Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak Amerika Serikat (AS) menguat lebih dari satu persen pada perdagangan, Kamis, 19 September 2024. Penguatan harga minyak ini setelah the Federal Reserve (the Fed) memangkas suku bunga acuan untuk pertama kali dalam empat tahun.
Selain itu sentimennya didorong ketegangan di Timur Tengah kembali meningkat. Adapun the Fed mengejutkan pasar pada Rabu pekan ini dengan kenaikan suku bunga acuan lebih besar yang mencapai 50 basis poin (bps) dari perkiraan 25 bps. Harga minyak ditutup melemah seiring pemangkasan suku bunga lebih besar telah diperhitungkan.
Baca Juga
Patokan harga minyak AS kini telah berhasil mengembalikan koreksiknya pada 2024, meski masih turun lebih dari 11 persen pada kuartal III.
Advertisement
Analis Senior Price Futures Group, Phil Flynn menuturkan, tampaknya pemangkasan suku bunga the Fed menguncang beberapa hedge fund yang melakukan short selling dari obsesinya terhadap minyak yang merosot.
Berikut penutupan harga energi pada Kamis, 19 September 2024:
- Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Oktober tercatat USD 71,95 per barel, naik USD 1,04 atau 1,47 persen. Year to date atau sejak awal tahun, harga minyak AS naik kurang dari 1 persen.
- Harga minyak Brent untuk kontrak November tercatat USD 74,88 per barel, naik USD 1,23 atau 1,67 persen. Sejak awal tahun, harga minyak global merosot hampir 3 persen.
- Harga bensin RBOB untuk kontrak Oktober tercatat USD 2,06 per gallon, naik 2,45 persen. Sejak awal tahun, harga bensin merosot 2 persen.
- Harga gas alam untuk kontrak Oktober tercatat USD 2,348 per ribuan kaki kubik, naik 2,8 persen. Sejak awal tahun, harga gas alam merosot lebih dari 6 persen.
Harga minyak kembali menguat seiring ketegangan meningkat antara Israel dan kelompok milisi yang didukung Iran, Hizbullah di Lebanon. Harga juga mendapatkan dukungan setelah persediaan minyak AS turun 1,6 juta barel pada pekan lalu.
Ketegangan di Timur Tengah
Pesawat tempur dan artileri Israel melancarkan serangan yang menargetkan Hizbullah di Lebanon selatan pada hari Kamis. Serangan itu terjadi setelah pager dan walkie-talkie yang digunakan oleh milisi itu meledak minggu ini, menewaskan puluhan orang dan melukai ribuan orang di seluruh Lebanon.
Pejabat AS mengatakan kepada NBC News bahwa Israel berada di balik serangan pager itu. Israel belum bertanggung jawab atas serangan itu.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan pada Rabu pekan ini, kalau fokus negaranya beralih dari Gaza ke perbatasan utara dengan Lebanon, tempat sekitar 60.000 warga Israel telah dievakuasi, saat "fase baru" perang dimulai.
Analis pasar minyak telah memperingatkan selama berbulan-bulan bahwa perang habis-habisan antara Israel dan Hizbullah, yang hingga kini saling serang dengan roket, dapat memaksa anggota OPEC Iran untuk campur tangan secara langsung, sehingga meningkatkan risiko gangguan pada pasokan minyak mentah Timur Tengah.
"Kami terus menyoroti Lebanon sebagai jalur utama menuju gangguan minyak melalui keterlibatan langsung Iran dalam perang regional yang lebih luas,” kata Kepala Strategi Komoditas Global di RBC Capital Markets, Helima Croft kepada klien dalam catatan pada Kamis.
Advertisement
Harga Minyak Dunia Loyo Imbas Suku Bunga AS Dipangkas
Sebelumnya, harga minyak ditutup sedikit lebih rendah pada hari Rabu, menghentikan kemenangan selama dua hari berturut-turut meskipun Federal Reserve memotong suku bunga untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun.
Bank sentral memangkas suku bunga sebesar setengah poin, langkah yang lebih besar dari yang diperkirakan banyak pihak. Meskipun harga minyak berhasil pulih dari kerugian sebelumnya, respons di pasar minyak tetap lemah.
"Pemotongan 50 basis poin sedikit mendukung pasar minyak karena ini berimbas pada melemahnya dolar dan meningkatnya harga untuk komoditas yang dihargai dalam dolar," kata Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates.
Berikut adalah harga minyak penutupan energi pada hari Rabu dikutip dari CNBC, Kamis (19/9/2024):
West Texas Intermediate Kontrak Oktober: USD 70,91 per barel, turun 28 sen, atau 0,39%. Sejak awal tahun, minyak mentah AS turun sekitar 1%.
Brent Kontrak November: USD 73,65 per barel, turun 5 sen, atau 0,07%. Sejak awal tahun, patokan global ini turun sekitar 4%.
Sudah Perhitungkan Pemangkasan Suku Bunga
Matt Smith, analis utama minyak untuk Amerika di Kpler, mengatakan bahwa kenaikan minyak pada sesi sebelumnya sebagian besar sudah memperhitungkan pemotongan suku bunga. "Oleh karena itu, responsnya mungkin akan tetap lemah," kata Smith.
Pasar minyak bulan ini terguncang oleh kekhawatiran tentang ketidakseimbangan yang semakin besar antara pasokan dan permintaan. Minyak mentah AS dan patokan global Brent turun sekitar 13% pada kuartal ketiga.
Konsumsi di Tiongkok melambat karena penjualan kendaraan listrik melonjak di negara importir minyak mentah terbesar di dunia ini. Di sisi lain, OPEC+ diperkirakan akan meningkatkan produksi pada bulan Desember, sementara produksi di AS, Kanada, Brasil, dan Guyana tetap kuat.
"Kami tidak mengharapkan hal besar terjadi setelah pemotongan suku bunga oleh The Fed," kata Manish Raj, direktur pelaksana Velandera Energy Partners.
"Tindakan The Fed tidak mungkin secara tiba-tiba mendorong permintaan, yang sebenarnya telah lesu," kata Raj. "Tidak ada yang bergegas ke pompa bensin hanya karena The Fed memutuskan untuk memotong suku bunga hari ini."
Advertisement