Liputan6.com, Jakarta - Republik Demokratik Kongo akan operasikan pesawat N-219 yang diproduksi PT Dirgantara Indonesia (Persero). Hal ini seiring kerja sama perdagangan dan investasi lewat High Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF-MSP) 2024.
"Salah satu wujud konkret dari gelaran HLF MSP 2024, tadi pagi telah dilakukan penandatanganan jual-beli pesawat N-219 produksi PT Dirgantara Indonesia sebanyak 5 unit yang nantinya akan dioperasikan oleh perusahaan yang berbasis di Kongo," ujar Deputi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Kementerian PPN/Bappenas Bogat Widyatmoko saat konferensi pers HLF MSP 2024 di Badung, Bali, Selasa,3 September 2024, seperti dikutip dari Antara, Rabu (3/9/2024).
Baca Juga
Pesawat N-219 dirancang untuk bisa mendarat di bandara-bandara kecil dengan kondisi landasan yang sulit, termasuk mendarat di air. Oleh karena itu, pesawat ini dapat menjadi transportasi yang meningkatkan konektivitas di negara kepulauan. Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti menuturkan, pesawat ini juga memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKDN) 40 persen.
Advertisement
"Jadi, ini adalah produk karya anak bangsa Indonesia yang mau kita dorong terus pengembangannya," kata Amalia.
Nilai kontrak jual-beli pesawat N-219 sentuh USD 66,2 juta untuk lima pesawat. Amalia menuturkan, komersialisasi pesawat N-219 akan terus dilanjutkan dan diperluas ke depan.
"Kita akan terus mencoba mengkomersialisasikan pesawat karya anak bangsa kita, untuk kemudian tidak hanya di dalam negeri untuk kepentingan konektivitas, tetapi juga di negara Selatan Selatan,” tutur Amalia.
Pada Selasa pagi, Indonesia melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas memperkuat kerja sama bilateral dengan Kepulauan Solomon dan Republik Demokratik Kongo.
Penguatan kerja sama bilateral itu dilakukan oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dengan perwakilan Kepulauan Solomon dan Republik Demokratik Kongo. Kepulauan Solomon diwakili Menteri Perencanaan Nasional dan Koordinasi Pembangunan Rexon Annex Ramofafia serta Menteri Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Tozen Leokana.
Republik Demokratik Kongo diwakili Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Perencanaan dan Koordinasi Bantuan Pembangunan Guylain Nyembo Mbwizya.
Rosan Roeslani Sebut Investasi Indonesia dan Afrika Terus Menguat, Ini Buktinya
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani menyebut bahwa investasi Indonesia dan Afrika terus menguat. Hal itu ditunjukkan dengan total investasi Indonesia di negara-negara Afrika mencapai US$2,09 miliar hingga Triwulan II/2024.
Sementara itu, total investasi negara-negara Afrika di Indonesia mencapai US$1,73 miliar. Total investasi kedua negara tersebut memperlihatkan bagaimana hubungan yang kuat antara Indonesia dan Afrika dalam bidang ekonomi.
“Indonesia telah berinvestasi di negara-negara kunci di Afrika dan ini menunjukkan komitmen kami untuk kesejahteraan bersama, dengan perusahaan Indonesia yang beroperasi di 8 negara di Afrika," ujar Rosan.
"Beberapa investasi Indonesia di Afrika, di antaranya Pertamina yang berinvestasi di sektor energi di Kenya dan Tanzania. Kemudian, Medco Energy di sektor industri minyak dan gas di Mozambik, serta Bio Farma dan Wings Group di sektor farmasi danbarang konsumsi di Kenya," jelasnya.
Di sisi lain, Rosan mengungkapkan, pada 2023 lalu, perdagangan bilateral antara Indonesia dan Afrika meningkat pesat.
"Indonesia mengekspor barang jadi, sedangkan impor Indonesia dari Afrika berupa bahan mentah dan Indonesia juga meningkatkan perjanjian investasi melalui Bilateral Investment Treaties (BIT) dengan negara-negara Afrika untuk memastikan iklim investasi yang stabil," ungkapnya.
Advertisement
Masa Depan Menjanjikan
Dilansir dari Antara, Rosan menyebut bahwa investasi Republik Indonesia yang signifikan di Afrika dan hubungan ekonomi yang kuat menandakan masa depan kawasan yang menjanjikan.
“Dengan meningkatkan infrastruktur, meningkatkan integrasi perdagangan, dan memajukan perjanjian investasi bilateral, kita tengah meletakkan dasar bagi era yang cerah dan sejahtera,” sebutnya pada Minggu (1/9/2024).
Rosan menuturkan, persatuan antara negara-negara ASEAN dan Afrika dalam upaya mencapai kemerdekaan dan pembangunan dimulai pada 1955 ketika Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Bandung yang menjadi momen penting dalam gerakan anti-kolonial dan gerakan non-blok.
Saat ini, koordinasi ekonomi antara ASEAN dan Afrika dipengaruhi oleh sejarah unik dan kondisi geopolitik global terkini yang mempengaruhi perdagangan, investasi dan stabilitas regional.
Meskipun, terdapat kemajuan dalam kerja sama ASEAN dan Afrika, ia mengakui terdapat sejumlah tantangan unik. Sehingga dirinya mendorong peningkatan integrasi perdagangan dan mendorong inovasi untuk pertumbuhan ekonomi dan investasi.
“Saat kita menatap masa depan, mari kita terus menyelaraskan investasi dan sumber daya kita yang berkelanjutan dan inklusif yang menguntungkan kedua kawasan kita,” ucap Rosan.