Sukses

Industri Pusat Data Global Akan Hasilkan 2,5 Miliar Ton CO2 hingga 2030

Ledakan industri pusat data diperkirakan akan menghasilkan sekitar 2,5 miliar metrik ton emisi setara karbon dioksida secara global hingga tahun 2030

Liputan6.com, Jakarta Ledakan industri pusat data diperkirakan akan menghasilkan sekitar 2,5 miliar metrik ton emisi setara karbon dioksida secara global hingga tahun 2030, yang pada gilirannya akan mempercepat investasi dalam upaya dekarbonisasi.

Hal ini diungkapkan dalam laporan studi terbaru yang dirilis oleh bank ternama asal Amerika Serikat, Morgan Stanley.

Mengutip Channel News Asia, Rabu (4/9/2024), hyperscaler seperti Google, Microsoft, Meta, dan Amazon, mendorong proliferasi cepat pusat data yang boros listrik untuk memperluas kecerdasan buatan dan teknologi komputasi awan mereka.

Pada saat yang sama, perusahaan-perusahaan tersebut tetap berpegang pada janji untuk memangkas emisi pemanasan global dari pusat-pusat data mereka pada tahun 2030.

"Ini menciptakan pasar yang besar untuk solusi dekarbonisasi," ungkap Morgan Stanley dalam laporan studinya.

Emisi Gas Rumah Kaca

Laporan tersebut juga mencatat bahwa emisi gas rumah kaca oleh industri pusat data global akan berjumlah sekitar 40 persen dari apa yang dipancarkan oleh seluruh Amerika Serikat dalam satu tahun.

Pembangunan gudang komputer raksasa ini akan meningkatkan investasi dalam pengembangan energi bersih, peralatan hemat energi, dan apa yang disebut bahan bangunan hijau, ungkap Morgan Stanley.

Teknologi penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (CCUS), serta proses penghilangan karbon dioksida (CDR), juga diperkirakan akan mendapat dorongan karena perusahaan teknologi berupaya memenuhi komitmen iklim mereka.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Transaksi Bursa Karbon Capai Rp 37 Miliar hingga Juli 2024

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan bahwa total nilai transaksi di Bursa Karbon (IDX Carbon) telah mencapai Rp37,04 miliar hingga akhir Juli 2024.

Data ini diungkapkan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Inarno Djajadi, dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK di Jakarta, Senin.

Rincian Transaksi Bursa Karbon

Menurut Inarno Djajadi, rincian transaksi tersebut meliputi:

Advertisement Ini Pembunuh Prostatitis! Pria Harus Membaca Ini Sekarang juga!Pelajari Lebih Pasar Reguler: 26,73%Pasar Negosiasi: 23,19%Pasar Lelang: 49,89%Marketplace: 0,18%Sejak peluncurannya pada 26 September 2023, Bursa Karbon telah melayani 70 pengguna jasa dengan total volume transaksi sebesar 613.541 ton ekuivalen CO2 (tCO2e).

Potensi Besar Bursa KarbonInarno juga menyatakan bahwa potensi Bursa Karbon di masa depan masih sangat besar. Hal ini didukung oleh adanya 3.864 pendaftar yang tercatat di Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI) dan tingginya potensi unit karbon yang dapat ditawarkan.

"Inarno menegaskan bahwa pihaknya tidak setuju dengan anggapan bahwa Bursa Karbon sepi transaksi. 'Siapa bilang sepi (transaksi)? Enggak,' ujar Inarno," katanya dikutip dari Antara, Selasa (5/8/2024).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini