Sukses

Harga Minyak Dunia Mulai Bangkit Usai Cetak Rekor Terburuk Sejak 2023

OPEC+ telah menunda peningkatan produksi yang awalnya dijadwalkan dimulai pada bulan Oktober karena harga minyak dunia telah memburuk.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) naik lebih dari 1% pada perdagangan hari Senin setelah mencatat minggu terburuk sejak Oktober 2023.

Harga minyak acuan AS, West Texas Intermediate (WTI) dan harga minyak acuan global Brent telah turun lebih dari 15% pada kuartal III ini.

“Kami telah kehilangan 400 juta barel permintaan finansial sejak awal Juli,” kata Daan Struyven, kepala penelitian minyak di Goldman Sachs, dalam acara “Squawk Box Asia” dikutip dari CNBC, Selasa (10/9/2024).

“Pada dasarnya, permintaan finansial kami yang hilang adalah 7 juta barel per hari.”

Berikut adalah harga energi penutupan hari Senin:

  • Harga minyak West Texas Intermediate untuk kontrak Oktober ditutup USD 68,71 per barel, naik USD 1,04 atau 1,54%. Dari awal tahun sampai saat ini, harga minyak mentah AS telah turun 4%.
  • Harga minyak Brent untuk kontrak November ditutup USD 71,84 per barel, naik 78 sen atau 1,1%. Sepanjang tahun ini patokan harga minyak global ini telah turun 6,8%.
  • Harga bensin untuk lontrak Oktober ditutup USD 1,92 per galon, naik lebih dari 2 sen atau 1,3%. Tahun ini, harga bensin telah turun 8,7%.
  • Harga gas alam untuk kontrak Oktober dipatok USD 2,17 per seribu kaki kubik, turun lebih dari 10 sen atau 4,6%. Dari awal tahun sampai saat ini harga gas telah turun 13,7%.

Permintaan yang lemah di China telah membebani pasar minyak mentah, dengan konsumsi diperkirakan akan melemah di Eropa dan AS saat musim mengemudi musim panas berakhir dan kilang memasuki mode pemeliharaan.

OPEC+ telah menunda peningkatan produksi yang awalnya dijadwalkan dimulai pada bulan Oktober karena harga telah memburuk. Goldman mengharapkan kelompok tersebut untuk mulai meningkatkan produksi pada bulan Desember dan memperkirakan bahwa Brent akan diperdagangkan dalam kisaran USD 70 hingga USD85 per barel.

"Kami tidak memperkirakan resesi sebagai skenario dasar kami," kata Struyven. "Probabilitas resesi bagi ekonomi AS menurut penelitian Goldman masih 20% selama 12 bulan ke depan."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Harga Minyak Terjun Bebas, Catat Minggu Terburuk

Sebelumnya, Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) mengalami tekanan dan mencetak level terendah sejak Juni 2023 pada perdagangan Jumat. Dengan keadaan ini menempatkan patokan harga minyak ini di jalur menuju minggu terburuknya dalam hampir setahun. Penurunan harga minyak mentah ini terjadi karena OPEC+ gagal meyakinkan pasar tentang keseimbangan pasokan dan permintaan global.

Mengutip CNBC, Sabtu (7/9/2024), harga minyak mentah AS mencapai level terendah USD 67,17 di awal sesi dan turun 8% untuk minggu terburuknya sejak Oktober. Sedangkan harga patokan minyak global yaitu Brent telah turun 9,8% sepanjang minggu ini.

OPEC+ menunda rencana untuk meningkatkan produksi sebesar 180.000 barel per hari hingga Desember karena penjualan minyak yang tajam. Kenaikan produksi akan membawa sekitar 2,2 juta barel per hari kembali ke pasar hingga akhir tahun depan.

Berikut adalah harga energi penutupan hari Jumat:

  • Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Oktober ditutup USD 67,67 per barel, turun USD 1,48 atau 2,1%. Tahun ini, harga minyak mentah AS telah turun 5,6%.
  • Harga minyak Brent untuk kontrak November dipatok USD 71,06 per barel, turun USD 1,63 atau 2,2%. Sejak awal tahun hingga saat ini, patokan minyak global ini telah turun 7,8%.
  • Untuk harga Bensin kontrak Oktober sebesar USD 1,89 per galon, turun hampir 3 sen atau 1,6%. Sejak awal tahun sampai saat ini harga bensin telah turun 9,8%.
  • Sedangkan untuk harga gas alam kontrak Oktober mencapai USD 2,27 per seribu kaki kubik, naik 2 sen atau 0,93%. Tahun ini, harga gas telah jatuh 9,5%.
3 dari 3 halaman

Permintaan China Melambat

Berbarel-barel minyak mentah akan kembali ke pasar karena permintaan minyak di China melambat. Salah satu penyebab impor minyak mentah China melambat negara tersebut dengan cepat telah beralih ke kendaraan listrik.

Bank of America telah memangkas perkiraan harga minyak untuk 2025 menjadi USD 75 untuk Brent, turun dari sebelumnya di kisaran USD 80 per barel. Sedangkan untuk harga WTI turun menjadi $71 untuk dari USD 75 sebelumnya.

Sementara itu, Citi mengantisipasi bahwa harga Brent akan berada pada kisaran rata-rata USD 60 di tahun depan karena pasar diperkirakan akan memasuki surplus yang substansial. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini