Liputan6.com, Jakarta PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) melaksanakan langkah strategis dalam pengembangan hidrogen hijau yang akan digunakan sebagai bahan baku utama dalam produksi amonia hijau. Hal ini sejalan dengan target pemerintah Indonesia untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060.
Dalam pengembangan hidrogen hijau, PLN EPI melakukan kerja sama dengan PT Pupuk Indonesia (Persero), PT PLN Indonesia Power, dan ACWA Power.
Baca Juga
Direktur Gas & BBM PLN Energi Primer Indonesia, Rakhmad Dewanto, mengatakan, PLN berkomitmen mempercepat pengembangan energi terbarukan, termasuk hidrogen hijau, untuk mencapai target Net Zero Emission pada 2060.
Advertisement
PLN saat ini menghasilkan 203 ton hidrogen hijau per tahun dari 22 instalasi hidrogen yang didukung oleh Renewable Energy Certificate dan sumber panas bumi.
"Langkah ini sejalan dengan upaya kami untuk memperkuat ekosistem hidrogen hijau yang lebih luas, termasuk dengan memulai pembangunan fasilitas hidrogen hijau dan pabrik amonia hijau di Jawa Timur pada tahun 2025-2026," kata Rakhmad, Kamis (12/9/2024).
Proyek tersebut diproyeksikan akan memproduksi 15 KTPA hidrogen hijau per tahun, yang kemudian akan digunakan untuk berbagai aplikasi industri, termasuk pupuk ramah lingkungan. Pengembangan ini juga memainkan peran penting dalam dekarbonisasi industri, di mana amonia hijau yang dihasilkan dapat mengurangi emisi karbon secara signifikan.
“Ini adalah langkah penting bagi PLN dalam membangun ekosistem hidrogen hijau yang berkelanjutan, dan kami akan terus menyediakan listrik bersih serta hidrogen hijau untuk kebutuhan industri masa depan," tambah Rakhmad.
Hidrogen Hijau dan Amonia Hijau
Ia juga menegaskan bahwa hidrogen hijau dan amonia hijau yang dihasilkan akan memainkan peran kunci dalam mendukung sektor industri yang lebih bersih di Indonesia, terutama dalam upaya dekarbonisasi.
Langkah strategis PLN EPI ini merupakan bagian dari peta jalan 10 tahun Kementerian BUMN untuk menjadi pelopor ekonomi hijau di Indonesia. Kerja sama dengan mitra internasional seperti ACWA Power diharapkan dapat mempercepat adopsi energi hijau di berbagai sektor dan memperkuat posisi Indonesia dalam mitigasi perubahan iklim di tingkat global.
Hidrogen Bakal Mendominasi di 2050, Indonesia Digadang jadi Juaranya
Sebelumnya, prospek perdagaggan hidrogen dibidik semakin positif hingga 2050 mendatang. Ini menyusul hidrogen menjadi satu sumber energi bersih yang akan jadi andalan di masa depan.
Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PTÂ PLNÂ (Persero), Hartanto Wibowo mengatakan prospek perdagangan hidrogen 2023 yang dirilis oleh McKinsey, melihat potensi perkembangan tersebut. Bahkan, hidrogen akan mendominasi dua pertiga permintaan global di 2050.
"Potensi hidrogen sebagai sumber energi bersih tidak dapat disangkal, terutama di sektor-sektor yang sulit dialiri listrik seperti industri berat dan transportasi jarak jauh. Meskipun biaya terus meningkat, hidrogen terbarukan diperkirakan akan mendominasi dua pertiga permintaan global pada tahun 2050," ujar Hartanto dalam Diskusi Tematik Indonesia Sustainability Forum 2024 di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2024).
Dia mengatakan, hidrogen jadi salah satu yang bisa didapatkan di Indonesia. Dengan demikian, Indonesia bisa mengambil bagian yang menguntungkan.
"Indonesia, dengan sumber daya energi terbarukannya yang melimpah, dapat menjadi pemimpin dalam ekonomi hidrogen," tegasnya.
Sementara itu, bagi PLN, pihaknya secara aktif menjajaki kemitraan untuk mengembangkan fasilitas produksi hidrogen hijau. Serta memanfaatkan aset energi terbarukan PLN untuk menghasilkan hidrogen bersih baik untuk penggunaan domestik maupun ekspor global.
"PLN memelopori peran dalam pengembangan hidrogen, menekankan inisiatif strategis kami untuk mempercepat penggunaan hidrogen untuk transisi energi. Kami memproduksi pabrik hidrogen hijau di 22 lokasi dan telah mendirikan pabrik hidrogen pertama di Asia Tenggara dengan memanfaatkan energi panas bumi," urainya.
Selain itu, PLN telah membangun stasiun pengisian bahan bakar hidrogen dan pusat hidrogen pertama di Indonesia, yang memperkuat komitmen kami untuk menjadi pemimpin dalam solusi energi berbasis hidrogen. PLN secara aktif mengejar pengembangan beberapa proyek hidrogen hijau skala besar di seluruh Indonesia bekerja sama dengan mitra strategis global.
"Proyek-proyek ini mencerminkan komitmen PLN untuk memajukan ekonomi hidrogen dan mendukung transisi energi global," ujar dia.
Â
Advertisement
Penggunaan Kendaraan Listrik Meningkat 180 Persen
Sebelumnya, PT PLN (Persero) mencatat peningkatan penggunaan kendaraan listrik di Indonesiamencapai 180 persen dalam 2 tahun terakhir. Kenaikan ini turut direspons perusahaan dengan mengebut pembuatan stasiun pengisi daya.
Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PLN, Hartanto Wibowo mengatakan kenaikan adopsi kendaraan listrik itu didorong oleh percepatan pembangunan ekosistem kendaraan listrik Indonesia. Termasuk didalamnya Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU).
"Adopsi EV telah meningkat secara menakjubkan hingga lebih dari 130.000 unit pada April 2024. Ini menandai pertumbuhan yang signifikan lebih dari 180 persen dibandingkan dengan tahun 2022," kata Hartanto dalam Diskusi Tematik Indonesia Sustainability Forum 2024, di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2024).
Â
Kebut Pembangunan SPKLU
Melihat perkembangan itu, PLN tidak tinggal diam. Perusahaan juga turut memperluas pendukung EV dengan memastikan stasiun pengisian daya tersedia secara luas dan terjangkau.
"Hingga Agustus 2024, total stasiun pengisian daya EV publik telah tumbuh lebih dari lima kali lipat dari tahun 2021 menjadi lebih dari 101.500 stasiun," katanya.
Di sisi lain, Hartanto menyebut, layanan pengisian daya di rumah juga telah meningkat 130 kali lipat dari tahun 2021, dengan total lebih dari 14.000 pelanggan. Kemajuan tersebut didorong oleh kemitraan strategis dengan produsen kendaraan listrik dan peningkatan layanan melalui aplikasi PLN Mobile.
"Dengan menyelaraskan dengan target pemerintah, PLN bertujuan untuk mengeksplorasi peluang dalam ekosistem EV dan berkontribusi pada tujuan transisi energi Indonesia yang lebih luas serta memperkuat ketahanan energi nasional," urainya.
Advertisement