Sukses

Ini Strategi Kilang Pertamina Internasional Dukung Penerbangan Ramah Lingkungan

Strategi tersebut merupakan komitmen KPI dalam mewujudkan Net Zero Emission pada tahun 2060.

Liputan6.com, Bali Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional atau KPI, Taufik Aditiyawarman membeberkan ragam strategi guna mendukung program pemerintah dalam mendorong pemakaian Sustainable Aviation Fuel (SAF) di industri penerbangan. Strategi tersebut merupakan komitmen KPI dalam mewujudkan Net Zero Emission pada tahun 2060.

Taufik menyebut, untuk memastikan hal tersebut berjalan, pihaknya telah menyusun strategi pengembangan green refinery yang selaras dengan peta jalan penggunaan SAF dan dirumuskan oleh Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi.

"Saat ini KPI mampu memproduksi SAF melalui metode co-processing di unit TDHT di kilang Cilacap yang dihasilkan dengan campuran 2,4% RBDPKO dan pengembangan selanjutnya dalam produksi SAF, KPI berupaya menggunakan bahan baku waste-based seperti UCO agar produk yang dihasilkan lebih ramah lingkungan," sebutnya.

Taufik menjelaskan bahwa unit TDHT yang digunakan memproduksi Pertamina SAF merupakan bagian dari proyek Green Refinery Kilang Cilacap. Ia menyebut, tahap 1 telah diselesaikan dengan memodifikasi unit eksisting dengan kapasitas produksi 3 ribu barrel per hari.

"KPI akan melanjutkan proyek Green Refinery Cilacap tahap 2 yang nantinya akan meningkatkan kapasitas produksi hingga 6 ribu barrel per hari," jelasnya.

"Unit ini nantinya juga dapat mengolah SAF dari beragam bahan baku salah satunya Used Cooking Oil (UCO) atau minyak jelantah, hal ini juga selaras dengan tuntutan pasar SAF di dunia penerbangan global yang memerlukan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan," imbuh Taufik.

2 dari 2 halaman

Kembangkan Green Refinery Kilang Plaju

Taufik menegaskan bahwa KPI juga akan mengembangkan proyek Green Refinery di Kilang Plaju dengan kapasitas lebih besar. Menurutnya, KPI akan mengembangkan proyek Green Refinery di Kilang Plaju dengan kapasitas lebih besar.

"Dengan kapasitas produksi kedua Green Refinery tersebut (Kilang Cilacap dan Plaju), KPI mampu memenuhi kewajiban pencampuran SAF hingga tahun 2039 dengan target 5%," tegasnya.

"Sejak 2019, Indonesia sudah tidak lagi mengimpor avtur dan KPI terus berupaya untuk memastikan hal tersebut dengan mengikuti peta jalan kebijakan pemerintah dalam hal memastikan penggunaan SAF di masa depan yang ditargetkan hingga 12,5% pada tahun 2040 nanti," jelas Taufik.

 

(*)