Sukses

4 Hal Prioritas demi Genjot Pertumbuhan Ekonomi Inggris

Laporan Capital Markets of Tomorrow menyebutkan perlu model baru untuk mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang di Inggris.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Inggris yang sedang melemah membutuhkan investasi sebesar £1 triliun atau sekitar Rp 20.256 triliun (asumsi kurs poundsterling 20.256 per rupiah) dalam dekade berikutnya jika ingin kembali mencapai tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi sekitar 3%.

Laporan "Capital Markets of Tomorrow’’, yang ditugaskan oleh sekelompok tokoh berpengaruh di sektor keuangan dan dipimpin oleh mantan bos Legal and General, Sir Nigel Wilson menyatakan diperlukan model baru untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang di Inggris. Laporan ini menyebutkan bahwa tingkat tambahan investasi yang diperlukan adalah sebesar £100 miliar per tahun selama satu dekade. Demikian dikutip dari the Standard, ditulis Selasa (10/9/2024).

Selain itu, dibutuhkan juga £20 hingga £30 miliar atau sekitar Rp 405,1 triliun-Rp 607,7 triliun investasi modal ventura yang dianggap sangat penting karena akan mendukung pertumbuhan perusahaan-perusahaan yang berkembang dari tahap awal (start-up), skala menengah (scale-up), hingga matang (grown-up).

Laporan ini menegaskan Inggris memiliki universitas kelas dunia dan potensi untuk menciptakan bisnis-bisnis besar yang berbasis teknologi di bidang seperti energi terbarukan, layanan keuangan, kecerdasan buatan (AI), Komputasi Kuantum, dan Ilmu Kehidupan.

Namun, di sisi lain Inggris belum mampu mengembangkan perusahaannya seperti Apple (kapitalisasi pasar senilai USD 3,4 triliun) atau Microsoft (kapitalisasi pasar USD 3 triliun).

Bahkan, nilai kapitalisasi pasar masing-masing perusahaan tersebut lebih besar dari semua perusahaan apabila digabungkan. Tantangannya adalah menjadikan Inggris sebagai pasar kompetitif untuk berinvestasi.

Laporan ini mengidentifikasi empat hal prioritas yang dapat dilakukan untuk mendorong lonjakan investasi yang diperlukan yaitu:

1. Transisi menuju netralitas karbon, membutuhkan investasi sebesar £35 hingga £50 miliar per tahun hingga 2030;

2. Investasi "patriotik" yang lebih besar dari lembaga keuangan besar Inggris ke dalam perusahaan-perusahaan Inggris;

3. Perubahan budaya untuk mengembalikan semangat wirausaha yang berani mengambil risiko;

4. Mendorong investor individu Inggris untuk kembali tertarik pada kepemilikan saham.

Sir Nigel berharap laporan ini memberikan penilaian jujur tentang tantangan dan peluang yang ada, serta menunjukkan berada di titik balik - beralih dari siklus negatif menuju masa depan di mana pasar modal bisa kembali mencapai potensi penuhnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

IMF Naikkan Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Inggris jadi 0,7% pada 2024

 

Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Inggris tahun 2024 menjadi 0,7% dari 0,5%.

Melansir CNBC International, Rabu (17/7/2024) IMF dalam laporan terbaru World Economic Outlook menegaskan kembali perkiraan pertumbuhan Inggris tahun 2025 sebesar 1,5%.

Peningkatan tersebut terjadi setelah stagnasi selama dua tahun, dengan Inggris jatuh ke dalam resesi dangkal pada paruh kedua tahun 2023.

Namun, pertumbuhan ekonomi Inggris pada bulan Mei 2024 melampaui ekspektasi analis sebesar 0,4%, sementara peristiwa musim panas termasuk kejuaraan sepak bola Euro 2024 dan bahkan Eras Tour Taylor Swift diharapkan dapat meningkatkan aktivitas ekonomi.

PDB negara tersebut pada bulan Mei menunjukkan kekuatan sektor jasa profesional dan konstruksi, kata Deutsche Bank, dengan turnamen Euro yang diperkirakan akan memberikan dorongan lebih lanjut pada sektor perhotelan dan rekreasi.

Sementara itu, para analis di Jefferies mengatakan dalam sebuah catatan baru-baru ini bahwa besarnya mayoritas Partai Buruh di parlemen akan membuat Inggris tampak "relatif stabil," dan seiring reformasi peraturan dapat meningkatkan daya tarik aset-aset di negara tersebut.

