Sukses

Harga Minyak Dunia Melonjak, Sekarang Dipatok Segini

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Oktober dipatok USD 71,19 per barel, naik USD 1,10 atau 1,57%. Sepanjang tahun ini, harga minyak mentah AS turun 0,64%.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) naik di atas USD 71 per barel pada perdagangan Selasa. Harga minyak melonjak karena meningkatnya optimisme bahwa Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga minggu ini dan produksi masih terganggu di Teluk Meksiko.

“Gangguan pasokan mulai terasa dampaknya, termasuk dampak Badai Francine pada infrastruktur Teluk Meksiko AS,” kata Analis Senior Rystad Energy Svetlana Tretyakova dikutip dari CNBC, Rabu (18/9/204).

“Ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve AS semakin menguat, yang bisa menjadi kabar baik bagi permintaan,” kata Tretyakova.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Oktober dipatok USD 71,19 per barel, naik USD 1,10 atau 1,57%. Sepanjang tahun ini, harga minyak mentah AS turun 0,64%.

Sedangkan harga minyak Brent untuk kontrak November dipatok USD 73,70 per barel, naik 95 sen atau sekitar 1,31%. Sepanjang tahun ini, patokan harga minyak global ini telah turun lebih dari 4%.

Sekitar 100.000 barel per hari masih tidak beroperasi di Teluk hingga Selasa karena Badai Francine, menurut Biro Keselamatan dan Penegakan Lingkungan. Produksi dari fasilitas yang tidak rusak akan segera kembali beroperasi setelah pemeriksaan selesai, menurut badan tersebut.

Pasar minyak juga bersiap menghadapi keputusan The Fed pada hari Rabu mengenai suku bunga. Bank sentral diperkirakan akan menurunkan suku bunga, meskipun Wall Street terbagi pendapat mengenai besarnya pemotongan tersebut.

Harga minyak mentah AS turun lebih dari 12% pada kuartal ini sementara harga minyak Brent turun lebih dari 13% karena permintaan melambat di China, importir minyak mentah terbesar di dunia, dan OPEC+ berencana untuk meningkatkan produksi pada bulan Desember.

“Pasokan cukup kuat. Kami telah melihat pertumbuhan pasokan terutama di Amerika,” kata CEO Chevron Mike Wirth.

 

“Kami memiliki OPEC dengan beberapa kapasitas yang tidak beroperasi dan permintaan sedikit lebih rendah dari yang diharapkan kebanyakan orang karena kami melihat ekonomi yang melambat di sini, kami telah melihat pertumbuhan yang lebih lambat di Tiongkok daripada yang saya kira diharapkan kebanyakan orang," tuturnya.

2 dari 3 halaman

Harga Minyak Terkerek Naik Terdampak Badai Francine

Harga minyak dunia naik lebih dari 1% pada perdagangan di hari Senin. Pendorong kenaikan harga minyak dunia karena dampak Badai Francine yang mempengaruhi produksi di Teluk Meksiko AS mengimbangi kekhawatiran permintaan China yang terus melemah.

Mengutip CNBC, Selasa (17/9/2024), harga minyak mentah Brent berjangka untuk kontrak November naik 92 sen atau 1,28% menjadi USD 72,53 per barel. Sedangkan harga minyak mentah AS berjangka untuk Oktober naik USD 1,12 atau 1,63% menjadi USD 69,77 per barel.

Hampir seperlima dari produksi minyak mentah dan 28% dari produksi gas alam di Teluk Meksiko masih offline karena terjangan Badai Francine.

"Kami masih memiliki sisa-sisa badai," kata Matt Smith, analis minyak utama di Kpler.

"Dampaknya lebih pada sisi produksi daripada pada penyulingan. Oleh karena itu, ini sedikit condong ke arah bullish." kata dia.

Namun, secara keseluruhan, pelaku pasar tetap berhati-hati menjelang keputusan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve pada hari Rabu.

"Selama dua setengah hari ke depan, pasar akan menahan napas," kata Tim Snyder, kepala ekonom di Matador Economics.

Pelaku pasar semakin bertaruh pada penurunan suku bunga Fed sebesar 50 basis poin daripada 25 basis poin, seperti yang ditunjukkan oleh alat CME FedWatch yang melacak kontrak berjangka dana Fed.

Suku bunga yang lebih rendah biasanya mengurangi biaya pinjaman, yang dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan menaikkan permintaan minyak.

Namun, analis OANDA Kelvin Wong mengatakan, penurunan sebesar 50 basis poin juga dapat menandakan melemahnya ekonomi AS, yang dapat meningkatkan kekhawatiran atas permintaan minyak.

 

3 dari 3 halaman

Data China

analis IG Yeap Jun Rong dalam sebuah email menyebutkan bahwa data ekonomi China yang melemah selama akhir pekan meredam sentimen pasar, dengan prospek pertumbuhan yang rendah dalam jangka panjang di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut memperkuat keraguan atas permintaan minyak.

Pertumbuhan produksi industri di China, importir minyak terbesar dunia, melambat ke level terendah dalam lima bulan pada bulan Agustus sementara penjualan ritel dan harga rumah baru semakin melemah.

Produksi kilang minyak China juga turun selama lima bulan karena permintaan bahan bakar yang lemah dan margin ekspor yang membatasi produksi.

Brent dan WTI masing-masing naik sekitar 1% minggu lalu tetapi masih jauh di bawah rata-rata Agustus masing-masing sebesar USD 78,88 dan USD 75,43 per barel setelah penurunan harga sekitar awal bulan ini yang sebagian didorong oleh kekhawatiran permintaan.