Liputan6.com, Jakarta - PT Waskita Karya (Persero) Tbk tengah dalam upaya menyehatkan kondisi keuangan perusahaan. Dalam mengurangi beban, perusahaan berkode saham WSKT itu akan menjual tol yang dikelolanya.
Diketahui, Waskita Karya baru saja menandatangani Master Restructuring Agreement (MRA) dengan 21 perbankan BUMN, swasta nasional, dan internasional. Itu jadi langkah penyehatan keuangan perusahaan.
Baca Juga
Direktur Utama Waskita Karya (WSKT), Muhammad Hanugroho mengatakan, divestasi jalan tol bisa menurunkan kewajiban perusahaan. Saat ini tercatat ada 10 ruas tol yang dikelola Waskita Toll Road.
Advertisement
“Waskita optimis dengan dukungan dari berbagai pihak terkait melakukan divestasi atas sisa ruas Tol yang masih dimiliki Waskita. Proses Divestasi ini menjadi kunci dalam menurunkan kewajiban perusahaan,” ungkap Hanugroho dalam keterangannya, Sabtu, (7/9/2024).
Dia menegaskan, upaya Waskita Karya sejalan dengan lima tahun kepemimpinan Menteri BUMN Erick Thohir yang mendorong transformasi BUMN. Tujuannya agar seluruh perusahaan milik negara termasuk Waskita Karya memiliki bisnis yang lebih berkelanjutan.
Perlu diketahui, kinerja keuangan perseroan pada kuartal II 2024, Waskita Karya mengantongi pendapatan sebesar Rp 4,47 triliun. Pendapatan itu ditopang dari jasa konstruksi sebesar Rp 3,12 triliun. Ada pula penjualan beton atau precast yang berkontribusi sebesar Rp 610,96 miliar terhadap pendapatan Perseroan.
Kemudian ditambah oleh pendapatan jalan tol yang mencapai Rp 563,34 miliar. Selanjutnya, kinerja Gross Profit Margin (GPM) perusahaan naik menjadi 13,3 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dari sebelumnya sebesar 8,8 persen.
"Kenaikan itu seiring profil proyek yang lebih baik terutama proyek Ibu Kota Nusantara (IKN), sehingga mendukung optimalisasi kemajuan konstruksi dan lean project. Ada 12 proyek IKN yang dikerjakan Waskita, nilai kontraknya sebesar Rp 7,7 triliun," urai Hanugroho.
21 Bank Sepakat Resturukturisasi Utang Waskita
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkap hasil kerja keras dalam rangka restrukturisasi PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Terbaru, 21 bank nasional dan internasional sepakat restrukturisasi utang Wakita.
Hal tersebut tertuang dalam penandatanganan Master Restructuring Agreement (MRA) antara Waskita Karya dengan 21 perbankan BUMN dan swasta. Erick memandang ini jadi titik baru penyehatan Waskita.
“Tentu kerja keras dua tahun hari ini terbukti bahwa kita berhasil untuk restrukturisasi," tegas Erick, di Menara Danareksa, Jakarta, dikutip Sabtu (7/9/2024).
Dia mengapresiasi dukungan para perbankan. Baik bank BUMN, swasta nasional, bahkan bank asing. Menurutnya, persetujuan restrukturisasi itu jadi bukti Kementerian BUMN menjalankan penyehatan ke arah yang benar.
"Saya ucapkan terima kasih kepada para bank yang men-support, kita bisa lihat tadi tidak hanya dari bank BUMN, ada bank swasta, bahkan bank internasional yang percaya bahwa kinerja kami di Kementerian BUMN terus membaik,” bebernya.
Perlu diketahui, perusahaan berkode saham WAKT ini mendapat persetujuan dari 21 kreditur perbankan terkait penyempurnaan atas MRA 2021 dengan nilai outstanding sebesar Rp 26,3 triliun.
Waskita Karya juga berhasil mendapat persetujuan terkait Pokok Perubahan Perjanjian fasilitas Kredit Modal Kerja Penjaminan (KMKP) yang dilakukan oleh lima kreditur perbankan dengan nilai outstanding sebesar Rp 5,2 triliun.
Advertisement
Restrukturisasi Efektif Mulai Bulan Ini
Direktur Utama Waskita Karya, Muhammad Hanugroho mengatakan, perusahaan menargetkan restrukturisasi mulai efektif pada September 2024. Artinya perusahaan bisa mendapatkan kestabilan finansial yang lebih kuat.
“Kami berharap setelah penandatanganan itu dilakukan, perseroan dapat mencapai kestabilan keuangan dan dapat fokus melanjutkan program transformasi. Hal ini demi mewujudkan fundamental yang kuat dan menjalankan bisnis secara berkelanjutan,” ujar Hanugroho.
Dia menambahkan, persetujuan restrukturisasi perusahaan menjadi titik penting dalam akselerasi laju penyehatan perseroan. Dengan begitu, Waskita Karya dapat fokus menyelesaikan proyek-proyek yang saat ini tengah dikerjakan.
"Perusahaan pun akan fokus memaksimalkan kapabilitas, pengalaman, dan keahliannya untuk mengerjakan proyek jalan, jembatan, gedung, infrastruktur, air, dan lainnya," tuturnya.