Liputan6.com, Jakarta - PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter mencatat sebanyak 260.197.623 orang pengguna di seluruh area operasional hingga 15 September 2024.
"Dari jumlah itu, sebanyak 228.109.407 orang merupakan pengguna KRL Commuter Line Jabodetabek," kata VP Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus, Selasa (17/9/2024).
Baca Juga
Joni menyampaikan, saat ini KAI Commuter mengoperasikan setiap harinya sebanyak 1.048 perjalanan KRL Commuter Line Jabodetabek, 62 perjalanan Commuter Line Basoetta, 14 perjalanan Commuter Line Merak, 58 perjalanan Commuter Line di wilayah Bandung, 24 perjalanan Commuter Line Yogyakarta-Palur, 8 perjalanan Prameks, dan 60 perjalanan Commuter Line di wilayah Surabaya.
Advertisement
Sementara itu, KAI Commuter melayani naik turun pengguna di 209 stasiun yang dioperasikan antara lain, sebanyak 83 stasiun diwilayah Jabodetabek, 19 stasiun di wilayah Merak, 38 stasiun di wilayah Bandung, 17 Stasiun di wilayah Yogyakarta, dan 61 stasiun di wilayah Surabaya.
Modernisasi Layanan
Pada usia ke-16 tahun, KAI Commuter juga telah melakukan berbagai macam inovasi serta modernisasi layanan Commuter Line. Sejumlah inovasi yang dilakukan dalam mengedepankan ESG sepanjang 2024 ini, antara lain menyediakan fasilitas Water Station, yakni dispenser air minum untuk kebutuhan pengguna di area stasiun.
Dengan fasilitas layanan tersebut memungkinkan pengguna mengisi ulang air seperlunya selama di stasiun dengan menggunakan tempat air minum sendiri. Di samping, juga mengurangi sampah dari air minum kemasan.
"Fasilitas dispenser air minum ini gratis, ditempatkan di titik-titik strategis di stasiun sehingga bisa berkontribusi dalam mengurangi sampah plastik dari penggunaan kemasan air minum kemasan," imbuh Joni. Selain itu KAI Commuter juga menyediakan Commuter Shelter Bike yang merupakan fasilitas parkir sepeda gratis di area stasiun. Fasilitas ini merupakan pembaharuan dari parkiran sepeda yang sebelumnya sudah tersedia, namun didesain lebih sporty.
"Inovasi digitalisasi juga dihadirkan KAI Commuter sepanjang 2024. Inovasi digitalisasi ini dihadirkan untuk meningkatkan layanan kepada para penggunanya dan meningkatkan kinerja seluruh karyawan perusahaan," pungkasnya.
Tarif KRL Jabodetabek Mau Naik Rp 1.000, Ini Penjelasan KAI Commuter
Sebelumnya, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter buka suara terkait wacana kenaikan tarif KRL Jabodetabek sebesar Rp1.000.
Direktur Operasi dan Pemasaran KAI Commuter, Broer Rizalmenyampaikan pihaknya belum mengetahui terkait rencana kenaikan tarif KRL Jabodetabek tersebut. Namun, pihaknya mengaku siap untuk mengimplementasikan kenaikan tarif KRL Jabodetabek Rp1.000 jika telah ditetapkan Kementerian Perhubungan selaku operator.
"Masih belum tahu ya mas, nanti tergantung (Kemenhub), kalaupun ada kita siap saja kalaupun ada kenaikan," kata Broer kepada awak media di Stasiun Rawa Buaya, Jakarta, Kamis (12/9).
Dia berjanji KCI Commuter akan terlebih dahulu untuk menyosialisasikan kebijakan kenaikan tarif KRL Jabodetabek Rp1.000 jika sudah diputuskan pemerintah. Nantinya, waktu sosialisasi yang ditetapkan KCI Commuter berkisar 3 bulan.
"Kalaupun ada kenaikan itu kan pasti butuh sosialisasi ke masyarakat luas, yang di mana Kalau minimal 3 bulan ya, pasti kita akan sosialisasi dulu ya," ujar dia.
KCI Commuter optimis penerapan kebijakan kenaikan tarif Rp1.000 tersebut tidak akan menurunkan jumlah penumpang. Saat ini, rata-rata penumpang harian KRL Jabodetabek berkisar 1 juta orang.
"Kalau ke penurunan (penumpang) sih tidak akan mempengaruhi," tandasnya.
Â
Advertisement
Kata Kemenhub
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengaku mengkaji tarif Commuter Line atau KRL naik Rp 1.000. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Risal Wasal.
Namun kebijakan rencana kenaikan tarif KRL Jabodetabek Rp1.000 itu masih belum diimplementasikan. Risal mengatakan, kebijakan kenaikan tarif itu masih menunggu persetujuan pemerintahan baru Prabowo - Gibran.
"Kenaikannya juga belum ada keputusan itu apakah adanya atau tidaknya. Kita nunggu kabinet baru deh seperti apa arahnya ya," ujar Risal kepada awak media di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (11/9).
Begitu pula terkait dengan soal wacana tarif tiket KRL berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK), Risal menyampaikan hal tersebut belum ada.
"Masih belum ada, pokoknya kita tidak tebak-tebakan dulu. Saya menunggu arahan dulu yang terbaru nantinya," ujarnya.
Kendati demikian Kemenhub mengakui bahwa pihaknya sudah memiliki kajian terkait untuk menaikkan tarif kereta KRL sebesar Rp1.000.