Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) mengalami tekanan dan mencetak level terendah sejak Juni 2023 pada perdagangan Jumat. Dengan keadaan ini menempatkan patokan harga minyak ini di jalur menuju minggu terburuknya dalam hampir setahun. Penurunan harga minyak mentah ini terjadi karena OPEC+ gagal meyakinkan pasar tentang keseimbangan pasokan dan permintaan global.
Mengutip CNBC, Sabtu (7/9/2024), harga minyak mentah AS mencapai level terendah USD 67,17 di awal sesi dan turun 8% untuk minggu terburuknya sejak Oktober. Sedangkan harga patokan minyak global yaitu Brent telah turun 9,8% sepanjang minggu ini.
Baca Juga
OPEC+ menunda rencana untuk meningkatkan produksi sebesar 180.000 barel per hari hingga Desember karena penjualan minyak yang tajam. Kenaikan produksi akan membawa sekitar 2,2 juta barel per hari kembali ke pasar hingga akhir tahun depan.
Advertisement
Berikut adalah harga energi penutupan hari Jumat:
- Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Oktober ditutup USD 67,67 per barel, turun USD 1,48 atau 2,1%. Tahun ini, harga minyak mentah AS telah turun 5,6%.
- Harga minyak Brent untuk kontrak November dipatok USD 71,06 per barel, turun USD 1,63 atau 2,2%. Sejak awal tahun hingga saat ini, patokan minyak global ini telah turun 7,8%.
- Untuk harga Bensin kontrak Oktober sebesar USD 1,89 per galon, turun hampir 3 sen atau 1,6%. Sejak awal tahun sampai saat ini harga bensin telah turun 9,8%.
- Sedangkan untuk harga gas alam kontrak Oktober mencapai USD 2,27 per seribu kaki kubik, naik 2 sen atau 0,93%. Tahun ini, harga gas telah jatuh 9,5%.
Berbarel-barel minyak mentah akan kembali ke pasar karena permintaan minyak di China melambat. Salah satu penyebab impor minyak mentah China melambat negara tersebut dengan cepat telah beralih ke kendaraan listrik.
Bank of America telah memangkas perkiraan harga minyak untuk 2025 menjadi USD 75 untuk Brent, turun dari sebelumnya di kisaran USD 80 per barel. Sedangkan untuk harga WTI turun menjadi $71 untuk dari USD 75 sebelumnya.
Sementara itu, Citi mengantisipasi bahwa harga Brent akan berada pada kisaran rata-rata USD 60 di tahun depan karena pasar diperkirakan akan memasuki surplus yang substansial.
AI Diramal Bebani Harga Minyak Dunia, Kok Bisa?
Teknologi Kecerdasan Buatan (AI) diperkirakan dapat berdampak pada harga minyak dunia selama dekade berikutnya, dengan meningkatkan pasokan yang berpotensi mengurangi biaya melalui peningkatan logistik dan meningkatkan jumlah sumber daya.
Hal itu diungkapkan oleh bank asal Amerika Serikat, Goldman Sachs.
Dampak negatif pada harga minyak dapat menurunkan pendapatan produsen seperti anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+.
"AI berpotensi mengurangi biaya melalui peningkatan logistik dan alokasi sumber daya, yang mengakibatkan penurunan harga insentif marjinal sebesar USD 5/bbl, dengan asumsi kenaikan produktivitas sebesar 25 persen yang diamati untuk pengadopsi AI awal," kata Goldman Sachs dalam sebuah catatan, dikutip dari Channel News Asia, Rabu (4/9/2024).
Goldman Sachs menjelaskan, dampak AI pada harga energi dan logam sebagian besar difokuskan pada sisi permintaan mengingat peningkatan permintaan listrik yang diharapkan.
Bank itu memperkirakan, peningkatan AI potensial yang sederhana terhadap permintaan minyak dibandingkan dengan dampak permintaan terhadap listrik dan gas alam selama 10 tahun ke depan.
"Kami yakin bahwa AI kemungkinan akan menjadi net negatif yang moderat bagi harga minyak dunia dalam jangka menengah hingga panjang karena dampak negatif dari kurva biaya (sekitar $5/bbl) jangkar jangka panjang minyak kemungkinan akan lebih besar daripada peningkatan permintaan (sekitar +USD 2/bbl)," beber Goldman.
 Â
Advertisement
Bisa Kurangi Biaya Produksi
Menurut perkiraan Goldman Sachs, sekitar 30 persen dari biaya sumur serpih baru berpotensi dapat dikurangi oleh AI.
Selain itu, peningkatan faktor pemulihan rendah serpih AS sebesar 10 persen hingga 20 persen yang disebabkan oleh AI dapat meningkatkan cadangan minyak sebesar 8 persen hingga 20 persen (10-30 miliar barel).
Harga minyak mentah Brent turun USD 3,51, atau 4,5 persen, menjadi USD 74,02 per barel, level terendah sejak Desember.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate juga turun ke kisaran USD 2,97, atau 4,1 persen, menjadi USD 70,58 - harga terendah sejak Januari.