Citi di Amerika Utara, Aakash Doshi mengatakan, harga emas dunia yang saat ini diperdagangkan pada USD 2.016, dapat melonjak sekitar 50 persen jika bank sentral secara tajam meningkatkan pembelian logam kuning, atau jika terjadi resesi global yang parah.

"Jalur yang paling mungkin terjadi menuju USD 3.000/oz emas adalah akselerasi cepat dari tren yang ada namun pergerakannya lambat: de-dolarisasi di seluruh bank sentral Negara Berkembang yang pada gilirannya menyebabkan krisis kepercayaan terhadap dolar AS,” tulis analis dalam catatannya, dikutip dari CNBC International, Selasa (20/2/2024).

Citi menyoroti, pembelian emas oleh bank sentral telah meningkat ke tingkat rekor dalam beberapa tahun terakhir, seiring upaya mereka untuk mendiversifikasi cadangan dan mengurangi risiko kredit.

Bank sentral China dan Rusia sejauh ini memimpin pembelian emas, sementara India, Turki, dan Brasil juga meningkatkan pembelian emas batangan.

3 dari 5 halaman

Hati-Hati, Harga Emas Dunia dalam Tren Bearish

Sebelumnya, harga emas dunia tertekan data ekonomi terbaru dari Amerika Serikat (AS0. Pada Jumat lalu, emas sempat diperdagangkan pada kisaran USD 2.510 setelah rilis data inflasi AS dalam bentuk Indeks Belanja Konsumsi Pribadi untuk Juli.

Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha menyebutkan, saat ini emas mengindikasikan bahwa tren bearish semakin menguat. Dalam analisis teknikal, proyeksi harga emas untuk hari ini kemungkinan besar akan bergerak turun menuju level USD 2.480.

"Indikator Moving Average yang terbentuk menunjukkan sinyal yang jelas bahwa tren bearish masih mendominasi pasar emas saat ini. Jika tekanan jual terus berlanjut, maka harga berpotensi menyentuh USD 2.480," ungkapnya, dalam keterangan tertulis, Senin (2/8/2024).

Namun, Nugraha juga memperingatkan kemungkinan terjadinya rebound jika emas gagal menembus support di level tersebut.

"Jika ada pembalikan arah, kita bisa melihat harga emas kembali naik ke level USD 2.512. Ini adalah level resistance kunci yang perlu diperhatikan oleh para trader," tambahnya.

Selain analisis teknikal, sentimen pasar terhadap emas juga dipengaruhi oleh rilis data belanja konsumsi pribadi AS yang dirilis pada Jumat lalu. Data tersebut menunjukkan bahwa inflasi tahunan naik sebesar 2,6%, sedikit lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 2,7%.

Meski demikian, data ini tidak cukup kuat untuk mendorong emas menembus level tertinggi barunya di USD 2.531 yang dicapai pada Agustus.

"Data PCE ini memang sesuai dengan ekspektasi, namun tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap harga emas. Faktanya, meski data ini menunjukkan inflasi yang relatif terkendali, emas justru tidak mampu mempertahankan kenaikannya di level USD 2.531," jelas Nugraha

4 dari 5 halaman

Dolar AS juga Beri Tekanan ke Emas

Kenaikan tipis indeks dolar AS terhadap mata uang utama lainnya juga menjadi salah satu faktor yang membatasi pergerakan emas. Pada hari Jumat, indeks dolar naik ke level 101,79, yang terakhir terlihat pada 20 Agustus.

Ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap dolar AS masih cukup kuat, yang secara historis cenderung menekan harga emas.

Andy Nugraha juga menyoroti ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga The Fed yang menjadi faktor penting dalam pergerakan harga emas. Saat ini, peluang untuk pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan ini diperkirakan sebesar 33%, sementara pemangkasan sebesar 25 basis poin lebih mungkin terjadi dengan peluang 67%.

"Perubahan ekspektasi ini menunjukkan bahwa pasar masih belum yakin dengan arah kebijakan moneter The Fed ke depan. Meskipun ada peluang pemangkasan suku bunga, hal ini belum cukup untuk mendorong emas keluar dari tren bearish-nya," ujar Nugraha.

 

 

5 dari 5 halaman

Tren Bearish Masih Mendominasi

Selain itu, libur umum di AS pada hari Senin juga diperkirakan akan memperlambat aktivitas pasar, termasuk pergerakan dolar dan emas. Namun, minggu ini, pasar akan dipengaruhi oleh berbagai data ekonomi penting, termasuk data non-farm payroll (NFP) yang akan dirilis pada hari Jumat.

Data ini diperkirakan akan menunjukkan penambahan 165.000 pekerjaan pada bulan Agustus, yang jika terjadi, bisa mempengaruhi ekspektasi pasar terhadap kebijakan The Fed dan pada akhirnya mempengaruhi harga emas.

Melihat berbagai faktor yang mempengaruhi pergerakan harga emas saat ini, Andy Nugraha dari Dupoin menegaskan bahwa tren bearish masih mendominasi. Dengan proyeksi penurunan hingga level USD 2.480, para pedagang perlu berhati-hati dan memantau perkembangan lebih lanjut, terutama dengan adanya potensi rebound yang bisa mendorong harga kembali ke level USD 2.512.

Pergerakan harga emas pada hari ini akan sangat dipengaruhi oleh sentimen pasar global dan data ekonomi yang akan dirilis pada minggu ini.