Sukses

Tekan Emisi Karbon, PGN Siapkan Carbon Capture and Storage

PT PGN Tbk berkomitmen dalam menekan laju pemanasan global, bersama Subholding Pertamina lainnya Subholding Gas Pertamina tersebut melakukan joint study dengan POSCO International terkait penyimpanan emisi karbon atau Carbon Capture and Storage (CCS).

Liputan6.com, Jakarta Komitmen Tekan Emisi Karbon, PGN Siapkan Carbon Capture and Storage PT PGN Tbk berkomitmen dalam menekan laju pemanasan global, bersama Subholding Pertamina lainnya Subholding Gas Pertamina tersebut melakukan joint study dengan POSCO International terkait penyimpanan emisi karbon atau Carbon Capture and Storage (CCS).

Direktur Strategi dan Pengambangan Bisnis PGN Rosa Permata Sari mengatakan, kesepakatan joint study ini memberikan nilai tambah untuk solusi upaya pengurangan emisi karbon melalui penyimpanan emisi karbon (CCS) di Lapangan milik Pertamina Group.

Selain itu, sebagai optimasi Right of Way (ROW) transmisi milik PGN dan potensi integrasi carbon aggregator industri di customer eksisting.

“Kesempatan untuk joint study dengan POSCO International kali ini menjadi wujud keseriusan PGN dalam inisiatif proyek CCS dan upaya menekan emisi karbon. Diharapkan, JSA ini akan menghasilkan kajian yang komprehensif sehingga teknologi CCS nantinya dapat diterapkan dengan tepat,” kata Rosa, Minggu (12/9/2024).

Joint study dengan Krakatau POSCO juga mengkaji potensi emitter Carbon lainnya. Secara teknis, PGN bersama PHE, PPI dan PIS akan melakukan kajian bersama dengan POSCO international group. Rencana lokasi storage site milik Pertamina Group telah ditentukan yakni Area Pertamina Hulu Energi Offshore Northwest Java PSC (PHE ONWJ).

Inisiatif ini nantinya juga dapat menjadi solusi upaya pencapaian target NZE bagi pelanggan eksisting PGN maupun emitter lain yang berada dekat dengan jaringan infrastruktur milik PGN.

POSCO International merupakan perusahaan asal Korea Selatan yang beroperasi sebagai anak perusahaan dari POSCO Group dan bergerak di berbagai sektor bisnis, termasuk perdagangan baja, energi, oil & gas, sumber daya pertanian, dan bahan kimia. POSCO Group melalui POSCO International tertarik dalam rangkaian inisiatif CCS dengan melakukan JSA bersama Pertamina Group.

2 dari 3 halaman

Indonesia Bakal Bangun Industri LPG demi Kurangi Impor

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan rencana pemerintah untuk membangun industri Liquefied Petroleum Gas (LPG) di dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada impor LPG.

Menurut Bahlil, langkah ini penting dilakukan untuk menjaga keseimbangan ekonomi dan mengurangi defisit pada neraca perdagangan dan devisa negara. "Khusus untuk LPG, kita ke depan akan membangun industri LPG di dalam negeri, dengan memanfaatkan potensi C3 (propane) dan C4 (butana). Ini kita harus bangun supaya mengurangi impor kita," tutur Bahlil, seperti dikutip dari keterangan resmi, Rabu, 11 September 2024.

Bahlil mengungkap, saat ini Indonesia mengeluarkan devisa yang signifikan untuk impor LPG, sekitar Rp450 triliun keluar setiap tahun untuk membeli minyak dan gas, termasuk LPG. Hal ini berdampak langsung pada neraca perdagangan dan pembayaran negara, sehingga pembangunan industri domestik dianggap sebagai solusi yang tepat untuk mengurangi beban tersebut.

Bahlil juga menyoroti pentingnya pengembangan jaringan gas rumah tangga sebagai bagian dari upaya pelayanan pemerintah kepada masyarakat, saat ini pemerintah tengah membangun pipa gas dari Aceh hingga Pulau Jawa.

"Ini sebagai bagian daripada instrumen untuk memediasi ketika gas kita di Jawa lebih banyak, bisa kita kirim ke Aceh atau ke Sumatera. Atau gas kita di Sumatera lebih banyak bisa kita kirim ke Pulau Jawa," jelas Bahlil.

 

3 dari 3 halaman

Dorong Investasi di Sektor Hulu Migas

Untuk mendorong investasi di sektor hulu migas, Pemerintah sedang merumuskan langkah-langkah komprehensif yang melibatkan penyederhanaan regulasi perizinan.

"Perizinan kita terlalu banyak. Ada kurang lebih sekitar 300 lebih izin. Nah ini kita akan pangkas, kita akan potong," tegas Bahlil.

Selain penyederhanaan perizinan, Bahlil menekankan pentingnya memberikan insentif menarik bagi investor di sektor hulu minyak dan gas. Ia juga menyoroti persaingan global yang semakin ketat dalam menarik Foreign Direct Investment (FDI) di sektor hulu migas.

"Kita akan memperhatikan sweetener-sweetener yang mumpuni untuk kemudian bisa kita menawarkan kepada investor. Kemudian kita akan bicara sama K3S untuk sharing masalah dan sharing pendapatan dengan baik" ujar dia.