Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak merosot pada perdagangan Jumat, 13 September 2024. Hal ini seiring produksi minyak mentah di Teluk Meksiko kembali lanjut setelah Badai Francine dan data yang meningkat menunjukkan kenaikan mingguan dalam jumlah rig di Amerika Serikat (AS).
Mengutip Yahoo Finance, Sabtu (14/9/2024), harga minyak Brent ditutup ke posisi USD 71,61 per barel. Harga minyak Brent turun 36 sen atau 0,5 persen. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) ditutup merosot 32 sen atau 0,5 persen ke posisi USD 68,65 per barel.
Baca Juga
Direktur Mizuho, Bob Yawger menuturkan, produksi dan aktivitas penyulingan di Pantai Teluk AS kembali berlanjut, investor telah memilih untuk melepas kontrak minyak menjelang akhir pekan.
Advertisement
“Anda bisa kembali pada Senin, dan semuanya baik-baik saja, kilang beroperasi 100 persen. Semua orang kembali ke anjungan, produksi minyak kembali, dan pasar berpotensi merosot,” ujar Yawger.
Selama sepekan, harga minyak berjangka melesat seiring badai pada awal pekan, dan mengakhiri penurunan. Harga Brent naik 0,8 persen sejak penutupan sesi Jumat lalu. Sementara itu, harga minyak WTI mencatat kenaikan 1,4 persen.
Data resmi menunjukkan, hingga Kamis, badai hampir hentikan 42 persen produksi minyak di wilayah yang menyumbang sekitar 15 persen dari produksi AS.
"Pemangkasan ini diperkirakan berlangsung singkat dan dalam konteks yang lebih luas tidak mungkin memacu banyak pergerakan dalam neraca minyak mentah mengingat pentingnya produksi yang menyumbang sebagian besar produksi AS,” ujar Ritterbusch.
Selain itu, harga minyak mentah juga terpukul dari jumlah rig Amerika Serikat dari grup Baker Hughes yang melaporkan kenaikan mingguan terbesar dalam rig minyak dan gas alam dalam setahun.
Kenaikan Rig
Jumlah rig minyak dan gas naik delapan rig dalam sepekan hingga 13 September menjadi 590, posisi ini kembali pada pertengahan Juni. Peningkatan itu merupakan terbesar mingguan hingga 15 September 2023. Rig minyak mentah naik lima menjadi 488 pekan ini, sementara rig gas naik tiga menjadi 97.
Baik the Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan the International Energy Agency (IEA) menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan pada pekan ini, dengan alasan kesulitan ekonomi di China, importir minyak terbesar di dunia.
Di sisi lain, Badan Informasi Energi juga menyebutkan stok minyak AS naik secara menyeluruh pekan lalu seiring impor minyak mentah meningkat dan ekspor menurun. Investor kini menantikan pertemuan kebijakan dua hari the Fed pekan depan. The Fed diperkirakan pangkas suku bunga acuan pada Rabu depan.
Advertisement
Harga Minyak Terbang Imbas Badai Francine Ancam Pasokan
Sebelumnya, harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) melonjak lebih dari 2 persen hingga ditutup di atas USD 68 per barel pada Kamis, 12 September 2024. Harga minyak melambung setelah Badai Francine menerjang Teluk Meksiko menganggu produksi minyak sebelum menerjang Louisiana.
Mengutip CNBC, Jumat (13/9/2024), harga minyak berjangka naik lebih dari 2 persen pada sesi sebelumnya karena badai itu mengancam pasokan. Sejak saat itu, Badai Francine telah diturunkan statusnya menjadi tropical depression.
Lebih dari 730.000 barel minyak per hari di Teluk Meksiko saat ini ditutup, menurut pembaruan dari the Bureau of Safety and Environmental Enfocerment.
Harga energi pada penutupan perdagangan Kamis, 12 September 2024:
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober mencapai USD 68,97 per barel, naik USD 1,66 atau 2,47 persen. Year to date, harga minyak Amerika Serikat merosot hampir 4 peren.
Harga minyak Brent untuk kontrak November tercatat USD 71,97 per barel, bertambah USD 1,36 atau 1,93 persen. Harga minyak Brent acuan global susut 6,6 persen.
Harga bensin RBOB untuk kontrak Oktober tercatat USD 1,927 per gallon atau naik 1,57 persen. Ytd, harga bensin turun lebih dari 8 persen.
Harga gas alam untuk kontrak Oktober tercatat USD 2,357 per ribuan kaki kubik, naik 3,83 persen. Ytd, harga gas alam merosot lebih dari 6 persen.
Pemulihan Cepat
Pemulihan cepat dari badai terjadi setelah harga ditutup pada level terendah sejak Desember 2021 pada Selasa lalu. Analis UBS, Giovanni Staunovo menuturkan, harga minyak yang merosot baru-baru ini terjadi karena pelaku pasar kehilangan kepercayaan pada kemampuan OPEC untuk mempertahankan kepatuhan terhadap pemangkasan produksi pada tingkat harga yang lebih rendah.
UBS prediksi harga minyak terus naik, setidaknya dalam jangka pendek. "Dengan kemungkinan penurunan persediaan minyak lebih lanjut pada masa mendatang karena pasokan tertinggal dari pertumbuhan permintaan, dan mengingat posisi spekulatif yang rendah, kami pertahankan prospek harga positif,” ujar Staunovo.
Ia prediksi, harga minyak mentah Brent kembali naik di atas USD 80 per barel selama beberapa bulan mendatang.
Advertisement