Sukses

Harga Minyak Terkerek Naik Terdampak Badai Francine

Hampir seperlima dari produksi minyak mentah dan 28% dari produksi gas alam di Teluk Meksiko masih offline karena terjangan Badai Francine.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia naik lebih dari 1% pada perdagangan di hari Senin. Pendorong kenaikan harga minyak dunia karena dampak Badai Francine yang mempengaruhi produksi di Teluk Meksiko AS mengimbangi kekhawatiran permintaan China yang terus melemah.

Mengutip CNBC, Selasa (17/9/2024), harga minyak mentah Brent berjangka untuk kontrak November naik 92 sen atau 1,28% menjadi USD 72,53 per barel. Sedangkan harga minyak mentah AS berjangka untuk Oktober naik USD 1,12 atau 1,63% menjadi USD 69,77 per barel.

Hampir seperlima dari produksi minyak mentah dan 28% dari produksi gas alam di Teluk Meksiko masih offline karena terjangan Badai Francine.

"Kami masih memiliki sisa-sisa badai," kata Matt Smith, analis minyak utama di Kpler.

"Dampaknya lebih pada sisi produksi daripada pada penyulingan. Oleh karena itu, ini sedikit condong ke arah bullish." kata dia.

Namun, secara keseluruhan, pelaku pasar tetap berhati-hati menjelang keputusan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve pada hari Rabu.

"Selama dua setengah hari ke depan, pasar akan menahan napas," kata Tim Snyder, kepala ekonom di Matador Economics.

Pelaku pasar semakin bertaruh pada penurunan suku bunga Fed sebesar 50 basis poin daripada 25 basis poin, seperti yang ditunjukkan oleh alat CME FedWatch yang melacak kontrak berjangka dana Fed.

Suku bunga yang lebih rendah biasanya mengurangi biaya pinjaman, yang dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan menaikkan permintaan minyak.

Namun, analis OANDA Kelvin Wong mengatakan, penurunan sebesar 50 basis poin juga dapat menandakan melemahnya ekonomi AS, yang dapat meningkatkan kekhawatiran atas permintaan minyak.

 

2 dari 2 halaman

Data China

analis IG Yeap Jun Rong dalam sebuah email menyebutkan bahwa data ekonomi China yang melemah selama akhir pekan meredam sentimen pasar, dengan prospek pertumbuhan yang rendah dalam jangka panjang di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut memperkuat keraguan atas permintaan minyak.

Pertumbuhan produksi industri di China, importir minyak terbesar dunia, melambat ke level terendah dalam lima bulan pada bulan Agustus sementara penjualan ritel dan harga rumah baru semakin melemah.

Produksi kilang minyak China juga turun selama lima bulan karena permintaan bahan bakar yang lemah dan margin ekspor yang membatasi produksi.

Brent dan WTI masing-masing naik sekitar 1% minggu lalu tetapi masih jauh di bawah rata-rata Agustus masing-masing sebesar USD 78,88 dan USD 75,43 per barel setelah penurunan harga sekitar awal bulan ini yang sebagian didorong oleh kekhawatiran permintaan.