Sukses

Menko Luhut Mau Gelar ISF 2025 di Bali

Rencananya, ISF pada tahun 2025 mendatang akan diselenggarakan di Bali. Hal ini disampaikan langsung oleh Menko Luhut

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa acara Indonesia International Sustainability Summit (ISF) akan digelar kembali. Rencananya, ISF pada tahun 2025 mendatang akan diselenggarakan di Bali.

Sebagaimana diketahui, hingga saat ini sudah ada dua kali penyelenggaraan ISF. Pertama kali diadakan pada tahun 2023, saat Menko Luhut mengangkat pembahasan soal keberlanjutan. Topik tersebut berlanjut pada tahun 2024 ini dengan skala yang lebih besar.

"Sebelum saya menyimpulkan pernyataan saya, kami berencana untuk mengadakannya tahun depan di Bali," kata Menko Luhut dalam Indonesia International Sustainability Forum 2024, di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2024).

Melihat perkembangan dan pentingnya topik keberlanjutan, skala pembahasan akan ditingkatkan, termasuk memasukkan aspek lainnya.

Misalnya, kata Menko Luhut, ada potensi di sektor maritim atau kelautan yang bisa dimaksimalkan. Hal itu juga termasuk dalam konsep keberlanjutan.

"Kami akan membuatnya lebih besar di Bali, dan agenda yang akan kami sertakan termasuk ekspedisi laut, karena kami menemukan banyak hal baik di lautan kami," ucapnya.

Dihadiri 53 Negara

Sebagai informasi, ISF 2024 ini diikuti oleh perwakilan dari 53 negara. Bahkan, sejumlah pejabat dari negara tetangga Indonesia turut hadir di ISF 2024.

"Para pembuat keputusan di dunia akan mengikuti 10 sesi pleno, sesi tematik, dan sesi dialog tingkat tinggi, yang semuanya berhubungan dengan transisi energi, inklusivitas hijau, keanekaragaman hayati, konservasi alam, kehidupan berkelanjutan, dan ekonomi biru," jelasnya.

"ISF juga berbicara tentang dampak, dan oleh karena itu kami berharap banyak MoU penting akan ditandatangani dalam dua hari ke depan. Dalam kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Kamar Dagang Indonesia (KADIN) atas dukungan kuatnya terhadap ISF, serta upaya untuk memastikan bahwa sektor swasta menjadi bagian integral dari agenda keberlanjutan," tambah Menko Luhut.

 

2 dari 2 halaman

Jokowi Sindir Investasi Negara Maju soal Perubahan Iklim

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganggap ancaman perubahan iklim sangat berbahaya. Sehingga transisi energi dan isu keberlanjutan jadi hal mendesak dan tak bisa dipinggirkan demi mengatasi perubahan iklim tersebut,

Jokowi lantas menganggap mitigasi perubahan iklim melalui transisi energi tak akan bisa tercapai jika negara dunia didorong dalam konteks ekonomi.

"Yang ingin saya tekankan, perubahan iklim tak akan pernah bisa terselesaikan selama dunia gunakan pendekatan ekonomi. Selama dunia hanya hitung keuntungan sendiri, pentingkan ego sentris sendiri-sendiri," kata Jokowi dalam sesi pembukaan Indonesia Internasional Sustainibility Forum (ISF) 2024 di Jakarta Convention Center, Kamis (5/9/2024).

Kolaborasi Antarnegara

Menurut dia, penyelesaiannya butuh pendekatan kolaboratif dan berprikemanusiaan. Sehingga terjadi kolaborasi positif antara negara maju dan berkembang.

"Dan, kemanusiaan agar prosesnya tidak mengorbankan rakyat kecil. Ekonomi hijau tidak hanya tentang lingkungan, tapi bagaimana menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan bagi rakyat," tegas Jokowi.

Lebih lanjut, RI 1 menyampaikan, Indonesia memiliki potensi energi hijau besar, lebih dari 3.600 gw. Indonesia juga disebutnya memiliki PLTS Apung di Waduk Cirata dengan kapasitas 192 MW, terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia.

Di sisi lain, ia melanjutkan, Indonesia juga memiliki potensi besar dalam penyerapan karbon. Dengan adanya kawasan hutan mangrove terbesar di dunia seluas 3,3 juta ha.

"Itu mampu menyerap karbon 8-12 kali lebih baik dibanding hutan hujan tropis, yang banyak orang tidak tahu," ujar Jokowi.