Hal ini terjadi ketika Bank Sentral Inggris diperkirakan mulai menurunkan suku bunganya dalam beberapa bulan mendatang. Inflasi Inggris bahkan telah mencapai target bank sentral sebesar 2% pada bulan Mei. 

Bank investasi Goldman Sachs awal bulan ini menaikkan perkiraan ekonomi Inggris tahun 2025 sebesar 0,1 poin persentase lebih tinggi, menjadi 1,6%. 

Adapun Deutsche Bank yang juga memperkirakan produk domestik bruto Inggris tumbuh sebesar 1,2% tahun ini, jauh di atas perkiraan sebelumnya sebesar 0,8%.

 

3 dari 4 halaman

IMF Naikkan Proyeksi Ekonomi Zona Euro

Selain Inggris, IMF juga menaikkan proyeksi pertumbuhan negara lain di tahun 2024 termasuk zona euro, yang terangkat sebesar 0,1 poin persentase menjadi 0,9%, Spanyol, naik 0,5 poin persentase menjadi 2,4%, dan China, naik 0,4 poin persentase menjadi 5%.

Namun, IMF menurunkan perkiraan perekonomian AS sebesar 0,1 poin persentase menjadi 2,6%.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi global diramal mencapai 3,2% tahun ini. IMF mengatakan, aktivitas global dan perdagangan dunia lebih kuat, terutama karena kuatnya ekspor dari Asia.

Tetapi IMF juga memperingatkan bahwa sektor jasa secara luas menghambat proses disinflasi, sehingga mempersulit pengambilan keputusan kebijakan moneter.

"Risiko-risiko positif terhadap inflasi telah meningkat, sehingga meningkatkan prospek suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, dalam konteks meningkatnya ketegangan perdagangan dan meningkatnya ketidakpastian kebijakan," kata IMF dalam World Economic Outlook.

 

4 dari 4 halaman

Jadi Menkeu Baru Inggris, Rachel Reeves Bocorkan Rencana Pulihkan Ekonomi

Sebelumnya, Inggris pekan lalu resmi menggantikan kabinet pemerintahannya, dengan Keir Starmer sebagai Perdana Menteri dalam pemilu 4 Juli 2024.

Di kabinet Starmer, Rachel Reeves terpilih sebagai Kanselir Keuangan baru Inggris.

Melansir CNBC International, Senin (8/7/2024) Reeves telah menguraikan serangkaian langkah untuk merevitalisasi pertumbuhan ekonomi Inggris yang lesu, dan mengatasi kekurangan perumahan nasional.

"Saya telah berulang kali memperingatkan bahwa siapa pun yang memenangkan pemilihan umum akan mewarisi keadaan terburuk sejak Perang Dunia Kedua. Apa yang saya lihat dalam 72 jam terakhir hanya menegaskan hal itu," ujar Reeves yang baru menjabat dalam pidato besar pertamanya.

"Tidak ada reformasi tegas yang diperlukan lebih mendesak daripada dalam hal sistem perencanaan kita," ucapnya.

Reeves mengungkapkan bahwa pihaknya telah menginstruksikan pejabat Departemen Keuangan Inggris untuk memberikan penilaian mengenai keadaan pengeluaran negara yang diambil dari pemerintahan Konservatif sebelumnya, yang ingin dia sampaikan ke Parlemen sebelum libur musim panas.

"Pertama, kami akan mereformasi kerangka kebijakan perencanaan nasional, berkonsultasi mengenai pendekatan baru yang berfokus pada pertumbuhan pada sistem perencanaan sebelum akhir bulan ini. Termasuk memulihkan target wajib perumahan. Dan mulai hari ini kami mengakhiri larangan yang tidak masuk akal terhadap (sektor peternakan) di Inggris," bebernya.

Sosok Rachel Reeves sebelumnya dikenal sebagai mantan ekonom Bank of England, ditunjuk sebagai kanselir keuangan perempuan pertama di Inggris, setara dengan menteri keuangan – pada hari Jumat (5/7).

Menjelang pidato pertamanya, ia memperjuangkan pertumbuhan ekonomi sebagai prioritas partai dan misi nasional. Dia diperkirakan tidak akan menyusun APBN baru Inggris sampai musim gugur.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.