Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat kontribusi positif proyek West Belut milik Medco E&P Natuna Ltd. Proyek itu digadang bisa menyumbangkan ratusan miliar ke kas negara.
Diketahui,Medco E&P baru saja memulai produksi gas perdana di titik West Belut di Wilayah Kerja B Laut Natuna Selatan. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto melihat proyek itu timbulkan efek berganda sektor hulu migas.
Baca Juga
"Dengan total investasi mencapai USD 84 juta, atau sekitar Rp 1,3 triliun (Rp 15.400), proyek ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap efek berganda hulu migas," kata Dwi dalam momen peresmian, di Jakarta, Rabu (11/9/2024).
Advertisement
Di samping itu, dia melihata adanya potensi sumbangan ke negara dari proyek tersebut mencapai Rp 641,2 miliar.
"Selain itu, estimasi penerimaan negara dari proyek ini adalah sebesar USD 41,7 juta, setara dengan Rp 641,2 miliar, akan memberikan dampak positif yang signifikan bagi pendapatan negara," jelasnya.
Dwi menekankan pentingnya inovasi dan penerapan teknologi ramah lingkungan dalam proyek ini. Misalnya penggunaan panel surya untuk menunjang operasional.
"Inisiatif ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mendukung transisi energi menuju penggunaan energi bersih, serta mengurangi jejak karbon dalam proses produksi. Kami harap langkah ini bisa menjadi inspirasi bagi proyek-proyek migas lainnya di Indonesia," ungkapnya.
Dwi juga menyoroti keberhasilan dan pembelajaran dari proyek West Belut ini perlu didokumentasikan dengan baik sebagai inspirasi dan acuan bagi pengembangan proyek-proyek hulu migas lainnya di masa depan.
Produksi Gas Perdana West Belut Natuna
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) meresmikan produksi perdana gas bumi di West Belut, Wilayah Kerja B Laut Natuna Selatan. Ini merupakan garapan Medco E&P Natuna Ltd.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto melihat produksi perdana di West Belut ini jadi sebagai suatu yang menarik. Termasuk pelaksanaan produksi yang lebih cepat dari target awal.
"Makanya kita resmikan hari ini, karena memang pertama, dia lebih cepat dari jadwal yang ada dan proyek yang bisa diserahkan di bawah 2 tahun," kata Dwi dalam peresmian produksi perdana di Kantor Medco Energi, Jakarta, Rabu (11/8/2024).
Di samping itu, proyek yang mulai ditemukan pada 2020 ini awalnya dipandang tak ekonomis. Namun, belakangan didapat jalan keluar sehingga produksinya bisa meningkat, serta kepastian pembeli yang membuatnya menjadi menguntungkan.
"Kemudian juga tadinya historisnya tidak ekonomis tapi kemudian bisa ditingkatkan jadi ekonomis," tegasnya.
Sementara itu, Direktur Utama Medco E&P, Ronald Gunawan mengisahkan West Belut yang awalnya dinilai tidak ekonomis. Ini menyoal tentang adanya temuan setelah dilakukan pengeboran lebih lanjut.
"Jadi dulu tuh diperkirakan gas reserve-nya itu cuma segini (sedikit), umpayanya begitu, sesudah kita drilling lagi, kita lihat ternyata gas reserve-nya lebih besar," ujarnya.
"Terus kemudian kita sama SKK Migas manage untuk bisa jual gas itu dengan harga lebih baik," sambung dia.
Advertisement
Potensi Produksi Gas
Lingkup kerja Proyek West Belut meliputi pembangunan platform kepala sumur dengan kapasitas produksi gas sebesar 55 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Serta pipa bawah laut berdiameter 12 inci sepanjang 12 km yang menghubungkan platform West Belut dengan pipa South Belut yang sudah ada.
Selain itu, proyek ini juga mencakup modifikasi pada fasilitas Central Processing Platform (CPP) di North Belut.
Pencapaian ini mengukuhkan komitmen SKK Migas bersama Medco E&P dalam memastikan eksekusi proyek yang efisien dengan standar Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Hidup (K3L) yang sangat baik. Fasilitas West Belut juga mengadopsi teknologi ramah lingkungan dengan platform tidak berawak yang menggunakan tenaga surya 100 persen.
"Pengiriman gas perdana dari Proyek West Belut adalah bukti kerja keras dan dedikasi tim kami, serta dukungan penuh dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan SKK Migas," ungkap Ronald.