Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (Sekjen DEN) Djoko Siswanto memastikan bahwa Indonesia memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di 2032. Salah satu investor dalam pembangunan PLTN tersebut adalah PT Thorcon Power Indonesia.
Pembangunan landasan hukum pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir ini telah tertuang dalam revisi Peraturan Pemerintah (PP) tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN).
Baca Juga
"Di PP KEN-nya seperti itu. Sudah ada nuklir listriknya (2032), sudah on stream, sudah COD (Commercial Operation Date)," ujar Djoko, dikutip dari Antara, Rabu (11/9/2024).
Advertisement
Investor dalam pembangunan PLTN tersebut adalah PT Thorcon Power Indonesia yang sudah menyerahkan proposalnya kepada DEN. Lebih lanjut, nilai investasi dari PLTN ini diperkirakan mencapai Rp 17 triliun dengan kapasitas mencapai 250 megawatt.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eniya Listiani Dewi mengatakan Pemerintah Indonesia menyatakan segera membangun fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) on-grid sebesar 250 megawatt pada tahun 2032.
"Di dalam Kebijakan Energi Nasional yang tadi malam diketok, itu nuklir masuk ke tahun 2032, on-grid. Jadi dari sekarang kita harus mempersiapkan. Sudah tinggal sembilan tahun. Ini harus dipersiapkan 250 megawatt on-grid. Sudah on the track," katanya.
Ia mengatakan untuk mewujudkan hal itu, perlu pengembangan sumber daya manusia (SDM), serta memilih skema teknologi pembersihan (clearing technology) yang di antaranya reaktor modular kecil (SMR), reaktor berpendingin gas suhu tinggi (HTGR) atau thorium.
"Ini harus dipilih suatu teknologi yang tepat," katanya pula.
Selanjutnya, ia mengatakan untuk masalah keamanan, Kementerian ESDM akan membentuk organisasi nuklir nasional yang mengawasi dan mengawal pembangunan PLTN. Ia mengatakan organisasi tersebut akan berada di bawah koordinasi pihaknya.
Siapakah PT Thorcon Power Indonesia?
PT ThorCon Power Indonesia berdiri padqa 2021 sebagai perusahaan penanaman modal asing (PMA). Perusahaan ini sepenuhnya dimiliki oleh ThorCon International Pte, Ltd.
ThorCon telah menandatangani beberapa Perjanjian dan Nota Kesepahaman dengan berbagai pemangku kepentingan di sektor energi dan nuklir, termasuk universitas dan perusahaan milik negara.
ThorCon juga telah terlibat dan telah melakukan komunikasi yang luas secara praktis dengan setiap Kementerian dan Lembaga Pemerintah yang terlibat dalam sektor energi dan nuklir serta banyak Pemerintah Provinsi dan Komisi Energi DPR RI.
ThorCon telah mendapatkan sambutan baik dari Pemerintah Indonesia sebagai satu-satunya perusahaan nuklir yang beroperasi di Indonesia yang mengusulkan untuk membangun PLTN dengan investasi swasta, sebagaimana dibuktikan oleh surat rekomendasi Pemerintah kepada ThorCon untuk mempersiapkan pelaksanaan proyek TMSR500.
Dengan hal-hal di atas, ThorCon berpotensi menjadi perusahaan pertama yang membangun dan mengoperasikan PLTN pertama di Indonesia.
Â
Advertisement
Intip Lokasi Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Indonesia
Sebelumnya, Kementerian ESDM kian serius menggarap proyek pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia. Nuklir sendiri tergolong bagian dari energi baru dan terbarukan (EBT) yang terus didorong pemerintah.
Kepala Balai Besar Survei dan Pengujian Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konversi Energi ESDM, Harris menyampaikan Indonesia akan memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir pertama pada tahun 2023. Adapun, kapasitas PLTN tersebut sekitar 320 megawatt.
 "Nuklir yang kita rencana itu sekitar 320 megawatt di tahun 2033," kata Harris dalam acara Media Gathering di Kantor Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementrian ESDM, Jakarta, Senin (9/9/2024).
Adapun, lokasi potensial untuk dibangun pembangkit listrik tenaga nuklir pertama di Indonesia yakni pulau-pulau kecil yang tidak berpenghuni dilalui jaringan transmisi nasional dari Pulau Kalimantan hingga Jawa. Namun, belum disebutkan secara spesifik nama pulau yang akan dijadikan lokasi PLTN pertama di Indonesia tersebut.
"(PLTN) ada di daerah-daerah yang memang penduduk tidak ada, yaitu memanfaatkan pulau-pulau kecil yang nanti akan dilewati oleh jalur transmisi laut dari Kalimantan ke Jawa," ujarnya.
Â
Pemilihan Lokasi Mempertimbangkan Aspek Keamanan
Dia menyebut pemilihan pulau-pulau ini terkait aspek keamanan terhadap masyarakat sekitar. Hal ini berkaca pada peristiwa bencana nuklir yang terjadi di Fukushima, Jepang beberapa waktu lalu.
"Pelajaran-pelajaran permasalahan nuklir, misalnya terbaru yang di Fukushima itu juga menjadi pertimbangan juga, lalu potensi masyarakat di minimalisir," ucap dia.
Pemerintah menilai nuklir memiliki potensi besar sebagai pembangkit listrik ramah lingkungan pengganti batu bara. Mengingat, kapasitas nuklir yang dapat terpakai hingga 100 persen dibandingkan pembangkit ramah lingkungan lainnya.
"Kalau PLTS matahari, ada angin, itu kan dia juga kapasitas kuat tapikan fluktuatif, sehingga untuk bisa menerapkan secara maksimal itu harus di backup oleh pembangkit yang stabil atau kita memberikan baterai, tapi kan baterai mahal. Maka kita perlu nuklir," tandas dia.
Advertisement